3. Awesome Blossom Gang

19 12 0
                                    

Hai!

Makasih ya udah mau baca cerita saya, semoga nggak bosen, semoga membuat kamu semuanya penasaran.

Selamat membaca, semuanya!

*
*
*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

Seorang gadis kecil berumur lima tahun itu sedang fokus menggambar di buku gambarnya yang ia punya, dan itupun sudah sangat tipis. Gadis kecil itu Vanza. Vanza menggambar seorang wanita dengan gadis kecil, kemudian di belakangnya terdapat sebuah rumah yang sangat sederhana.

Gambaran anak kecil, tidak semuanya bagus. Vanza masih dalam masa belajar. Namun, gambar gadis itu juga lumayan bagus, dan ibunya selalu menyukai gambar yang dibuat Vanza. Rahma selalu mendukung apa pun yang Vanza lakukan, selagi positif.

Terkadang banyak orang tua yang tidak mendukung apa yang anak lakukan, dan ada sebagian orang tua yang meminta anaknya untuk menjadi apa yang mereka mau, bagaikan robot, dan itu membuat anak terbebani. Apa salahnya mendukung dan menyukai apa yang anak suka?

Ceklek!

Pintu rumah sederhana itu terbuka, membuat Vanza segera menoleh dan berdiri dari duduknya. Ia tersenyum tipis melihat sang ibu kembali. Vanza menghampiri sang ibu dengan membawa hasil gambarnya. "Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam, Ibu." Balas Vanza.

Rahma tersenyum, ia menutup pintu rumahnya, kemudian berjongkok di hadapan Vanza. "Udah makan atau belum?" Vanza mengangguk sebagai jawabannya.

"Tadi Pak Abdul ke sini, kan? Ngasih kamu makanan?" gadis itu mengangguk lagi.

Vanza menunjukkan hasil gambarannya, membuat Rahma tersenyum senang. Rahma mengambil kertas gambar tersebut, melihatnya dengan mata yang terlihat jelas bahwa ia bahagia akan gambar yang anaknya gambar. "Maaf, Bu. Vanza belum bisa menggambar wanita secantik Ibu." Ucap Vanza.

Rahma menatap Vanza, tersenyum, menggeleng, dan mengusap kepala Vanza. "Bagus, gambaran kamu bagus, ibu selalu suka apa pun yang kamu lakukan selagi baik." Balas Rahma.

"Kelak kamu akan menjadi seorang pelukis yang hebat, Nak."

Vanza tersenyum mendengarnya. Rahma tersenyum kecil, ia hampir meneteskan air mata di hadapan Vanza. Rahma segera berdiri, menyeka air matanya. "Maaf karena ibu pulang terlambat, ya." Ucap Rahma.

"Kamu tidur, ya. Besok pagi-pagi kamu harus bantu angkat barang di rumah Pak Abdul. Sini, Ibu antar kamu ke kamar, ya." Rahma mengantarkan Vanza ke kamar gadis itu untuk tidur.

SAVIOR LIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang