8. Ingin Menjadi Pelukis Hebat

22 11 0
                                    

*
*
*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

Nicholas tersenyum dengan memicingkan kedua matanya melihat Sagara yang wajahnya penuh sekali dengan luka. Pastinya bekas luka semalam yang diberikan oleh Liam. Semua anggota ABG diam menahan tawanya. Ingin tertawa karena melihat wajah Sagara yang terlihat takut dengan Nicholas.

Nicholas menyentuh wajah Sagara, tentu membuat Sahat meringis kecil karena Nicholas menyentuh bagian lukanya. "Sakit, ya?" tanya Nicholas dengan senyumannya yang tak kunjung hilang.

Sagara mengangguk kaku, "sa-sakit," jawabnya gugup.

Brak!

"YA LO KENAPA KETEMU SAMA BOKAP LO YANG SIALAN ITU, SAGARA!" Nicholas menggebrak meja dan marah kepada Sagara. Sagara tekejut melihat dan mendengarnya, sedangkan anggota yang lain menahan tawa mereka. Terkecuali Vanza. Ya.

Revandra tertawa cekikikan mendengar amarah Nicholas, ia menarik Nicholas Agata tak terus menatap Sagara. "Udah gue duga lo bakal gini, Nik. Lembut di awal doang, tapi akhirnya keluar juga tuh reog," ucap Revandra.

"Lo pada harusnya marah sama Sagara! Bisa-bisa ABG dikira gang nggak baik karena Sagara luka kayak gini! Mikir dong lo pada!" Nicholas menyikap tangannya di dada, membuat semua anggota menghela napas.

"Kalau masih sakit, lebih baik jangan sekolah dulu, Sa. Bener juga apa yang dibilang sama si Nicholas," ucap Marina.

Nicholas menoleh ke arah Marina, menatap sinis gadis itu. "Tuh, si Maria aja setuju," kata Nicholas yang kini menatap Sagara.

"Gue Marina, bukan Maria!" sahut Marina tak terima.

"Itu nama atau handbody?" tanya Nicholas dengan tawanya, tentu membuat Marina kesal. Marina memasukkan satu bakso ke dalam mulut Nicholas, membuat tawa Nicholas berhenti. Nicholas mengunyah bakso tersebut.

"Nggak usah ketawa, nggak lucu," ujar Marina sinis.

Vinza menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keributan itu. Lalu pandangan Vinza jatuh kepada Sagara yang memegang wajahnya. "Sagara, luka kamu masih sakit banget?"

"Nggak, kok. Udah sembuh. Gue dapet perawatan baik." Jawab Sagara.

Ghoza tersedak mendengar itu, "perawatan baik? Siapa yang mau rawat lo selain kita, Sa? Emangnya lo punya duit buat ke dokter?" tanya Ghoza dengan kekehannya.

Sagara menggeleng, "nggak perlu bayar. Dokternya khusus buat gue aja," balas laki-laki itu. Sagara beralih menatap Vanza yang sama sekali tidak tertarik dengan percakapan ini. Tak lama kemudian pandangannya beralih pada yang lain.

SAVIOR LIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang