5. Sagara Affandra

19 12 0
                                    

Happy reading!

*
*
*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

"Kalau anakmu ingin selamat, kamu harus kembali pada saya. Kamu pergi tanpa pamit, kamu pikir itu tidak membuat saya emosi?"

"Saya... Saya minta maaf, Pak. Saya hanya membutuhkan waktu untuk merawat anak saya selama beberapa saat. Rumah saya dan rumah Bapak jauh, saya tidak mungkin meninggalkan anak saya yang masih kecil."

"Manja sekali anakmu,"

"Kalau sama membawanya bekerja di rumah Bapak, pasti Bapak tidak akan suka, karena akan bertemu dengan Bapak. Maka dari itu, saya berhenti bekerja di rumah Bapak. Maafkan saya."

Pria itu mengangguk, "sekarang anakmu sudah remaja, sudah bisa merawat diri, sudah saatnya dia hidup tanpa kamu, dia harus belajar. Kamu kembali bekerja dengan saya. Biarkan anakmu hidup sendiri. Lagipula dia bukan benar-benar anakmu, dia hanya sampah yang saya buang."

****

Semuanya terdiam mendengar ucapan Sagara, tak mereka sangka bahwa Sagara akan mengatakan seperti ini. Sedangkan Vanza, gadis itu tetap melahap makanan yang ia punya tanpa peduli dengan ucapan Sagara. Rasanya gadis itu tak tertarik dengan perbincangan ini, tetaplah walaupun begitu ia tetap menyimaknya.

"Beneran, Sagara?" tanya Nicholas.

Sagara mengangguk tanpa ragu, "buat apa gue bohong? Gue bukan anak yang suka tawuran sama anak sekolah lain, tapi gue anak yang suka tawuran sama bokap sendiri."

"Alasan lo berantem sama bokap lo apa? Mana mungkin seorang bokap melakukan hal kayak gini ke anaknya?" bingung Ghoza masih tak percaya.

"Sejak... bokap gue bangkrut," jawab Sagara.

Nicholas menghela napas, ia menarik tangan Sagara, membuat Sagara duduk di sampingnya. Nicholas menatap tajam Sagara, "kenapa? Lo nggak percaya?"

"Bukan, gue mau lo ceritain semuanya."

"Gue rasa waktunya nggak akan cukup," balas Sagara.

Revandra mengangguk setuju,  "lima menit lagi masuk jam ke lima, lebih baik sepulang sekolah kita bawa Sagara ke markas." Sarannya.

"Bawa gue? Ke markas? Maksudnya?" Sagara bingung.

"Iya, Sagara. Kenalin gue Tessa, ini Marina, Van—Marvin, dan ini Mozza, kita itu sekelas." Sagara menoleh ke arah Vanza yang sibuk makan, gadis itu terlihat sangat jutek.

SAVIOR LIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang