15. Kita Pasti Bisa Temui Hari Bahagia Itu

7 3 5
                                    

*
*
*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

Semua anggota ABG tersenyum hangat melihat Bu Cindy yang meneteskan air matanya melihat sebuah rumah yang cukup layak untuknya.  Sagara yang berada di samping Bu Cindy segera menepuk bahu wanita itu, membuat wanita itu menoleh dan langsung memeluk tubuh Sagara.

"Ya Allah, terima kasih banyak anak-anak semuanya," ucap Bu Cindy dalam pelukan itu.

Sagara tersenyum, ia mengelus punggung Bu Cindy dengan lembut. "Sama-sama, Bu. Ibu layak mendapatkan ini," balas Sagara.

Bu Cindy melepas pelukan, menatap semua anggota ABG yang tersenyum padanya, terutama Vanza. Namun, hanya tersenyum tipis. Bu Cindy menoleh ke arah Vanza, gadis yang paling diam. "Makasih banyak, Nak. Kamu dan Sagara banyak bantu ibu."

Vanza mengangguk dan tersenyum kecil, "terima kasih kembali, Bu."

Marina segera mendekat kepada Bu Cindy, merangkul lengan wanita itu. "Kita masuk aja ya, Bu? Kita lihat-lihat rumah baru ibu," ajak Marina.

Cindy mengangguk dan tersenyum, ia melihat ke arah bawah, di mana bayinya berada. Bayi itu ada di dalam stroller.

"Bu, biar aku aja yang dorong stroller Adam. Ibu masuk aja duluan sama Marina," ucap Tessa.

"Makasih banyak, Nak Tessa." Kemudian mereka masuk ke dalam rumah. Yang di luar tersisa Sagara, Vanza, Nicholas, Revandra, Ghoza, dan Ghozy.

Sagara menoleh ke arah Nicholas, "Nik, makasih banyak udah pinjemin uang buat beli rumah ini untuk Bu Cindy. Makasih, Nik." Ujarnya pada Nicholas.

Nicholas terkekeh, ia menepuk bahu Sagara. "Jangan makasih-makasih, uang segitu nggak buat gue miskin." Semuanya menghela napas, perkataan Nicholas terdengar sangat sombong.


"Nanti gue sama Vanza ganti duit lo, kalau gue sama Vanza udah dapat penghasilan sendiri." Ucap Sagara.

"Gue bilang nggak usah, Sa. Anggap aja ini bantuan dari kita semuanya, Bu Cindy emang berhak dibantu. Nggak usah diganti, bonyok gue juga ikhlas kok."

Sagara tersenyum, ia menoleh ke arah Vanza yang sedari tadi diam saja. "Van, kira-kira kita buka usaha apa buat dapetin penghasilan sendiri? Secara kan kita nggak bisa ikut balap liar lagi, uangnya nggak halal," ucapnya dengan berkacak pinggang.

"Vanza, kan, pintar melukis. Kenapa nggak coba aja jual lukisan lo, Van?" ucap Ghoza beropini.

Vanda mengernyit bingung, "jual lukisan?"

SAVIOR LIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang