17. A Promise is a Promise

5 2 0
                                    

*
*
*

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

Sagara membuka matanya secara perlahan karena mendengar suara perempuan dan merasakan sebuah sentuhan di tangannya. Saat matanya terbuka, Sagara langsung terpenjat terkejut karena melihat Vinza yang ada di depannya. "Vinza?" Sagara duduk.

Vinza tersenyum, "nyenyak banget kamu tidurnya."

"Gue... Ketiduran di sini?" tanya Sagara dengan suara khas orang bangun tidur.

Vinza mengangguk, "semalam kayaknya kamu kecapean banget, Sa. Aku nggak tega mau bangunin kamu. Nyaman banget ya tidur di sini?"

Sagara menunduk, mengingat sesuatu yang membuatnya sepanik ini. "Sekarang jam berapa, Vin?" tanya Sagara.

"Sekarang jam enam lewat lima belas, Sa. Kamu mandi aja dulu, nanti aku temani kamu ke markas untuk ambil pelajaran hari ini."

"Jam enam?!" Terkejut Sagara.

Vinza mengangguk, membuat Sagara mengacak-acak rambutnya. "Gue ingkar janji gue, Vin! Gimana ini? Dia bakal marah banget sama gue karena nggak datang malam tadi. Kenapa lo nggak bangunin gue aja? Lo, kan, tau gue ada janji sama Marvin," panik Sagara.

"Tenang, Sagara. Marvin bakal mengerti kamu, kok."

****

Sagara dan Vinza sampai di markas untuk mengambil buku pelajaran Sagara, tapi mereka tidak melihat motor Vanza. Padahal sekarang baru pukul 06.40 Biasanya, Vanza berangkat lebih dari jam tersebut.

"Marvin udah pergi, Vin. Gimana gue mau minta maaf dan jelasinnya?" Sagara menghela napas. Terlihat sekali bahwa ia panik dan sedih.

Vinza menghela napas panjang. "Kan, kamu sama dia sekelas, Sagara. Kamu bisa minta maaf kalau di kelas nanti, atau waktu istirahat. Kamu kayak gak punya waktu lain aja," jawab Vinza.

"Ya udah, deh. Gue mua ambil buku gue dulu. Lo tunggu aja di luar, ya? Jagain motor gue sebentar," Vanza mengangguk dan Sagara masuk ke dalam.

Menit demi menit berlalu, akhirnya Sagara keluar dari kamarnya. Sagara mengambil sesuatu yang ada di saku celananya, ada sebuah foto. Satu bayi perempuan yang sangat cantik. Namun, bayi itu tak tersenyum, bayi itu menatap kamera dengan bingung. Sagara tersenyum kecil, lalu kembali memasukkan foto itu ke sakunya. Lalu keluar dari markas.

"Udah?"

"Menurut lo?"

Vinza terkekeh kecil, "ya udah, ayo. Makasih, ya kamu mau jadi ojeknya aku," ujar Vinza seraya memakai helm.

SAVIOR LIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang