Praiser 5: Announcement

31 5 17
                                    

HARI ini adalah hari terakhir class meeting. Semua murid dikumpulkan di lapangan karena guru maupun OSIS akan mengumumkan pemenang pertandingan basket, futsal, dan voli.

Kinna memutuskan untuk tidak mendengarkan pengumuman itu karena dia yakin benar kalau kelasnya tidak akan menang. Yah, di pertandingan pertama, dia dan timnya kalah telak dengan skor 17:20. Tujuh belas untuk kelasnya, dan dua puluh untuk kelas sembilan D. Syukurnya, kelas yang dia lawan juga tidak menang dan malah dikalahkan oleh murid kelas tujuh.

Balas dendam yang begitu nikmat. Kinna ingat betul bagaimana dirinya merasa sangat puas setelah melihat pertandingan yang penuh drama itu. Alasan kenapa Kinna berpikir seperti itu karena supporter kelas sembilan D dan supporter kelas tujuh A-kelas yang mereka lawan-sama-sama keras kepala dan berteriak dengan sangat kencang. Kedua kontingen itu sama-sama optimis bahwa kelas merekalah yang akan menang-meski pada kenyataannya, salah satu dari merekalah yang akan memenangkan pertandingan.

"Eh, hei, tahu tidak gadis pick me yang ada di kelas delapan C?" Syilla langsung menyenggol Kinna begitu gadis itu selesai mengobrol dengan Rura perihal pria Jawa semalam. Karena dirasa obrolannya sudah selesai, Kinna pun beralih menatap Syilla dan menanggapi gadis itu. Rura sendiri sekarang sedang mengobrol dengan teman satu klub menggambarnya.

"Ya, kenapa?"

"Kemarin dia ditolak oleh cowok SMK yang ditaksirnya. Dia tidak terima dan membuat keributan di sisi jalan sampai orang-orang melihatnya. Bahkan beberapa di antaranya ada yang merekamnya dan mengunggahnya di internet, mau lihat?"

"Ohohoho, tentu saja, mana? Mana?" Kinna tidak ingin melewatkan gosip terbaru tentang orang yang tidak dia sukai. Daripada mendengar pengumuman yang tidak terlalu penting-karena dia dan kelasnya kalah tanding-jadi, dia lebih baik melihat video yang sudah Syilla jelaskan.

Syilla mengeluarkan ponsel dan juga earphone. Dia menancapkan earphone itu ke ponsel dan membaginya dengan Kinna. Kinna menerimanya dengan senang hati, dan memasangkannya ke telinga karena sudah tidak sabar ingin melihat video yang tampaknya bakal viral itu.

Namun, tiba-tiba saja Rura menepuk-nepuk bahu Kinna dengan agak cepat. Tatapan matanya juga menunjukan kekhawatiran. Kinna yang merasa terganggu, langsung mengomeli gadis itu. "Astaga Ra, kau ini kenapa?"

"Kau dipanggil Bu Yura," ucap Rura memberitahu, sambil menunjuk Bu Yura dengan jempolnya.

Kinna menoleh ke depan dan mendapati satu kelas menatapnya dengan tampang menunggu. Sementara Bu Yura sudah sedari tadi memanggil namanya dengan Elsa dan Diana yang ada di sampingnya. Bu Yura menoleh ke sana-kemari. Mencoba mencari eksistensi Kinna.

"Kinna Vanessa tidak sekolah 'kah? Sakit?" tanya guru berhijab dan berkacamata itu, dengan masih menoleh ke sana-kemari. Kinna mengangkat tangannya, hendak berkata kepada sang guru bahwa dia eksis. "Saya Bu, saya di sini!"

Pandangan Bu Yura akhirnya teralihkan pada seorang gadis yang sedang mengangkat tangannya. Dia juga melambai-lambaikan tangannya dan memberikan kode keras kalau dia ada di sini. Bu Yura menghela napas. Akhirnya setelah lima kali menyebut nama, gadis yang bernama Kinna Vanessa itu pun menampakan diri.

"Ayo ke depan, Nak."

"Eh?" Kinna agak gugup karena tiba-tiba saja dia disuruh ke depan. Karena semua mata masih tertuju padanya, dia pun memutuskan untuk menurut saja.

Saat Kinna keluar dari barisan kelasnya, semua teman sekelas maupun murid dari kelas lain menyorakinya dan memanggilnya lamban karena tidak menyahut atau bahkan menggubris panggilan dari guru. Kinna memeletkan lidah ke arah mereka semua dan lanjut berjalan dengan langkah yang penuh percaya diri meski semua murid sontak menyorakinya lagi. Dalam hati, dia sedikit ragu dan bertanya-tanya. Mengapa dia harus maju ke depan bersama Elsa dan Diana?

Four Ladies of Praiser [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang