Praiser 7: Academy (2)

21 5 23
                                    

KINNA pingsan lagi. Ketiga sahabatnya langsung membawanya ke UKS, diikuti oleh Pak Sobari Sobri.

Sekarang, Kinna sudah kembali terbaring di ranjang pasien dengan ditemani oleh Rura. Sementara Elsa dan Diana mengobrol dengan Pak Sobari di luar tirai pembatas Kinna dan Rura.

Di UKS ini telah disediakan dua sofa dan satu meja tamu yang ada di tengah. Alasan mengapa tiga benda ini diadakan di ruangan ini adalah untuk membuat para pembesuk nyaman dengan kunjungan mereka.

Petugas UKS sekarang sudah pulang, dan gerbang sekolah juga tampaknya telah ditutup. Namun, Pak Sobari meyakinkan mereka semua kalau dia yang memegang kunci gerbang sekolah serta ruang UKS ini. Hanya saja, ketiga sahabat ini ragu dengan ucapan pria ini. Memangnya dia ini siapanya pihak sekolah? Sampai bisa memegang kunci segala?

"Kenapa kami bisa melihat kupu-kupu itu?" Elsa yang memulai pertanyaan, dan tanpa ditanya lagi pun, tampaknya Diana dan Rura juga menanyakan hal yang sama. Diana diam, sedangkan Rura mendengarkan di balik tirai.

Pria itu menghela napas, lantas menjawab, "itu artinya, kalian harus secepatnya pergi ke Akademi Satria. Tempat ini sudah diindikasikan sebagai tempat yang tidak aman untuk Praiser seperti kalian," jawabnya.

Diana kemudian bertanya. "Apa maksudnya tidak aman? Dan ... apa itu Praiser?"

"Biar saya jelaskan secara acak. Pertama, Praiser adalah pemilik kekuatan yang berasal dari Dimensi Santri, dan mestinya, para Praiser atau pemilik kekuatan tidak tinggal di bumi. Lalu kedua, alasan mengapa kalian, para Praiser diindikasikan sebagai Praiser yang tidak aman karena kalian masih labil, memiliki keinginan yang kuat atau motivasi, serta memiliki impian yang mustahil untuk digapai. Selain itu, kekuatan kalian berada di luar jangkauan Dimensi Santri—Dimensi di mana seharusnya para Praiser menetap di sana, bukan di sini—karena itulah, mengapa kalian tidak aman, contoh nyatanya adalah teman kalian." Pak Sobari menoleh ke arah tirai pasien, tempat di mana Kinna sedang berbaring dan Rura yang sedang menemaninya. "Kekuatan gadis itu, berkembang diluar prediksi kami, dan beruntung hanya kalian yang bisa melihat kupu-kupu itu. Kalau saja orang awam yang melihatnya ... bisa celaka."

"Maksudnya, jika kekuatan Kinna semakin berkembang, maka kekuatannya akan diketahui oleh orang lain?" tanya Elsa.

Pak Sobari mengangguk. "Betul, di umur kalian yang segini, biasanya kekuatan para Praiser akan sangat sulit untuk dikendalikan mengingat kekuatan ini memiliki sifat yang sensitif, dan bukan hanya gadis itu saja yang kekuatannya akan jadi semakin kuat, kekuatan kalian pun, akan bertambah kuat juga, dan orang awam pun ... pasti entah kapan akan melihat efek dari kekuatan kalian. Kalian hanya bisa melihat kekuatan kalian lewat sudut pandang kalian sendiri 'kan?" tanya Pak Sobari.

Elsa dan Diana mengangguk. Tanpa bergabung dengan mereka pun, Rura mengiyakan dalam hati. "Itu baru tahap pertama kekuatan Praiser, sementara tahap kedua bentukannya sama seperti teman kalian. Omong-omong, siapa nama Praiser Kupu-kupu itu?"

"Kinna Vanessa." Diana yang menjawab. Pak Sobari mengangguk. "Sekarang, saya paham kenapa dia memiliki kekuatan melihat kupu-kupu tak kasat mata dan melihat nasib."

Ya, bagaimana tidak? "Kinna" artinya "anak perempuan", sedangkan "Vanessa" artinya kupu-kupu. Memang tidak ada korelasinya dengan kekuatan yang Kinna miliki. Hanya saja, Pak Sobari merasa kalau nama dan kekuatannya agak nyambung.

"Jadi, kalau kekuatan kami berkembang ke tahap selanjutnya, kami akan bernasib sama seperti Kinna?" tanya Elsa. Pak Sobari mengangguk. "Ya, Anda yang semula bisa melihat niat jahat orang lain ketika mereka memegang segelas air, mungkin saja akan mengalami hal yang di luar nalar. Seperti air yang mengambang di langit misalnya? Dan bukan hanya Anda atau teman-teman Anda saja yang bakal melihat hal tersebut, orang awam pun juga bisa melihatnya."

Four Ladies of Praiser [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang