Praiser 20: Chaos (2)

18 5 8
                                    

AIR liur Kinna nyaris menetes ketika melihat pemandangan ini. Matanya juga menyiratkan binaran yang hanya bisa dipahami oleh ketiga sahabatnya, ataupun kedua pria bertopeng.

Sebakul nasi hangat, dua bakakak (ayam panggang khas Sunda), sekeranjang lalapan, dua sambel goang dalam cobek, enam ikan goreng berukuran besar untuk masing-masing orang, tumis kangkung, sepiring ikan teri itok, sebaskom sayur asem, dan satu teko lengkap dengan enam gelas kosong memenuhi meja lesehan tempat pesanan mereka.

Kinna selaku satu-satunya gadis yang kelaparan langsung duduk di atas karpet plastik yang menjadi alas lantainya. Diikuti oleh Pak Sobari, Pak Manggala, dan ketiga sahabatnya.

Mereka semua duduk secara berhadapan. Kinna, Elsa, dan Pak Sobari duduk di sebelah kiri, sedangkan Rura, Diana, dan Pak Manggala di sebelah kanan.

"Silakan dimakan. Jangan malu-malu ya," ucap Pak Manggala seraya mengambil piring yang terletak di tengah meja. Sengaja ditaruh menumpuk agar para pelanggan bisa mengambil piring dan mengambil segala yang ada di meja.

Kinna langsung mengambil piring setelah Pak Sobari, kemudian disusul oleh ketiga sahabat yang lain. Kinna sendiri juga tanpa ragu mengambil beberapa lauk sementara ketiga sahabatnya mengambil dengan agak bingung, ragu, dan malu-malu. Rura yang malu-malu, Diana ragu karena baru pertama kali memakan makanan ini-kalau melihat, dia pernah-sementara Elsa, bingung memilih mengingat makanan di meja ini terlalu banyak dan penuh.

Pak Manggala dan Pak Sobari, juga turut mengambil beberapa lauk. Selain itu, keduanya juga mengambil gelas dan Pak Sobari pun menuangkan air ke dalam gelasnya dan gelas rekannya.

Pak Manggala berterima kasih. Pak Sobari mengangguk sebagai respon dan menaruh tekonya kembali.

Nah, inilah momen yang ditunggu-tunggu. Paling ditunggu-tunggu oleh keempat sahabat. Pembukaan topeng ekslusif antara Pak Sobari dan Pak Manggala.

Karena ini benar-benar eksklusif, keempatnya pun langsung berhenti mengambil lauk-pauk, dan lebih memilih melihat wajah kedua pria ini. Mata mereka bahkan fokus. Kinna dan Rura sampai memicingkan mata dengan mencondongkan tubuh mengingat posisi keduanya berada di pojok.

Elsa dan Diana yang duduk di dekat Pak Manggala dan Pak Sobari sebisa mungkin terlihat normal. Mereka tidak ingin kedua pria itu curiga kalau mereka diam-diam menatapnya. Mereka berdua, baik Elsa dan Diana, maupun Rura dan Kinna berjanji akan makan dengan baik setelah melihat wajah Pak Sobari dan Pak Manggala. Setidaknya, untuk saat ini, biarkan mereka melihat wajah dua pria ini dulu. Sekiranya, sampai keempat gadis ini puas dan lega.

Baik Pak Manggala maupun Pak Sobari, keduanya sama-sama hendak melepaskan topeng. Mata para sahabat mulai membesar, berkedut tegang karena penasaran. Namun sialnya, Rura langsung memekik kaget di tengah rasa penasaran itu.

Elsa, Kinna, dan Diana menoleh. Dilihat oleh mereka, kalau gadis polos itu tengah menatap seekor kelinci putih mungil dengan mata merah di pangkuannya. Rura mematung kaget, sementara si kelinci menatap Rura dengan mata merahnya yang besar nan cantik. Ia juga berdiri dengan kedua kakinya. Hidung kecilnya juga mengendus Rura.

"Ih, lucuuuuu!" Kinna berseru gemas. Rasa penasarannya terhadap wajah Pak Sobari dan Pak Manggala hilang entah ke mana. Begitu juga Elsa dan Diana yang malah ikut fokus menatap Rura dan si kelinci.

Rura mengangkat kelinci berukuran mini ini, dan menaruhnya di lantai. Setelah menaruhnya di sana, Rura juga melihat beberapa ekor kelinci yang tiba-tiba masuk ke warung nasi.

Ada sekitar lima belas ekor kelinci yang berkeliaran dengan berbagai ukuran, warna, dan jenis. Rura tidak tahu jenis kelinci apa ini, hanya saja, eksistensinya membuat beberapa pegawai heboh dan kerepotan. Beberapa sampai ada yang mengangkat tubuh si kelinci.

Four Ladies of Praiser [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang