Praiser 16: Talk

19 5 9
                                    

KOTA Besar adalah tempat di mana Diana, Elsa, Kinna dan Rura menjalin persahabatan. Dilihat oleh mata Diana, saat ini gedung-gedung pencakar langit itu tampak mundur dengan kecepatan sedang. Menyamakan ritme kecepatannya dengan kecepatan mobil yang saat ini tengah di naiki oleh dia dan ketiga sahabatnya.

Jujurlah, dia sendiri tidak percaya. Dia dan ketiga sahabatnya betul-betul pergi dari kota ini.

Diana sudah beberapa kali pergi keluar kota dan pergi ke luar negeri untuk berlibur, dan rasanya, ini baru pertama kali dia pergi keluar kota bersama ketiga sahabatnya. Mungkin kecuali di bagian study tour saat masih SMP. Namun, study tour itu lain lagi ceritanya. Mereka berangkat dengan satu angkatan, bukan berempat seperti ini.

"Aku senang sekali lho, kita bisa berangkat semobil seperti ini." Kinna berceletuk riang setelah dia mengunyah roti terakhirnya. Masih ada tiga roti di dalam wadah, dan Kinna memutuskan untuk memasukannya ke dalam ransel dan memakannya nanti.

Dari awal sampai sekarang, tampaknya Kinna tidak pernah berhenti tersenyum. Bahkan saat mengunyah pun, senyumannya masih terpatri di sana.

Rura mengangguk dan menanggapi. "Iya, aku juga. Rasanya senang sekaligus deg-degan. Aku jadi penasaran, seperti apa ya, Akademi Satria itu?"

"Akademi Satria adalah Akademi besar yang menjunjung tinggi nilai tradisional dan kesehatan mental. Letaknya jauh dari hiruk-pikuk kota dan terletak di antara danau, lembah, hutan, dan gunung. Kalian semua pasti akan suka." Seorang sopir tiba-tiba menyela pembicaraan mereka.

Rura dan Diana menatap ke depan. Kinna dan Elsa yang duduk menghadap ke arah Rura dan Diana pun, mau tak mau menoleh ke belakang. Melihat siapa gerangan yang tiba-tiba menyela.

Pak Sobari diam saja. Wajah dan topeng kelananya menghadap ke sebelah kanan, menatap jendela sambil bertopang dagu dengan siku yang menancap ke sela-sela jendela. Itu artinya, pria dengan topeng pamindo inilah yang ikut nimbrung. Sang sopir. "Oh iya, saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Manggala Agung. Saya adalah sopir baru dari Akademi Satria sekaligus seorang Praiser Cepat, salam kenal, ya."

Keempat sahabat tidak tahu seperti apa ekspresinya. Namun didengar dari nada bicaranya yang ceria, sepertinya dia senang berkenalan dengan mereka.

"Aku Kinna Vanessa, Praiser Kupu-kupu, salam kenal, ya! Pak Manggala!" Kinna menanggapi dengan ceria. Satu tangannya bahkan terangkat ke atas seperti seorang murid yang sedang mengabsen. Atau lebih tepatnya, seperti seorang murid yang bersemangat di hari pertama sekolah.

Karena jawaban Kinna yang terdengar bersemangat, yang lain pun mengikuti.

"Saya Diana Fellyanna, seorang Praiser Awan, salam kenal Pak Manggala."

Elsa menghela napas. "Elsa Wasseria, Praiser Air, salam kenal."

"Sa-saya Rura Hannaya. P-Praiser Bunga. Salam kenal, Pak."

"Salam kenal kalian semua. Suatu kehormatan bisa menjemput Praiser dari Bumi. Jarang-jarang lho, ada Praiser yang berasal dari luar Dimensi Santri," jelasnya, sekaligus memulai topik obrolan.

Diana mengangkat sebelah alisnya. "Dimensi Santri?"

"Lho, Pak Sobari tidak memberitahu?" Pak Manggala bertanya. Mata dan topengnya fokus menatap jalan. Sementara orang yang disebut masih menatap jendela mobil. Tidak tertarik dengan obrolan ini.

"Ah, kalau itu beliau sudah bercerita, kok." Diana menanggapi dengan tak enak. Dia nyaris lupa dengan penjelasan Pak Sobari saat dia dan ketiga sahabatnya berada di UKS. "Hanya saja, saya masih bingung, kenapa Praiser mesti ada di Dimensi Santri? Dan apakah Praiser di luar Dimensi Santri itu adalah sesuatu yang langka?"

"Oh, tentu saja langka! Kalian semua adalah orang kedua yang memiliki kekuatan Praiser. Satu orang sudah terlebih dulu masuk ke Akademi, dan sekarang, tinggal kalian yang  ke sana."

"Eh, jadi ada orang lain selain kami yang memiliki kekuatan? Dan dia sekarang sudah berada di Akademi? Dia dari luar Dimensi Santri juga?" Kinna bertanya bertubi-tubi, antusias. Biasanya, dia tidak tertarik dengan obrolan yang berhubungan dengan sekolah. Namun, karena obrolan ini bukan hanya tentang sekolah, jadi Kinna memutuskan untuk nimbrung. Selain itu, dia juga memiliki niatan untuk mendapatkan banyak relasi dengan murid-murid Praiser. Jadi, tidak masalah kalau Kinna melakukannya dari sekarang.

"Betul, dan mujurnya lagi, dia juga berasal dari kota ini," jawab Pak Manggala.

Mata Kinna langsung berbinar. "Wah, ternyata ada orang lain yang memiliki kekuatan seperti kita."

"Iya, dari daerah mana ya, dia?" Diana menanggapi dengan penasaran. Elsa menghembuskan napas. "Siapapun dia, dia pasti kesulitan mengendalikan kekuatannya. Terlebih, dia tampaknya tidak punya teman yang memiliki kekuatan yang sama seperti kita. Artinya, kita lebih mujur daripada dia," jelas Elsa.

Rura mengernyitkan kening sambil menunduk. Kesedihan telah tampak dari wajahnya. "Kasihan dia."

"Pak, apakah dia mengalami hal seperti aku dan Diana? Maksudku, apakah kekuatannya mengalami ...."

"Betul." Pak Sobari menanggapi tiba-tiba. Wajahnya yang semula terus menatap jendela mobil sekarang menatap kaca mobil kecil yang terletak di depan. Dia menatap Kinna selaku si penanya melalui cermin itu. "Dia mengalami itu, dan itu disebut sebagai Tahap Dua atau Tahap Pembangkangan."

"Tahap ... Pembangkangan?" Kinna bertanya tak mengerti.

Pak Sobari memperjelas. "Betul, Tahap Dua atau Tahap Pembangkangan adalah tahap di mana kekuatan Praiser sudah mulai semakin kuat dan beringas. Di tahap ini, Praiser remaja seperti kalian akan kesulitan dalam mengendalikan kekuatannya. Untuk itulah, kenapa memerlukan Praiser Tahap Empat atau Tahap Master untuk membantu memulihkan kekuatan kalian. Meski begitu, tidak semua Praiser remaja membutuhkan Praiser Tahap Empat atau Tahap Master. Ah, Praiser Kupu-kupu, apa Anda melihat kupu-kupu raksasa lagi setelah Anda bertengkar dengan ketiga sahabat Anda?"

Pertanyaan Pak Sobari membuat mata Kinna—selaku Praiser Kupu-kupu—membesar. Dia menebak, Elsa dan Diana pasti yang menceritakan peristiwa tak mengenakan itu. Rura mungkin saja juga ikut bercerita, tetapi karena Rura juga turut mengejarnya, dia pasti tidak ikut nimbrung dengan Elsa dan Diana. Atau mungkin, dia juga nimbrung. Hanya saja, dalam keadaan terlambat.

"Ti-tidak ... aku tidak melihatnya."

"Nah, Praiser Kupu-kupu adalah contoh di mana tidak semua Praiser Remaja memerlukan Praiser Tahap Empat. Meski begitu, Praiser dengan kekuatan seperti ini justru lebih berbahaya. Makanya, Praiser Tahap Empat, perlu mengawasinya agar kekuatannya tidak berulah lagi."

"Maaf." Elsa tiba-tiba saja mengacungkan tangannya. Meski dia tidak menatap Pak Sobari secara langsung, dia akui, dia menyukai topik ini. "Bisa terangkan lebih jelas lagi mengenai kekuatan Praiser? Aku, maupun sahabatku yang lain ingin tahu," pintanya.

Sebenarnya, Elsa tidak tahu apakah Rura, Kinna, dan Diana menginginkan topik ini. Namun, karena semua orang yang ada di mobil ini memiliki kekuatan, tampaknya tidak jadi masalah kalau ketiga sahabatnya yang lain mendengarkan. Ini penting, apalagi saat Pak Sobari menjelaskan "Tahap Dua atau Tahap Pembangkangan" dan juga "Praiser Tahap Empat atau Tahap Master".

Four Ladies of Praiser [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang