Praiser 8: Wound

21 5 14
                                    

PENYESALAN terbesar Kinna adalah dia tidak melindungi Abangnya dengan baik.

Terakhir kali, Kinna melihat Abangnya dikerubungi oleh kupu-kupu army—kupu-kupu pembawa nasib buruk. Kinna berusaha mengusirnya saat itu, entah menggunakan kipas anyaman ataupun buku tipis, atau benda apa pun yang dapat membuat semua kupu-kupu tak kasat mata itu pergi. Namun sayangnya, apa yang dilakukannya justru dianggap keisengan semata oleh Abangnya.

Ya, bagaimana tidak? Kupu-kupu nasib yang Kinna lihat adalah kupu-kupu tak kasat mata. Jadi, wajar saja kalau Abang tidak melihatnya, dan menganggap apa yang Kinna lakukan adalah bagian dari keisengan gadis itu.

Kinna dan Kai Vanessa—begitu nama lengkap sang Abang—teramat dekat dan saling menyayangi. Keduanya tampak selalu bermain bersama, membuat kue dan roti bersama, bahkan bermain voli bersama. Keduanya teramat sangat dekat sampai kecelakaan mengenaskan itu terjadi.

Mobil sedan hitam ... telah menggilas tubuh sang Abang. Kupu-kupu army yang semula selalu mengikuti sang Abang pun, ikut tergilas juga. Hanya saja, meski beberapa ada yang tergilas pun, jumlah mereka malah semakin banyak. Beberapa ada yang terbang bebas dengan sesekali mendarat di atas tubuh sang Abang dan menghisap darahnya.

Mengerikan. Kinna tidak bisa melupakan itu, sungguh.

Kinna selalu menganggap bahwa kekuatannya adalah anugrah. Bisa membantu banyak orang dengan menjauhkan mereka dari kupu-kupu army. Namun sayangnya, Kinna betul-betul tidak bisa membantu atau menghadapi yang satu ini.

Kai tewas, dan Kinna tidak bisa melindunginya. Meninggalnya sang Abang berimbas pada kedua orang tuanya.

Kinna akhirnya dipaksa bungkam, dan dituntut untuk menuruti semua kemauan kedua orang tuanya. Membantu mengurus toko roti, belajar yang rajin, bahkan sekolah SMP yang Kinna masuki pun atas suruhan orang tuanya yang tak boleh dibantah.

Kedua orang tua Kinna masih membayangkan adanya Kai, masih mengingat Kai, masih merindukan Kai hingga saat ini. Sampai akhirnya, Kinna menyadari sesuatu yang mengenaskan.

Kedua orang tuanya tidak menyayanginya. Lebih mengenaskannya mereka menganut patriarki. Menjunjung tinggi Kai selaku satu-satunya anak laki-laki. Anak kebanggaan keluarga Vanessa.

Kinna tidak iri, serius, tetapi, bisakah mereka memperhatikan Kinna dan menganggap eksistensinya? Menganggap kalau Kinna juga pantas untuk dicintai?

Kinna lelah diperlakukan seperti ini. Diperlakukan seperti tidak ada. Kemudian disuruh bungkam padahal dirinya ingin mengatakan sesuatu.

Karenanya, ketika dia mendengar ucapan Pak Sobari perihal sekolah gratis, dia pun langsung membuat keputusan dan dengan mantap ingin bersekolah di Akademi. Bukan tanpa alasan kenapa Kinna ingin bersekolah di sana. Dia hanya ingin kabur dari belenggu kedua orang tuanya, dan juga rasa bersalahnya kepada Abangnya, serta kenyataan kalau orang tuanya selama ini hanya menyayangi Kai.

Karena itulah, Kinna pun memutuskan untuk keluar dari group chat setelah dirasa tidak ada yang mendukungnya. Terlebih, Kinna juga sudah menceritakan hal ini pada ketiga sahabatnya.

Diana-lah orang pertama yang memberinya saran dan dorongan untuk terus mensyukuri kekuatannya. Serta orang pertama yang memberinya pengertian kalau apa yang terjadi pada Abangnya bukan salahnya.

Apa yang terjadi pada Kai bukan salah Kinna. Itu pekerjaan takdir, dan Tuhan selaku pemilik takdir, memutuskan untuk membawa Kai di usia muda. Begitulah yang Diana katakan padanya.

Bukan hanya Diana. Rura dan Elsa juga sependapat dengan gadis cantik itu, dan mereka pun ikut  memberi dorongan pada Kinna untuk terus mensyukuri dan menggunakan kekuatannya untuk hal-hal baik.

Four Ladies of Praiser [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang