Praiser 17: Power

19 5 18
                                    

APA yang Elsa katakan tidak salah. Rura mengeluarkan ekspresi ingin tahu, Diana memasang telinganya baik-baik, dan Kinna memutuskan untuk mengatup rahangnya dan mendengarkan.

Pak Sobari mendehem sejenak, membetulkan posisi duduknya, dan mulai menjelaskan. "Kekuatan Praiser memiliki empat tahap, Tahap Pertama atau Tahap Pengenalan, Tahap Kedua atau Tahap Pembangkangan, Tahap Ketiga atau Tahap Penguasaan, dan Tahap Keempat atau Tahap Master."

Tahap Pertama atau Tahap Pengenalan merupakan tahap paling mudah dalam kekuatan Praiser. Di tahap ini, biasanya para Praiser baru mengetahui kekuatannya seperti apa, gunanya untuk apa, dan lain-lain. Bisa dibilang, Praiser Tahap Pengenalan merupakan Praiser Tahap Polos."

Tahap Kedua atau Tahap Pembangkangan merupakan tahap paling berbahaya dan paling berisiko. Di sini, kekuatan para Praiser akan berkembang sangat pesat dan mengalami pergolakan dahsyat sehingga mau tak mau, Praiser Tahap Empat atau Master, harus turun tangan. Di tahap ini, kekuatan para Praiser bukan hanya bisa menyakiti dirinya sendiri, tetapi juga bisa menyakiti orang lain. Bahkan, Praiser Tahap Empat atau Master sekalipun, bisa terkena dampak dari kekuatan Praiser Tahap Pembangkangan."

"Apakah ada Praiser Tahap Master lain yang nyaris celaka gara-gara membantu Praiser Tahap Dua?" tanya Kinna. Pak Sobari mengangguk. "Ada."

"Siapa?"

Dengan jelas nan lugas Pak Sobari menunjuk dirinya sendiri dengan jempolnya. Keempat sahabat melebarkan mata. "Serius, Pak? Siapa Praiser Tahap Dua itu?" Kinna bertanya sambil berseru. Teramat sangat penasaran.

"Anak yang sudah kami ceritakan barusan, yang sekarang sudah berada di Akademi. Jujurlah, saya lebih bersyukur bertemu dengan kalian daripada bertemu dengannya. Dia ... nyaris hendak membunuh saya. Ah, tidak. Bukan hanya saya. Teman-teman sekelasnya pun hampir terbunuh. Guru beserta staff pun juga, nyaris bernasib sama seperti saya dan murid lain. Kalau saja saya dan lima anggota divisi keamanan tidak langsung menariknya, dia pasti sudah memusnahkan seluruh sekolah," jelas panjang lebar Pak Sobari menjelaskan kejadian itu.

Keempat sahabat mengernyit. Diana dan Elsa saling tatap, dan keduanya sama-sama berpikir semengerikan apa kekuatan yang anak itu miliki sampai nyaris memusnahkan sekolahnya sendiri. Kinna meringis, dan Rura merinding takut. "Seram."

"Ya, memang seram. Namun sekarang dia sudah dimasukan ke Akademi. Jadi, aman." Pak Manggala menimpali. Mencoba menenangkan Rura.

"Kalau boleh tahu, butuh berapa orang untuk bisa membantu Praiser Tahap Dua?" tanya Elsa.

"Yah, sebenarnya tergantung kekuatan dan kondisi mental si Praiser. Apakah mentalnya sakit atau tidak, kekuatannya berbahaya atau tidak. Tergantung. Namun, dari kasus saya, saya sendiri membutuhkan lima orang anggota divisi keamanan. Biasanya, dalam menangani Praiser Tahap Dua membutuhkan dua atau tiga orang divisi keamanan. Nah, kalau sudah begitu, pasti kalian sudah bisa menebak seberapa sakit mentalnya dan betapa kuat kekuatannya," jelas Pak Sobari.

"Yah, berarti kekuatan kita nggak kuat dong." Kinna merengut kecewa sambil menatap Diana selaku orang yang juga mengalami tahap dua. Diana hanya berkedip. Dia tidak selemot Rura. Hanya saja, mendengar ucapan Kinna membuat otaknya harus memproses terlebih dahulu.

"Anda mau kena sakit mental?" Pak Sobari bertanya sarkas sambil menoleh ke arah Kinna. Kinna balik menatap Pak Sobari, tak mengerti. "Semakin sakit mental Anda bukan berarti kekuatan Anda semakin kuat. Malah itu sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian. Kasus yang saya alami dengan anak itu, si Praiser mengalami keseimbangan antara sakit mental dan kekuatan besar. Jadi, dia masih bisa selamat."

"Hmm ... kalau kekuatannya lemah tapi mentalnya stabil, apakah bisa selamat?" tanya Kinna, bermaksud memperjelas pemahamannya. Pak Sobari mengangguk. "Selamat."

Four Ladies of Praiser [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang