LJN [Gym Trainer] (Part Dua) by request 🔞

5K 5 0
                                    

Menjadi pegawai negeri sipil merupakan impian bagi beberapa orang. Impian untuk mereka menata karir di masa depan, dengan berharap akan sebuah tunjangan di masa tuanya nanti.

Padahal sebenarnya pekerjaan tak harus menjadi pegawai negeri sipil. Asal kita memiliki skill yang sering kita asah dan menjadi daya tarik bagi perusahaan, maka kita pun berhak mencari pekerjaan lainnya dan tak berpatok pada satu tempat saja kan?

Tapi keinginan orang pun berbeda-beda kan? Dan kita pun tidak dapat memaksakan mereka untuk mematakan mimpinya bukan?

Sama halnya dengan Sena saat ini.

Dirinya telah gagal pada tahap pemberkasan seleksi pegawai negeri sipil pada tahun ini. Pemberkasan yang membuat dirinya gagal adalah berat badannya yang tak sesuai dengan BMI. Sedangkan tubuh Sena terlalu kurus untuk anak seusianya. Tingginya yang cukup tinggi, namun beratnya pun cukup rendah.

Bagi Sena pun sia-sia saja ia mengikuti pelatihan kesehatan di tempat Sean. Berat badannya ternyata tetap tak naik meski dirinya telah mengikuti proses yang telah di minta oleh Sean sebelumnya.

Dibalik Sean yang hanya menjadi tutor gym untuk Sena, rupanya ia menyimpan rasa kepada perempuan tersebut. Perempuan yang cukup menarik dalam hal sikap, fisik, dan juga perkataannya.

Mulut manis Sena bagaikan candu bagi Sean pada kali pertama. Mulutnya yang manis pun membuat Sean semakin tergila-gila untuk memiliki Sena dengan cara apapun, termasuk cara untuk mencumbu sang puan ketika selesai berlatih di tempt gymnya.

Dan untungnya Sena tak menolak. Justru ia pun juga memiliki ketertarikan yang sama kepada Sean sejak kali pertamanya berjumpa.

Terhitung sudah empat puluh hari mereka cukup dekat dengan satu sama lain. Kedekatan yang tak memiliki status di dalamnya membuat mereka pun ambigu untuk melarang satu sama lain dalam hal bertemu dengan lawan jenisnya.

Sean sesekali masih menemui Anita dengan sepengetahuan Sena. Ia menemui sahabatnya karena dirasa sang puan membutuhkan kehadirannya pada beberapa waktu tertentu.

Tapi Sena hanya diam, tak melarang Sean karena memang bukan haknya untuk melarang. Alhasil, Sena juga melakukan hal yang sama, mulai menemui lelaki lain karena ia juga tak ingin membuang waktu dengan hubungan yang tak memiliki kejelasan di dalamnya.

Sean.

Aku di basement, ya.

Pesan singkat yang dikirimkan oleh Sean membuat Sena menatap tubuhnya kembali di depan cermin. Menatap dirinya sedemikian rupa untuk memastikan jika penampilannya tak berlebihan hanya untuk ukuran makan malam di rumah Sean nantinya.

Sebelumnya Sena dikejutkan oleh ucapan Sean yang hendak mengajaknya ke jenjang yang lebih serius. Lelaki berumur dua puluh lima itu seakan terlihat santai dalam mengajak Sena berbicara. Seolah pernikahan merupakan suatu hal yang mudah untuk mereka jalankan.

Sena berkali-kali menghembuskan nafasnya kasar karena merasa gugup dengan apa yang akan dibicarakan oleh Sean nantinya. Kini kakinya terus melangkah, menatap seorang lelaki berbadan tegap yang tengah melambaikan tangan ke arahnya.

"Kenapa enggak langsung naik deh?" tanya Sena karena tak biasanya Sean menunggu dirinya di basemant.

"Takut khilaf kalau harus mampir ke unit kamu dulu." goda Sean yang membuat Sena mencubit lengan sang tuan dengan kuku-kukunya.

"Rese!" ketus Sena.

Sena pun berlalu, masuk ke dalam mobil milik Sean terlebih dahulu.

Setengah di perjalanan, tingkah Sean benar-benar seperti buaya darat. Mengambil tangan kanan Sena dengan tangan kirinya, dan mencium punggung tangan tersebut berkali-kali.

Rasa geli menggelitik perut Sena tentunya. Mendapatkan perlakuan semanis ini tentunya membuat pipinya berwarna merah secara alami.

Mungkin memang Sena mudah terbawa perasaan oleh seorang lelaki. Tapi dirinya tak selalu seperti ini ketika bersentuhan dengan beberapa lelaki yang pernah ia temui selama hidupnya.

"Kamu kenapa cantik banget si?" pertanyan Sean terus membuat Sena mencubit kaki sang tuan karena merasa salah tingkah. Membuat Sean pun tertawa karena melihat sikap Sena yang nampak lucu di matanya.

"Kamu rapih banget deh, mas. Aku jadi ngerasa kayak enggak effort deh." mata Sena memandang kemeja yang membalut tubuh lelaki tersebut, membuat dirinya mulai membandingkan dengan pakaian yang tengah ia kenakan pada saat ini.

"Rapih-rapih juga nanti dibuka. Iya kan?"

Pertanyaan yang mengalir bersama perlakuan tangan nakal Sean yang hendak menjelah tubuh Sena pun membuat perempuan itu membeku seketika. Pasalnya, kini tangan kekar itu seakan menarik salah satu paha Sena, memintanya agar membuka paha tersebut lebih lebar dari posisi duduknya pada saat ini.

Mimik wajah Sean tetap santai, tak terlihat seperti ada apa-apa meski tangannya semakin menyusup ke dalam skirt yang dikenakan oleh Sena pada malam ini.

Sena yang nampak resah dengan usapan halus Sean pada pahanya pun meremat seat bealt yang ada di sampingnya, tangannya terus meremat benda tersebut karena tubuhnya merasa lemas mendapatkan perlakuan seperti ini dari Sean.

Seketika lampu lalu lintas pun berubah menjadi warna merah. Kesempatan pun semakin berpihak pada Sean, karena kini kedua jarinya sudah masuk ke dalam kewanitaan dengan ibu jari yang mengusap klitoris sang puan dengan begitu lembut.

Sean menikmati permainan ini. Melihat tubuh sang puan yang tak mau diam membuat Sean pun melepaskan seat bealt yang ada pada tubuh Sena, seraya memundurkan kursi yang di duduki oleh Sena hingga sang puan pun sedikit berbaring di atas kursinya.

"Lagi di jalan, mas." tegur Sena dengan bibir yang menahan desahannya karena dorongan jari Sean di dalam kewanitaannya.

"Aku masih bisa nyetir pakai tangan satunya." jari Sean terus menggelitik kewanitaan Sena, mengoyaknya dengan cepat, hingga milik Sena berkedut seketika. "You just have to moan my name if you wanna end game."

Selanjutnya bisa kalian akses ke bioku, klik urlnya dan cari tulisan (LJN) >> klik sesuai judulnya, dan buka passwordnya dengan berlangganan di trakteer atau pun karyakarsa.

Selamat membaca

Oneshoot NC 21+ [Part 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang