Oneshoot NC 21+ [Part 2]

LHC [Dark Spot] 🔞

Darah muda dengan segala keingintahuannya terhadap suatu hal. Merasa asmaranya tengah membara, hingga meletup letup bagaikan suatu lava pada gunung merapi. Bagi mereka, ciuman merupakan hal yang memabukkan hingga membangunkan sebuah kupu kupu yang menggelitik pada perutnya. Kemudian, mereka mengikuti nafsu yang memupuk dalam benaknya, atas perasaan nikmat yang telah disalurkan, melalui decapan-decapan yang terdengar oleh telinga mereka.

Sifat pasangan muda yang merasa tak puas akan sesuatu. Mereka mencari cara agar dapat melakukan hal tersebut tanpa mengkhawatirkan suara jam dinding yang berdenting setiap detiknya. Merasa terburu-buru dalam melakukan hubungan seksualnya, karena takut diketahui oleh penghuni lainnya. Untuk itu, biasanya mereka akan menyelinap secara diam-diam, seperti seorang maling yang akan mencuri. Padahal, yang akan mereka curi adalah sebuah kenikmatan dari kekasihnya yang belum berani mereka ajak ke jenjang pernikahan.

Rasanya sudah kepalang nikmat. Beberapa dari mereka memutuskan untuk mencari sebuah tempat tinggal yang bebas akan akses masuk selama 24 jam. Mencari tempat tinggal yang tak mengkotak-kotakan khusus seorang laki-laki atau pun seorang perempuan.

Nada merupakan seorang perempuan kelahiran 2004 yang tengah jauh dari keluarganya. Bukan karena sebuah pertengkaran, melainkan karena urusan perkuliahannya yang mengharuskan Nada untuk tinggal di kota lain. Awalnya, Nada merasa berat hati untuk jauh dari kedua orangtuanya. Sifatnya sebagai anak bungsu yang selalu saja dimanja oleh ayahnya kembali datang. Nada merasa takut untuk berbaur di kota ini. Namun, Nada juga tak bisa meninggalkan harapannya begitu saja. Menjadi seorang dokter, tentu saja telah direncanakan oleh Nada, sejak dirinya duduk di bangku sekolah dasar.

"Nghhhh...."

Lengguhan keluar dari bibir Nada, ketika ia merasa lelah dengan tugas perkuliahannya. Kantung matanya yang hampir membesar dikarenakan dirinya kurang untuk beristirahat secara benar.

"Ohhh kamu diam-diam solo ya kalau aku enggak ada di rumah?" suara lelaki yang ia kenal tiba-tiba saja menyadarkan lamunan dirinya. Nada memasang wajah kesal. Merasa terusik dengan kedatangan Arya.

Arya, lelaki dengan kulit cokelat dan tinggi 181 cm merupakan kekasih hati Nada selama empat bulan lamanya. Mereka memutuskan untuk berkencan, setelah merasa memiliki kecocokan dengan visi dan misi mereka dalam
berhubungan. Bahkan, mereka juga memutuskan untuk tinggal secara bersamaan. Bukan karena untuk hemat pengeluaran. Melainkan, menambah pengeluaran dalam hal lain.

Ya, pengeluaran cairan putih yang mengalir dari tubuh mereka. Atau yang disebut sebagai cairan orgasme.

"Lo gila, ya? Dari kemarin, gue belajar untuk ujian blok dan enggak ada waktu buat gue untuk fingering gitu." singgung Nada. Tangannya cepat-cepat merapihkan beberapa barang yang tergeletak di atas tempat tidur. Seperti; buku, ipad, tempat pensil, dan juga stop kontak untuk mengisi daya ponselnya.

"Kirain kan." Arya mengangkat kedua bahunya. Kemudian, bibirnya tersenyum senang kala melihat sang kekasih yang amarahnya mulai terpancing. "Btw, gimana soal pindahan aku, Nad? Boleh enggak kalau besok aja mulai pindahin barang-barangnya?" tanya Arya—Lebih ke arah meminta izin agar Nada dapat memaklumi kesibukannya.

Nada menghela nafasnya kasar. Setelah itu, ia hanya menganggukkan kepalanya karena merasa lelah untuk berdebat dengan kekasihnya.

"Aku bilang juga apa? Ribet kan kalau living together gini? Kalau, seandainya, mama kamu atau mama aku ke kostan secara tiba-tiba dan nge-gap kita, gimana?" Nada mengacak rambutnya. Merasa bingung dalam menyikapi hal yang tengah ia takuti.

Lagipula, ide dari mana mereka memutuskan untuk living together? Padahal, kedua orangtua mereka cukup strict dalam urusan hal-hal tabu seperti ini karena suatu adat dan budaya di negeri ini. Namun, Arya dan Nada mengikuti beberapa temannga yang mencontoh budaya luar. Bahwa, tak apa untuk tinggal bersama seorang pasangan sebelum menikah.