Crassshhhh
Suara shower dari kamar mandi terdengar menenangkan bagai rintikan hujan. Tapi di telinga ahmad suara itu malah membuat jantungnya berdetak tak karuan. Ustadz Mada yang saat ini sedang mandi itu pun merasakan perasaan yang sama dengan ahmad. Jantung mereka berdua tak henti-hentinya di pompa, perasaan campur aduk entah senang atau kesal akan satu sama lain namun terdapat kenyamanan juga.Cklek
Pintu kamar mandi terbuka menampakkan ustadz Mada dengan rambut setengah basahnya. Ahmad tengah meringkuk membelakangi nya tak sanggup melihat sosok yang saat ini tengah mendekat ke arahnya."E-Ehemm.. " Ustadz Mada berdehem berharap seseorang merespon nya tapi malah di abaikan. Ia kesal dan berakhir membalik tubuh ahmad agar mengahadap kepadanya. Betapa terkejutnya ustadz Mada melihat kondisi wajah ahmad saat ini, Seluruh Pipinya sudah bersemu kemerahan dan tubuhnya juga tampak sedikit berkeringat. Dengan sebelah tangan yang menutupi wajahnya ahmad tampak seperti..
"ASTAGHFIRULLAH AHMAD! ANTUM SAKIT? KOK MERAH-MERAH GINI!!" reaksi ustadz Mada panik melihatnya, ia segera menyentuh kening ahmad memeriksa suhu tubuhnya.
"Ehh.. Ngga panas kok?! " Ucap ustadz Mada, ahmad tampak kesal melihat respon ustadz Mada.
BRUKKK
"Hahh.. Yang bikin ana kaya gini tuh antum...ustadz!" Jawab ahmad menghela nafas setelah membalik posisi mereka berdua, kini ahmad yang berada di atas dengan kedua lengannya mengungkung ustadz Mada di bawah tubuhnya.Ustadz Mada hanya menatap datar orang yang berada di depannya itu. Posisi seperti ini seharusnya akan terlihat sangat romantis jika mereka adalah pasangan, namun ini malah terlihat sangat konyol. Bayangkan saja seorang pria dewasa barada di sebuah kungkungan seorang bocah yang tubuhnya lebih kecil darinya. Alhasil ustadz Mada malah menoyor kepala ahmad agar menyingkir darinya.
Kini keduanya berbaring bersebelahan menatap langit-langit kamar dan bersiap untuk tidur.
"Jadi, gimana penjelasan nya dek? " Tanya ustadz Mada.Sebelumnya setelah acara makan malam selesai dan berakhir mereka berdua mencuci piring bersama, saat hendak pulang ustadz Mada malah di paksa untuk menginap saja di rumah ahmad. Alasannya karena kedua orangtua ahmad mendadak ada urusan di luar jadi tak akan ada siapa-siapa yang menemani ahmad. Dari situ baru lah ustadz Mada berani berbicara duluan kepada ahmad meminta penjelasan. Ahmad pun mengiyakan dan memintanya untuk menunggu. Namun sama seperti saat di pondok, ahmad selalu mengulur-ulur waktu. Hingga kini ia malah pura-pura tidur demi menghindari semua pertanyaan ustadz Mada.
Tapi sayang ustadz Mada tak sesabar itu, ia mengambil sebuah bantal dan membekapkannya ke wajah ahmad hingga ia kesusahan bernafas.
"NIHHH MAKAN TUH TIDUR...SEKALIAN TIDUR AJA SELAMANYA!" Kesal ustadz Mada
[mohon untuk tidak di tiru karena ini perbuatan tidak baik ya adik-adik :)]
"Mmmhhh mphhh aummphnn.." Ahmad meronta-ronta meminta ampun, ustadz Mada pun menghentikan aksinya sebelum ahmad benar-benar kehabisan nafas."Hahh hahh hah.. Tega banget sih bang!" Kesal ahmad meraup udara sebanyak-banyaknya agar tak kehabisan nafas
"Yahh lagian antum sih orang ana cuman minta penjelasan, lama nya minta ampun" Balas ustadz Mada. Penjelasan yang ustadz Mada maksud adalah tentang mengapa ia tak mendapatkan hukuman walaupun dirinya sudah memukuli santrinya sendiri, dan kabar yang ia dapatkan dari kang adi katanya semua itu ada hubungannya dengan ahmad. itu sebabnya ia meminta penjelasan padanya.
"Hmm, mulai dari mana ya enaknya"
Ahmad tampak sedang berpikir bagaimana ia akan menjelaskan semuanya. Jujur saja selama ini dirinya memendam perasaan pada ustadz nya ini namun ia tak berani untuk mengungkapkan nya. Saat kejadian ustadz Mada memukuli santri nya sendiri karena membela ahmad, ia merasa sangat senang karena ustadz nya itu peduli kepadanya namun di sisi lain ia juga sedih dan takut karena pasti ustadz Mada akan mendapat hukuman atau bahkan di keluarkan dari pondok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Indigo [BL]
RomanceSedari lahir ia sudah bisa melihat mahluk tak kasat mata itu. bukan sesuatu yang mudah baginya yang seorang penakut bisa menghadapi semua cobaan ini. terlepas dari semua itu ia hampir putus asa dengan keadaannya, namun ia berubah setelah bertemu den...