[NOTE : di cerita kali ini kita lihatnya dari pov ustadz dias di masa lalu]
[Masa Lalu Ustadz Dias]
Kala itu suasana di pesantren ini masih terasa sangat sunyi, dengan diiringi suara angin yang menyapu pepohonan dan gemerisik daun kering di halaman pondok. Pesantren ini terletak di pedalaman desa, jauh dari keramaian kota. Tampak bangunan-bangunan tua dengan tembok yang mulai memudar oleh waktu menambah kesan kuno pada pesantren tersebut. Di tengah keramaian santri yang berlalu lalang, ada seorang pemuda yang tampak berbeda dari santri lainnya, kalian tentu mengenal pemuda tersebut. ia adalah ustadz dias yang kala itu masih remaja.
Dias adalah pemuda dengan perawakan yang putih dan halus. Wajahnya yang cantik dengan mata yang teduh membuatnya mudah dikenali di antara para santri lainnya karena hampir menyerupai seorang gadis. Namun, perbedaan ini pula yang membuatnya menjadi sasaran cemoohan dan olokan sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di pesantren itu. Orang-orang memanggilnya Mairil, sebuah julukan yang sering digunakan untuk menggambarkan pria yang kemayu atau memiliki kecenderungan seperti perempuan. Julukan ini melekat pada dirinya, terutama karena sikap dan gerak-geriknya yang lembut dan halus.
[Note : mohon maaf banget ini gue ngarang dan sebenernya ngga terlalu paham 'mairil' yang sebenernya tuh apaan, cuman pernah denger2 aja si dan yg gue tangkep ya gitu. mls nyari2 lagi, takut ketauan emak gue bjir karena dulu pernah ketauan tapi gue ngelak hehe. dh lanjut baca yaa]
Dias dulunya adalah anak kota yang terpaksa dipindahkan ke pesantren oleh kedua orang tuanya. Mereka khawatir dengan kecenderungan Dias yang terlihat melenceng dari norma-norma yang mereka pahami. Di SMP Dias sering menjadi korban bully karena sikapnya yang berbeda. dan ketika akhirnya dipindahkan ke pesantren, harapan orang tuanya adalah agar lingkungan yang lebih religius ini bisa mengubahnya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
Di awal memasuki pesantren Dias dijauhi oleh teman-temannya. Namun beberapa santri juga ada yang menunjukkan ketertarikan mereka pada dias dikarenakan perbedaannya itu, karenanya tak sedikit pula yang menjadikannya objek ejekan. Di usia pubertas yang mulai menampakkan gejolaknya, para santri yang terpisah dari lawan jenis itu pun mencari-cari perhatian, dan Dias dengan penampilannya yang feminin menjadi sasaran. Mereka yang tak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan yang muncul malah menunjukkan ketertarikan mereka dengan mengganggu dan melecehkan Dias.
Suatu hari, gangguan yang diterima Dias semakin menjadi-jadi. Dias baru saja selesai mengambil air wudhu, dan ketika itu sekelompok santri mendekatinya di sudut halaman pesantren yang sepi. Mereka mulai menggoda dan memanggilnya dengan berbagai ejekan tak senonoh sembari tertawa dan saling menyikut. Dias mencoba mengabaikan mereka, tetapi cemoohan itu semakin keras hingga Salah satu dari mereka, mulai berani bermain fisik.
jika hanya sebatas sentuhan main-main dias tentunya tak akan melawan. namun kala itu perlakuan mereka sudah di luar batas kesabaran yang bisa dias tolerir. Dias terkejut dan meronta, mencoba melawan tetapi mereka hanya semakin tertawa lebih keras.
Ketakutan mulai meliputi Dias ketika salah satu dari mereka mulai meraba pundaknya dengan cara yang tidak pantas. Hatinya berdegup kencang, dan air mata mulai menggenang di sudut matanya. Dias merasa sangat terpojok, tak ada tempat untuk lari, dan tak ada satu pun yang bisa menolongnya. Di saat itulah, dari kejauhan, muncul sosok asing yang melihat ke arah mereka.
Dzai, dengan tubuh nya yang tinggi membuatnya tampak sangat mencolok di antara santri lainnya. ia menatap dari kejauhan dan segera menyadari apa yang terjadi. Tanpa berpikir panjang, dia berlari ke arah mereka dan mendorong santri yang sedang mengganggu Dias. Dengan suara tegas, Dzai menghardik mereka, "Apa kalian nggak punya malu? Ini pesantren, bukan tempat untuk berbuat yang ngga pantas!"
![](https://img.wattpad.com/cover/336967643-288-k914500.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Indigo [BL]
RomanceSedari lahir ia sudah bisa melihat mahluk tak kasat mata itu. bukan sesuatu yang mudah baginya yang seorang penakut bisa menghadapi semua cobaan ini. terlepas dari semua itu ia hampir putus asa dengan keadaannya, namun ia berubah setelah bertemu den...