SALIM POV
Waktu terasa berjalan lambat sejak kepergian Ustadz Dias. selama tujuh hari kami di pondok melaksanakan tahlilan untuk mendoakan beliau. Setiap hari, suasana pesantren tetap sunyi, seakan masih berkabung dalam diam.
Oh ya...perkenalkan lagi, namaku Salim. kalau-kalau kalian lupa dengan ku. Sejak peristiwa itu, hidupku berubah drastis. Rasanya seperti mimpi yang singkat, meski aku sadar bahwa hanya aku dan Ican yang tahu kisah sebenarnya di balik kematian Ustadz Dias.
Aku yang dulunya takut pada hal-hal mistis, malah terlibat begitu dalam dengannya. Aku menjadi saksi atas kejadian-kejadian yang melampaui nalar, tetapi anehnya, aku tak merasa takut. Justru aku bersyukur karena semua kejadian itu, membuat kenangan ku dengannya bertambah banyak.
Yang ku maksud itu adalah Ican, si hantu kecil yang selalu setia mendampingiku. Dia tak hanya sekedar membantu, tapi juga menjadi pelindung yang tak pernah kuduga.
Meskipun wujudnya hanyalah seorang anak kecil berusia sekitar 10 tahun, tapi sikapnya jauh lebih dewasa dariku. Ia selalu tahu kapan harus bertindak, dan setiap keputusan yang diambilnya selalu tepat. Rasanya nyaman sekali memiliki sosok yang memperhatikanmu seperti itu.
Tapi... belakangan ini, ada sesuatu yang aneh tentang Ican. Hantu kecil itu seperti... bertambah besar. Ya, aku tahu, kedengarannya konyol, tapi kenyataannya begitu.
Dulu, saat pertama kali aku melihatnya, dia setinggi pohon toge pendek sekali (canda yaa). Tapi sekarang? Dia sudah setinggi aku.
Aku mencoba menanyakannya beberapa kali padanya, namun selalu saja ada halangan. pernah suatu ketika aku sengaja memulai obrolan dengannya, berniat bertanya kenapa dia terlihat tampak tumbuh. Tapi, tepat saat itu, tiba-tiba saja seorang santri atau ustadz lain memanggilku. Dan anehnya, Ican langsung kabur begitu saja. Sangat mencurigakan, bukan? Mengapa dia kabur? Orang lain kan tak bisa melihatnya.
Atau kadang, ia mencari-cari alasan lain yang tak masuk akal. Kesibukan apa sih yang bisa dimiliki oleh seorang hantu?
Kesal juga rasanya ketika sahabatmu menyimpan rahasia darimu. Setelah beberapa kali gagal mendapatkan jawaban dari Ican, aku memilih untuk berjalan-jalan sendirian di koridor pesantren. Dengan santai, aku menendang-nendang kerikil kecil di jalan, membiarkan pikiranku melayang. Hingga tanpa sadar, aku sampai di ujung koridor yang sepi. Sepi sekali, tak ada seorang pun yang lewat di sana.
Ketika aku hendak melewati ujung dinding, sekilas dari ujung mataku, aku melihat sesuatu. Jantungku berdegup kencang, dan refleks aku bersembunyi kembali di balik dinding, menutup mulut agar tidak mengeluarkan suara.
Apa yang baru saja kulihat?
Di balik dinding itu, aku melihat sosok yang sangat familiar. Kang Adi—seniorku di pesantren—yang pernah kuceritakan di beberapa bab sebelumnya.
Tapi... dia nggak sendirian. Meski aku cuma sempat melihat sekilas, aku yakin sekali. Percaya deh, mataku ini lebih peka daripada kebanyakan orang.
Jadi yang kulihat adalah... Kang Adi dan... Kang Richan. mereka... glek... ci-ci...ciuman.
'A-apa tadi itu?!' Aku ternganga, berharap mataku salah lihat. Tapi telingaku tak bisa bohong. Desah-desah nafas mereka terdengar jelas. Aku masih bersembunyi di balik dinding, mencoba menenangkan diriku. Mukaku panas dan merah padam. Kenapa juga aku malah diam di sini lama-lama?
Akhirnya, setelah beberapa saat , aku memutuskan untuk perlahan-lahan mundur dan kembali ke arah semula. dengan Kepala tertunduk karena wajahku yang masih memerah. Aku berjalan menuju taman, ke arah keran air. Niatnya, aku ingin membasuh wajahku yang panas ini. Tapi ketika aku sampai di sana, tiba-tiba saja...
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Indigo [BL]
RomanceSedari lahir ia sudah bisa melihat mahluk tak kasat mata itu. bukan sesuatu yang mudah baginya yang seorang penakut bisa menghadapi semua cobaan ini. terlepas dari semua itu ia hampir putus asa dengan keadaannya, namun ia berubah setelah bertemu den...