Di pertengahan jalan menuju dermaga, Sarah melihat hamparan padang rumput yang luas, di mana ujungnya langsung berbatasan dengan lautan. Terdapat pagar-pagar pembatas yang menahan segerombolan domba di dalamnya. Sarah menghentikan langkahnya. Shanks di sampingnya pun ikut berhenti. Gadis itu mengambil sesuatu dari saku depan tasnya, sebuah kamera analog. Shanks tidak berkomentar apa-apa, memperhatikan anaknya yang memotret pemandangan di depannya.
"Kau mau melihat padang rumput itu?" tawar Shanks.
Sarah menoleh, ragu-ragu dia bertanya. "Bukankah kita harus cepat-cepat kembali?" tanyanya.
Shanks terkekeh. "Ada jalan pintas yang langsung mengarah ke dermaga. Lagipula, kapal kita masih memiliki daya yang cukup untuk kembali ke Red Force."
Sarah menatap padang rumput tersebut. Potret alam di sana semakin indah saat langit mendukung dengan memberikan semburat merah muda di garis cakrawala. Hijaunya rumput semakin melengkapi keindahan di dalamnya. Sarah ingin menangkap momen itu dari dekat. Kapan lagi dia bisa datang ke sini secara percuma?
Sarah mengangguk. Tanpa dia sadari, gadis itu tersenyum menatap Shanks. Pria itu terdiam, menyembunyikan rasa terkejutnya dengan berjalan lebih dulu. Ini pertama kalinya Sarah tersenyum setelah mereka berpisah selama bertahun-tahun. Senyumnya sangat hangat. Mengingatkannya dengan senyumannya yang selalu tulus dia berikan.
Padang rumput itu memiliki rute yang menurun. Sarah berlari, membiarkan gaya kelembaman menguasai tubuhnya hingga terus turun dari bukit. Tawanya lepas, dan itu sukses membuat hati Shanks begitu gembira.
"Huaa—"
Brak!
Shanks terkejut saat melihat Sarah terjatuh di rerumputan karena terlalu bersemangat saat berlari turun dari bukit. Pria itu menghampirinya dan mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri. Sarah tertawa akan tingkahnya yang konyol barusan. Gadis itu pun menerima uluran tangan Shanks dan bangun dari posisi terlentangnya. Pakaiannya sedikit kotor oleh dedaunan kecil serta potongan rumput. Shanks refleks membersihkan beberapa daun yang menempel di punggung serta rambut Sarah.
Sarah melanjutkan langkahnya menuju pagar pembatas. Matanya berbinar melihat segerombolan domba yang berlarian dan memakan rumput-rumput di sekitar. Tidak mau kehilangan banyak moment, gadis itu segera mengambil kembali kameranya dan memotret banyak gambar. Shanks tersenyum penuh makna. Dia merasa déjà vu, teringat kenangan-kenangan manis saat Sarah masih kecil dan menghabiskan waktu sore hari dengan jalan-jalan sambil melihat matahari terbenam. Mungkin Sarah sudah besar, berusia nyaris 19 tahun. Tapi bagi Shanks, Sarah hanyalah anak kecil berusia 5 tahun yang butuh seorang Ayah untuk dijadikan baginya sebagai tempat berpulang.
Shanks mendekati Sarah. "Hey, mau Ayah fotokan?" tawarnya.
Lagi-lagi seperti disihir, Sarah mengangguk senang. Memberikan instruksi bagaimana cara memotret dengan benar kepada Shanks, lalu gadis itu melompati pagar pembatas dan masuk ke dalam kawasan domba. Shanks memotretnya dengan baik. Sesekali memotret canon anak gadisnya itu. Setelah merasa puas, Sarah pun kembali menaiki pagar pembatas. Shanks memberikan tangannya untuk membantunya dan diterima dengan ramah olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coming Home
FanfictionHidup Sarah tiba-tiba harus dipersulit saat orang-orang pengunjung bar menangkap basah dirinya adalah seorang anak dari kaisar laut; Red Hair Pirate. Padahal, Sarah sudah mati-matian untuk memutus hubungan dari seorang pria yang menyumbangkan sebagi...