9 tahun yang lalu.
Malamnya tidak pernah tenang sejak kejadian itu. Akan selalu ada gambaran ulang mengenai ketakutannya akan luka di wajah dan punggungnya. Rasa sakit yang dia rasakan dulu, selalu menghantui tidurnya. Terlepas saat dia termenung menatap perapian atau melihat orang-orang tengah mengasah mata pisau. Saat itu lah kewarasan anak berusia 10 tahun itu hilang seketika.
Shanks melakukan apapun yang dia bisa. Menaruh semua pedang dan senapan dari pandangan anak itu, menutup perapian serta memadamkan segala macam api yang ada di kapal, membiarkan seisi kapal menjadi dingin dan gelap gulita.
Sarah terbangun di pagi buta dengan detak jantung yang berdebar. Keringat dingin membasahi kening hingga punggungnya. Lagi-lagi dia tersadar dari mimpi yang menyeramkan. Merasa ada pergerakan kecil di sampingnya, Shanks langsung sigap terbangun dan mengusap-usap punggung anak itu.
"Are you okay, sweetheart?" Shanks meraih dagu Sarah yang terlihat murung.
Tidak ada balasan apapun darinya, membuat Shanks memeluknya dan mengusap rambutnya. Beberapa menit kemudian, Shanks menggendong anak itu keluar dari kamarnya, naik ke atas tangga menuju setir kemudi berada. Sarah didudukan di kursi, sedangkan Shanks meraih teropong untuk melihat sekitar.
Seekor monyet yang merupakan salah satu teman mereka melompat dari atas tiang layar, ikut duduk di samping Sarah. "Kita sebentar lagi sampai. Monster, bangunkan yang lain!" Shanks meminta tolong kepada Monster.
Monyet itu langsung melompat turun menuju kabin, membangunkan yang lain sesuai permintaan Shanks. Kini tersisa gadis kecil yang duduk di kursi seraya menatap matahari pagi dengan tatapan kosong. Shanks ikut duduk di sampingnya. Ikut menatap pemandangan indah di hadapannya ini.
"Mimpi buruk lagi, hm?" tanyanya.
Sarah tidak mengatakan apa-apa, dia hanya mengangguk singkat dengan tatapan yang begitu datar. Tatapan yang tidak pernah berubah sejak setahun yang lalu. Shanks dan yang lain sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengembalikan senyum yang mereka rindukan, namun tetap tidak ada hasil. Anak perempuan kesayangan mereka telah berubah, dan tidak ada lagi keceriaan yang tersisa di mata merah gelapnya itu.
"Kau mau susu?" tawarnya. Sarah lagi-lagi hanya mengangguk. Shanks menurunkan dirinya dari kursi, menentengnya menuju dapur yang ternyata sudah ada Roo dan Benn yang sedang menunggu air mendidih. Sarah di dudukan jauh dari kompor, sebab dia masih takut terhadap api atau apapun yang bercahaya akan api.
Shanks mengaduk susu hangat di gelas bebek favoritnya dan memberikannya ke Sarah. Sembari menunggu anak itu menghabiskan susunya, Shanks duduk bergabung dengan Benn dan Roo.
"Ini sudah hampir setahun, tidak ada kemajuan," ujar Shanks kepada Benn dan Roo. Pria itu menyugar rambutnya kemudian memijat keningnya. "Aku harus apa untuk membuatnya kembali sembuh?" tanya Shanks.
Benn berdeham. "Mentalnya terluka. Kenangan kelam di pulau Guri tidak akan mengembalikan hidupnya seperti semula. Dia butuh waktu, Shanks," ucap Benn.
Shanks menatap anaknya itu yang sedang meminum susu. Ada banyak ketakutan yang hinggap dalam dirinya, salah satunya mengenai punggungnya yang terdapat luka bakar yang membentuk simbol cakar naga. Pernah suatu ketika Shanks memandikannya dan sebuah pertanyaan muncul darinya saat pria itu menggosok punggung anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coming Home
FanfictionHidup Sarah tiba-tiba harus dipersulit saat orang-orang pengunjung bar menangkap basah dirinya adalah seorang anak dari kaisar laut; Red Hair Pirate. Padahal, Sarah sudah mati-matian untuk memutus hubungan dari seorang pria yang menyumbangkan sebagi...