"Hadiah terbaik adalah apa yang kamu punya saat ini,
dan takdir terbaik adalah apa yang kamu miliki saat ini."
Pukul dua dini hari Haikal baru pulang dari cafe tempatnya bekerja, dan sekarang dia tengah mengendarai motor menuju apartemen miliknya. Lelaki itu ingin segera beristirahat, rasanya Haikal begitu lelah hari ini, Haikal juga merasa kepalanya pusing sekali. Tapi di tengah perjalanan Haikal melihat seorang wanita setengah baya dan bocah perempuan sekitar 6 tahunan itu yang tengah menangis duduk di pinggir trotoar. Dengan segera Haikal menepikan motornya guna menghampiri mereka.
Haika berdiri tepat di depan bocah perempuan itu duduk, "permisi,"
Wanita setengah baya itu mendongak menatap Haikal yang tengah berdiri di depannya, "iya mas, ada apa ya?"
Haikal tersenyum kakinya dia tekuk kan untuk berjongkok menghadap bocah perempuan yang tengah menunduk sambil terisak pelan, "kalau boleh saya tau, ini adiknya kenapa? kok nangis buk?"
Wanita setengah baya dengan daster yang sedikit lusuh itu menatap anaknya, tangannya terulur untuk mengelus kepala bocah itu dengan sayang. "anak saya lapar mas, saya belum bisa memberikan dia makan." setetes cairan bening tanpa sadar lolos dari mata sayu nya.
Haikal menatap bocah itu iba, tangannya terulur untuk mengelus pucuk kepala bocah perempuan yang menunduk di depannya. "jangan nangis cantik, kakak punya sesuatu buat kamu, tunggu bentar ya kakak ambilin."
Setelah mengatakan itu Haikal dengan cepat berdiri dati jongkoknya berjalan ke arah motornya berada. Haikal menyambar satu paper bag sedang yang berisikan jatah makanan yang dia dapat dari cafe tadi.
Haikal menyodorkan satu paper bag berisi makanan sementara tangan kirinya terulur untuk mengelus pucuk kepala bocah itu pelan, "nah ini buat kamu, tapi janji dulu sama kakak buat nggak nangis lagi, oke cantik."
Bocah 6 tahunan itu menatap paper bag yang ada di tangan Haikal, setelahnya dia menatap Haikal yang tengah tersenyum manis kepadanya. "ini apa kak?"
Haikal meletakkan paper bag di pangkuan bocah perempuan itu, "ini makanan buat kamu tadi katanya laper, iya kan? nih makan biar nggak laper lagi ya, udah jangan nangis nanti cantiknya ilang loh." kedua tangan Haikal menghapus jejak air mata bocah itu lembut.
Bocah perempuan dengan piyama tidurnya yang terlihat sedikit lusuh itu tersenyum manis ke arah Haikal, "makasih kak,"
"Sama - sama cantik. Oh iya, itu ada 2 yang satu buat ibuk ya." Haikal tersenyum tipis menatap bocah perempuan dan ibu itu bergantian.
Ibu itu pun tersenyum, "terima kasih ya mas, semoga mas selalu di kelilingi orang - orang baik."
Lelaki dengan jaket kulit kebanggaannya itu tersenyum ke arah ibu itu, "iya buk sama - sama, terima kasih juga atas doa nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Jendela [END]
Teen FictionVERSI LEBIH LENGKAP ADA DI NOVELTOON, GRATIS!!! "Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela. "Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra. [PEACEABLE...