Bagian 4. Story

2 1 0
                                    

"Selamat datang dikediaman Rasydan, Aya" Sambut Bunda Zemira di pintu utama rumah mewahnya. "Ayo masuk, nak" Ajak Bunda. Aya pun melangkah masuk, diikuti oleh Aarav dibelakangnya.

Benar-benar megah rumah keluarga Rasydan ini. Ruang tamunya sangat cantik dengan desain Eropanya. Terpajang photo keluarga Rasydan disana, pantas saja jika Aya merasa bahwa dirinya dan Aarav berbeda status sosial.

"Perkenalkan, ini Papanya Aarav" Ujar Bunda memperkenalkan Papa Rasydan kepada Aya. Untuk pertama kalinya Aya bertemu Papa Aarav, selama ini ia hanya melihat Papa Aarav di televisi dan majalah yang membicarakan tentang kesuksesannya sebagai pemilik restoran mewah berkelas di Indonesia.

"Oh jadi ini yang namanya Aya ya" Sapa Papa Rasydan hangat. Hems... Aarav bukan hanya beruntung memiliki kepintaran, ketampanan, kedua Kakak yang tampan dan kekayaan yang bergelimang saja. Tapi juga ia sangat beruntung memiliki Ayah dan Ibu yang begitu hangat dan baik seperti mereka. Ya... Sifat down to heartnya Aarav, Aya pastikan menurun dari sifat baik kedua orang tuanya.

"Iya..."

"Panggil Om saja, tidak apa" Timpal Papa Rasydan.

"Iya Om. Perkenalkan, saya Aya"

"Iya, iya. Cantik ya Bun, tapi nga kalah toh cantiknya sama Bunda. Woh tetep Bunda yang paling cuantik di mata Papa" Canda Papa Rasydan, membuat Bunda Zemira tersipu malu mendengarnya. Aya dan Aarav hanya tampak melirik manis satu sama lain.

"Bisa saja Papa ini. Ya sudah, ayo silahkan duduk nak Aya. Kita makan malam bersama ya" Aarav pun seketika saja langsung menarik kursi yang tepat berada didekat Bunda Zemira untuk Aya duduki. Aya sejenak tersenyum dengan perlakuan manis Aarav itu, begitu juga Bunda Zemira yang melirik hangat Papa Rasydan. Setelah memastikan Aya nyaman dengan duduknya, Aarav pun berlalu mengambil duduknya pula disamping kanan Aya. Mereka pun memulai makan malam hangat mereka.

"Terima kasih ya nak Aya, sudah menyelamatkan Bunda Zemira. Untung saja ada nak Aya ya Bun" Ucap Papa Rasydan.

"Iya Pa, Bunda merasa berutang nyawa dengan Aya" Timpal Bunda dengan mata berbinarnya.

"Nga Bu. Aku cuma niat membantu aja disaat itu. Ibu nga harus sampai merasa berutang nyawa seperti itu Bu" Tutur Aya merasa tak enak hati, tapi lucunya Bunda tiba-tiba saja menitihkan air matanya, membuat Aya bingung melihatnya. Aya melirik sendu Aarav yang tampak duduk manis disisi kanannya itu.

"Bunda memang orangnya mudah tersentuh, Ya. Nga pa-pa, Bunda baik-baik aja" Bisik Aarav, Aya sedikit tenang mendengarnya.

"Sudah, sudah... Lanjutkan makannya" Ucap Papa Rasydan memecah keheningan, makan malam pun kembali dilanjutkan.

Namun tak berapa lama, terlihat Rayan memasuki pelataran ruang makan. Ia tampak mengenakan kemeja putih yang dibalut sempurna dengan jas creamnya.

"Rayan pulang Papa, Bunda" Sapa Rayan. Sejenak menatap hangat Papa Rasydan dan Bunda Zemira, tatapan teduh Rayan pun kini beralih melirik Aya yang tersenyum manis kepadanya.

"Luka mu sudah membaik dan sering diobati?" Tanya Rayan dengan sorot mata dinginnya. Benar-Benar ketiga Kakak beradik ini, mata mereka sama-sama memilik sisi dingin yang membuat siapapun akan membeku karenanya.

"Iya, sudah lebih baik dok" Jawab Aya.

"Panggil Kakak saja, kamu lebih muda satu tahun kan dari Aarav?"

"Ah, iya... Kak... Rayan" Ujar Aya masih terdengar canggung.

"Syukurlah"

"Orion pulang" Kali ini terdengar suara lemas Orion, memasuki ruang makan luas itu. Tipikal yang sedikit berbeda dengan Rayan dan Aarav. Walau Orion merupakan Kakak dari Aarav, tapi jika dilihat-lihat Orion masih lebih manja dan kekanak-kanakan daripada Aarav yang merupakan Adiknya.

UNREQUITED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang