Bagian 6. A Long Journey

5 1 0
                                    

Waktu berjalan cepat, matahari kembali terbenam. Jam sudah menujukan pukul 7 malam. Tepat di lobby Dandelion's Music terlihat Seira tengah melangkahkan kakinya disana.

Namun langkahnya sejenak terhenti, saat ia mendapati Aarav berdiri dibawah teras perusahaan Ayahnya itu. "Tumben..." Monolog Seira. Ia pun lantas melanjutkan langkah kakinya lagi, menghampiri calon Iparnya itu.

"Kak Aarav" Panggil Seira membuat Aarav memutar pandangannya.

"Seira" Sahut Aarav tenang.

"Tumben. Nga pernah sekalipun deh Kakak kesini? Ada apa Kak?" Tanya Seira, tampak kerutan halus menghiasi dahinya.

"Aku cuma mau jemput Aya"

"Aya, hems... lagi-lagi Aya. Kenapa semua orang selalu membicarakannya? Jadi, siapa Aya itu? Kenapa Kakak dan Rayan, atau jangan-jangan Kak Orion, Bunda dan Papa Rasydan juga mengenalnya?" Ketus Seira melipat kedua tangannya didepan dada. Sedikit kaget mendengar nada bicara Seira yang seakan tidak menyukai Aya, Aarav pun tampak berlalu memejamkan matanya sebentar.

"Okay, iya... Orion bahkan Bunda sudah mengenal Aya. Aya... Dia teman semasa kuliah ku" Jawab Aarav.

"Teman semasa kuliah, jangan bilang... Aya orang yang selama ini Kakak cari itu?"

"Iya, betul"

"Oh... Jadi dia orangnya. Bagaimana kalian bisa bertemu? Nga, bukan, lebih tepatnya, gimana Kakak bisa menemukan dia?"

"Dia yang menyelamatkan Bunda dari kecelakaan waktu itu"

"Ah... Jadi dia penyelamatnya. Ha... Baik juga tuh orang" Senyum sinis Seira.

"Jadi... Dimana Aya? Apa ia sudah menyelesaikan jam kerjanya?" Tanya Aarav, kembali kepada tujuan utamanya datang ke Dandelion's Music.

"Entahlah... Aku tidak melihatnya sejak aku datang kesini. Aku lihat rekapan jadwal hari ini, dia nga masuk juga. Seharusnya dia ada Jadwal mengajar hari ini" Terang Seira. Kali ini Aarav lah yang mengerutkan dahinya. "Sudahlah, aku pergi duluan Kak. Kak Gauri sudah menungguku. Bbyyeee...." Ujar Seira lantas pergi meninggalkan Aarav yang tidak menggubris kepergiannya. Ia hanya sibuk dengan pemikirannya sendiri, mempertanyakan kenapa dan dimana Aya sekarang?

Aarav lantas mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Aya melalui ruang chatnya, namun tak ada respon sama sekali. Walau sangat malas melakukan telepon secara langsung, mau tidak mau Aarav pun berlalu menelpon Aya. Tapi tetap saja, nihil. Tak ada respon dari Aya disana.

Degup jantung Aarav mulai berdebar kencang, "Aya nga mungkin menghilang lagi kan!!!" Seperti itulah desit hati Aarav berkata. Dengan langkah luasnya, Aarav pun berlari cepat menyusuri gang kontrakan Aya. Sesampainya ia didepan kontrakan sederhana Aya, Aarav tampak tertegun sesaat mendapati lampu kontrakannya pun mati, menandakan kalau Aya tidak ada di kontrakannya sekarang.

Kembali mencoba menghubungi Aya, Aarav sudah terlihat benar-benar panik. Sorot matanya gusar, sembari memikirkan hal-hal negatif yang mungkin akan terjadi lagi seperti 4 tahun yang lalu.

"Aya dimana?" Bingung Aarav kesal. Namun baru hendak mendekati pintu kontrakan Aya, tiba-tiba saja suara Aya terdengar memanggil namanya, "Aarav"

Aarav sejenak tertegun, sedetik kemudian ia pun langsung berlari menghampiri Aya dan memeluknya dengan erat. Aya kaget, tentu saja. Untuk pertama kalinya Aya merasakan pelukan hangat seorang Aarav. Dan untuk pertama kalinya juga, Aya mendengar isak tangisan kecil Aarav. Entah apa yang terjadi, hingga Aarav sesedih ini, Aya tidak mengetahuinya. Aya hanya bisa menepuk lembut punggung lebar sahabatnya itu.

UNREQUITED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang