Denting waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sudah lewat 1 jam dari kejadian pingsannya Gauri diacara ulang tahun Ibunya. Tepat dibangsal ruang VVIP RS. Maganta terlihat Rayan, Orion dan Seira disana terdiam menatap sendu Gauri yang masih terlelap memejamkan matanya.
"Apa ia benar-benar teratur memakan obat yang aku berikan?" Pikir Rayan berkecamuk. "Hems... Dia mungkin akan terbangun ditengah malam nanti" Lanjut Rayan berkata.
"Aku yang akan berjaga disini" Timpal Seira yang duduk tepat disisi kanan bed hospital Gauri.
"Nga, kamu pulang. Sudah malam, jangan sampai orang tua mu ikut khawatir juga. Orion kamu berjaga disini, besok kamu ada jadwal?" Tanya Rayan beralih menatap dingin Adiknya.
"Aku besok ada jadwal Kak" Jawab Orion. Entah ia menolak untuk menjaga Gauri, atau hanya menjawab dengan jujur saja pertanyaan Kakaknya itu.
"Siang kan? Kamu bisa pulang pagi dari rumah sakit, nanti besok aku dan Seira yang menjaga Gauri sembari bekerja"
Keheningan pun sejenak membelenggu ruang VVIP itu. Orion yang tak banyak bicara lagi, hanya tampak menatap diam Gauri yang masih terlihat pucat. Tentu, Orion merasa kasian pula melihat kondisi sahabat masa kecilnya itu. Bagaimana pun ia bersikap dingin kepada Gauri selama ini, nyatanya tidak pernah bisa menutupi rasa peduli Orion kepada Gauri. Karena ia tahu, betapa hancurnya Gauri semenjak ditinggal pergi Ayahnya. Hingga membuatnya harus berotasi dengan penyakitnya ini.
"Boleh aku minta tolong Kak, untuk menjaga Kak Gauri malam ini. Hanya malam ini saja, kalau memang benar Kakak merasa keberatan. Aku, kalau bukan karena mengkhawatiran Mama dan Papa ku, pasti aku yang akan berjaga disini" Pinta tulus Seira membawa sorot mata sendunya. Matanya berbinar, mungkin ia akan menangis jika saja Rayan tidak mengelus punggungnya.
Orion yang masih membisu, berlalu menghela pelan nafasnya. Sorot matanya teduh, menatap Seira yang ada dihadapannya itu.
"Ya sudah, Kakak dan Seira pulang lah. Aku yang akan berjaga malam ini" Ujar Orion berlalu mengambil duduknya, yang tadinya diduduki oleh Seira. Rayan dan Seira pun tampak lega mendengarnya. Setidaknya, Orion bisa melawan sebentar sifat egoisnya.
"Nanti Kakak titipkan sama perawat, jadi kalau ada apa-apa, panggil saja mereka" Terang Rayan, Orion hanya mengangguk paham. "Kami pulang Orion"
"Terima kasih ya Kak. Aku juga pulang" Akhir Seira. Mereka pun lantas berlalu meninggalkan Orion dan Gauri. Berlalu menutup pintu ruang rawat VVIP itu, Orion pun sejenak kembali menatap sendu Gauri.
**********
"Gauri akan baik-baik saja" Ujar Rayan menenangkan Seira, seraya menggenggam tangan Seira yang sejak tadi ia dapati gemetaran. "Apa kamu sudah mengabarkan Ibu Alma, tentang kondisi Gauri?" Tanya Rayan.
"Sudah..."
"Baguslah, kamu sudah bekerja keras untuk tidak terlihat panik dan tetap menjalankan tugasmu sebagai seorang dokter dengan baik sejak tadi" Tutur Rayan, membuat Seira tampak tertegun mendengarnya.
**********
Malam pun kian larut. Kembali ke ruang rawat Gauri, terlihat Orion nampak sudah terlelap tidur diatas kursi jaga pasien, yang sejak tadi pula kursi itu terletak disisi kanan Gauri.
Gauri pun tampak terbangun dari tidur lelapnya, benar perkiraan Rayan. Ya... Untung saja ada yang berjaga untuk Gauri. Gauri sejenak tertegun mendapati sosok Orion yang tertidur didekatnya itu.
Tanpa bersuara, Gauri hanya tampak mengelus lembut kepala Orion, hingga membuat Orion terbangun dari tidurnya. "Kamu sudah bangun?" Tanya Orion, mengusap sebentar matanya yang terlihat lelah. "Apa kamu ingin sesuatu? Minum?" Ujar Orion lebih lanjut lagi, Gauri masih membisu bersama tatapan teduhnya. Orion sedikit hangat malam ini, mungkin itulah yang Gauri rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNREQUITED LOVE
RomansaAndai engkau tak berani melangkah, andai engkau menyerah tanpa mencoba untuk berjuang, mungkin kau tak akan tahu takdir indah yang sudah menunggu didepan sana. Terkadang kemungkinan-kemungkinan yang diciptakan pikiran, membuat hati yang berani lanta...