Maaf | XXXI

276 14 0
                                    

~ 𝓞𝓾𝓻 𝓟𝓻𝓸𝓶𝓲𝓼𝓮 ~

.

.

.

.

.

_____

20:25

"Vin, yakin Lo kagak mau masuk?". Matteo memanggil Gavin yang duduk di bangku taman rumah sakit, namun pria itu masih tidak menjawab.

Matteo menghela nafasnya lelah, lebih baik dia meninggalkan Gavin sendiri sekarang.

Cika sudah ditangkap, bukti-bukti yang sudah dikumpulkan sudah diserahkan kepada polisi. Cika dan partner nya akan menjalani proses hukum lebih lanjut.

Matteo berjalan masuk kedalam rumah sakit. Namun ingin membuka kamar Fabian, doi sudah membukanya duluan.

"Mat, Gavin mana?". Tanya Fabian. Dia membawa sebuah kotak dengan corak rumah sakit diatasnya.

Matteo mengarahkan dagunya kearah luar sebagai petunjuk. Fabian mengangguk, dia segera berjalan meninggalkan kamarnya.

"Teo, Fabian mau kemana?". Ferdi yang baru saja kembali dari toilet bingung ketika melihat Fabian yang masih memakai baju rumah sakit itu keluar dari kamarnya.

"Ada urusan sama cowoknya". Ferdi mengangguk mengerti.

Sepertinya tak cocok untuk menganggu mereka berdua saat ini.

_____

Flashback

PLAKK!!

Wajah Gavin menoleh cepat kearah kanan, merasakan perih luar biasa tertera di pipi sebelah kirinya. Matanya melebar kaget.

Dia memegang pipinya yang ditampar itu, perlahan melihat kearah Fabian yang marah dan kecewa.

"Ian, aku-"

Fabian tak menggubris Gavin, dia berjalan mendekati Cika dan membantunya berdiri. Gavin yang melihat hal itu hanya kaget terdiam.

Patra dan Matteo baru datang membawa 2 orang polisi bersama mereka. Polisi tersebut segera menangkap Cika yang sudah berdiri dibantu Fabian tadi.

"A-apa apaan ini?! Lepasin gue!! Gue gak mau bangsat!! Gavin! Tolongin gue Vin! Gue gak salah!!". Cika melawan ketika kedua polisi itu berusaha memborgol tangannya.

Sementara Gavin? Dia hanya diam sambil memegang pipinya yang ditampar tadi. Bahkan sudah mulai memerah karna bekas tamparan yang kuat. Apa ini? Jantungnya berdegup kencang, kakinya lemas. Rasanya dirinya tertusuk duri² yang tajam walaupun ini hanya sekedar tamparan saja. Ini sakit, bahkan lebih sakit dari tamparan yang ada di pipinya

Mama Cika hanya bisa menangis dalam diam. Ingin dia menghentikan penangkapan anaknya itu, namun apa boleh buat? Jika anaknya benar-benar melakukan kesalahan besar. Dia juga harus adil ke sekitarnya.


Rumah Cika yang tadinya sepi sekarang menjadi ramai. Banyak tetangga yang penasaran dan ingin mengetahui apa yang terjadi disana. Mengapa ada mobil polisi yang terparkir di halaman rumah Cika.

𝓞𝓾𝓻 𝓟𝓻𝓸𝓶𝓲𝓼𝓮 | GeminiFourth AU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang