Coba tebak, sudah berapa kali gadis yang tengah menyandarkan tubuh lemas nya kini di depan sofa tv, dalam menghadapi kurir paket tadi?
Dua puluh kurir paket yang terus berdatangan tiada henti, membuat dirinya juga lelah.. LELAH MEMBUKA PINTUNYA TOLONG!!
tolong banget, berhadapan dengan orang asing adalah hal yang paling dihindari oleh Irene, dan sekarang? TIDAK, DIRINYA TUH INTROVERT MANIAK!
TOK TOK TOK
Gadis itu meringis sembari menarik salah satu bantal sofa di atas kepalanya untuk menutupi telinganya kini.
"ya Gusti gue capek banget tolong!!" rengeknya, tapi tak memungkiri bahwa dirinya kini beranjak dari tempatnya untuk membukakan pintu.
Sebelum melangkah jalan, kembali dipandanginya tumpukan paket yang berserakan di ruang tamu depan. Untung saja bunda nya belum pulang, walaupun ini sudah lewat dua hari dari jadwal dirinya pulang karena tugas kampus.
Kalo sampe pulang dan melihat kekacuan ini semua, apa tidak meracau seperti burung beo nanti ke dirinya? Huhhh!!
CEKLEK!
"Atas nama nona Bae Irene?" Sapa kurir paket yang entah sudah kesekian.
Irene mencoba memasang senyum semampunya dia, walaupun sebenarnya sudah muak bukan main.
"pak, maaf mau nanya deh! Boleh tau ga siapa yang ngirim paket untuk saya?" Tanya Irene sopan. Dirinya harap cemas menunggu jawaban kurir itu yang masih diam dengan santainya.
"anonim neng, identitas detailnya ga ditulis neng cuman simbol pola kayak gini aja." Kurir itu menunjukkan tepat di kertas yang tertempel biasa di barang paketnya.
Arah pandangan Irene mengikuti pergerakan tangan kurirnya, setelahnya mendesah kecewa.
"Yaudah makasih ya pak." Finalnya, namun sebelum masuk langkahnya di hentikan oleh suara bapaknya yang menggema tiba-tiba.
"Neng bentar, foto dulu buat bukti." Katanya.
Irene mengernyit pelan, sebelumnya tidak ada sesi foto seperti ini. "Harus banget ya pak? Saya lagi kumel soalnya pak." Jawabnya sambil terkekeh pelan.
"iya neng, hukumnya fardhu." Jawabnya, dan setelahnya mau tak mau Irene mempose sebiasa mungkin menutupi wajah tertekuknya.
____________________
"Apa?" Tanyanya sekaligus sapaan awal setelah panggilan itu tersambung.
Sembari memakan potongan apel yang sudah dirinya siapkan sedari tadi itu—juga menunggu jawaban yang belum juga dilayangkan oleh lawan bicaranya di seberang.
"Yuri, halo?" Sapanya lagi.
"Halo Ren? Sori banget, keputus-putus ya di Lo?" Tanya gadis itu dengan kekehan ringan.
Irene menyamankan posisinya lagi diatas sofa, setelahnya menjawab, "ngga sih, tapi santai aja. Kenapa nelpon?" Jawabnya sekaligus bertanya.
Tangan kanan sibuk mengangkat garpu yang ada apelnya untuk dimakan, tangan kirinya stay memegang remote tv—mencari-cari Chanel tv yang bagus untuknya.
Sedangkan ponselnya, di apit oleh pundaknya sekaligus telinganya agar tidak jatuh. Multifungsi kan?
"Gue mau ngadu sama Lo!" Kata Yuri menggebu-gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE 2 | HUNRENE
Fanfictioneratnya sebuah hubungan tidak menjamin kalenggengan didalamnya, akan ada berbagai tantangan yang siap menyambut di tengah-tengah kerhamonisan sebuah hubungan. contohnya mereka. menjalin tali kasih selama 3 tahun, tidak menjamin semuanya akan berjal...