Pertikaian

49 5 2
                                    

Teuhai~ yeayyy aku jadi mau double up hehe





Biar makin semangat dan sebagai bentuk apresiasi ke author, sebelum baca boleh di-vote juga yaa. Gampang kok, dan gratis hehe






So...









Happy reading~~










Sejak sebulan yang lalu hubungan Saras dan Asa semakin merenggang, khususnya Saras yang menghindari Asa.

Masa nyidam Saras mulai terasa, ketika ia random malam-malam mau makan sate padang. Ini di Amerika mana ada sate padang?

Lagi lagi rasa keinginannya dia urungi.

Perutnya juga masih rata, Saras tidak perlu khawatir akan pandangan orang lain. Apalagi orang Amerika cenderung individualisme.

Walaupun Saras suka nyeri dan mual.

Membuat dirinya tidak bisa mengatur waktu, bahkan beberapa nilai mata kuliahnya turun drastis, sampai sudah ditegur oleh pihak kampus karena ia mahasiswi beasiswa.

Hari ini Saras sedang berkutat dengan pekerjaannya di depan laptop. Kepalanya dari pagi sudah pusing, namun ia paksakan untuk tetap beraktifitas.

Asa yang baru datang, masuk ke ruangan. Suasananya berubah canggung.

Asa membuka suara, "besok kita ke rumah sakit ya." Ucap Asa pelan.

"Gak perlu."

"Kita harus tahu perkembangan anak ki—"

"Anak gue."

"Iya." Jawab Asa mengalah.

"Gak perlu."

"Gue udah atur semuanya, Ras. Gue bertekad untuk bertanggung jawab."

"Lo gak kenal keluarga gue, Asmaraloka. Keluarga gue gak bakal—"

"Lo pewaris tunggal dari Yayasan Gayatra, pemilik Universitas, dan sekolahan dari semua jenjang. Berperan penting dalam bidang pendidikan Indonesia. Memiliki kampus swasta terbaik di Indonesia. Keluarga lo juga ada orang penting di pemerintahan, salah satu om lo itu menteri pendidikan. Gue tau banget latar belakang keluarga lo, Saras. Dengan mudahnya gue dapat dari googling."

"Kalo dibandingin sama gue, gue sangat jauh. Tapi gue punya rasa tanggung jawab yang tinggi. Apapun yang gue pilih, gue harus tanggung jawab itu sepenuhnya. Gue bakal menghadapi cacian keluarga lo, gue siap." Lanjut Asa menggebu-gebu.

"Gue yang gak siap!!" Bentak Saras, air matanya sudah menampung di pelupuk mata.

"Gue gak mau bikin nama keluarga jelek karena kebodohan gue sendiri. Gue lebih baik pilih mengugurkan jabang bayi ini sebelum membesar."

"Ras... please, itu bukan solusi."

"Gue gak mau nikah sama cowok yang masih belum lupain masa lalunya!"

"Okey. Gue gak maksa nikahin lo, tapi please jangan gugurin." Asa menatap penuh harapan pada Saras.

"Gue terlahir dari keluarga sederhana, gue dididik sama orangtua gue untuk hidup dengan kejujuran dan tanggung jawab, terlebih gue laki-laki. Gue gak mau menyakiti hati perempuan manapun, gue terlalu sayang nyokap gue, maka semua perempuan di dunia ini akan gue hargai. Termasuk lo, Ras. Ini caranya gue bisa menghargai lo."

"Cara lo menghargai gue itu, sangat merugikan bagi gue Asmaraloka!" Air mata Saras sudah berjatuhan begitu saja, "gue... gue tetep gak bisa mempertahankan anak ini." Ucap final Saras.

Asmaraloka || Hamada Asahi (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang