DELAPAN

82 27 1
                                    

utamakan voment sebelum baca.
karena itu semua bisa jadi penyemangat buat author

"berani jatuh cinta, harus berani juga patah hati"

Syaqila Analea Zarkasih

Pukul 07.00 wib, Syaqila sedang berada di bengkel, karena tadi pagi mobil yang dikendarai mang Asep selaku supir pribadi keluarganya. Mendadak ban nya bocor. Yang membuat Syaqila mau tidak mau harus menunggu.

"Non, kalau mau duluan aja. Nungguin mah pasti lama, takut non keburu masuk" ucap mang Asep, sebagai supir pribadi keluarganya, tidak enak membuat anak majikannya menunggu.

"Masih ada 30 menit, santai aja mang" ucap Syaqila di iringi senyuman.

"Tapi non, nanti kalo non Qila telat, terus di hukum gimana? Udah ya non duluan aja, saya takut non telat" ucap mang Asep terus memaksa Syaqila, untuk berangkat ke sekolah.

"Serius gapapa nih, mang? Aku tinggal?" tanya Syaqila, mang Asep mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah, Qila duluan ya mang" ucap Syaqila sembari menyalami tangan mang Asep, walaupun mang Asep supir pribadi keluarganya. Tetapi Syaqila tetap menghormatinya, karena sesama manusia harus saling menghormati, entah itu tua atau muda sama saja.

Usai berpamitan kepada mang Asep. Syaqila pergi ke pinggir jalanan untuk mencari taksi/angkot yang lewat.

"Kita ketemu lagi. Syaqila, iya Syaqila"  Syaqila menatap malas orang di depannya, kenapa harus bertemu dia lagi. Kemarin saja sudah cukup menyebalkan untuk Syaqila.

"Kenapa?" tanya Syaqila.

"Gapapa cuman heran aja. Ko kita bisa di pertemukan lagi ya? Curiga kita jodoh" seseorang itu adalah Rayen. Cowo rese, yang membuat Syaqila geram karena ocehannya.

"Lu nunggu taksi?" Syaqila hanya berdehem.

"Gimana kalo gue aja yang anter, boleh kan?" tawar Rayen, sambil meminggirkan motor nya agar tidak terlalu dekat dengan jalan raya.

Syaqila diam sejenak memikirkannya. Kalau dia menolak tawaran Rayen, pasti akan telat datang ke sekolah, tapi jika dia menerimanya, pasti Rayen tidak akan berhenti berbicara, saat di perjalanan.

"Males," celetuk Syaqila, semakin Syaqila seperti itu padanya, semakin gencar Rayen mendekatinya.

"Plis mau ya? Gue janji deh pas di motor ga banyak omong, mau ya mau?" Rayen terus memohon membuat Syaqila bingung.

"Oke. Tapi bener ya, ga akan banyak omong" final Syaqila membuat Rayen tersenyum.

Setelah itu, Syaqila langsung naik ke motor Rayen, yang lumayan tinggi, membuatnya kesusahan untuk naik

"Udah siap?" tanya Rayen memastikan. Lagi-lagi Syaqila hanya berdehem.

••••

"Thanks." ucap Syaqila, setelah turun dari motor Rayen.

"Santai. Oh iya, gue minta nomor lu, boleh?"

Haruskah Syaqila memberikannya? Dia bingung. Tapi karena tidak enak, akhirnya dia memberikan nomornya kepada Rayen.

Syaqila mengeluarkan ponselnya, lalu membiarkan Rayen mengetik nomornya. "Udah kan?" Rayen mengangguk. "Thanks."

Setelah menyelesaikan pembicaraannya, Syaqila langsung berjalan menuju kelasnya. Tapi belum juga sampai di kelas, lengannya malah di tarik Algifari.

Algifari mengajaknya ke rooftop sekolah. Dimana hanya ada mereka berdua di sana.

"Ada hubungan apa, lu sama Rayen?" tanya Algifari terdengar seperti menahan kekesalan.

Syaqila terkejut. "Darimana ka Algi tau, nama dia Rayen?"

"Gue ga suka, kalo ada orang yang ngalihin topik pembicaraan. Jadi jawab pertanyaan awal tadi" ucap Algifari

"Gue gada hubungan apa-apa sama dia, lagian juga kenapa kaya kesel gitu?" jawab Syaqila sekaligus bertanya.

Algifari memejamkan matanya sebentar. Berusaha meredakan kekesalannya. "Dia saudara gue, tapi dari kecil kita ga pernah akur. Dia selalu berusaha dapetin apa yang dia mau, walaupun caranya salah. Makanya gue ga suka lu deket sama dia, karena gue ga mau otak sahabat gue di cuci sama dia." jelas Algifari

Bohong jika Syaqila tidak sakit mendengar perkataan Algifari barusan. "Sahabat ya? Emang gue yang salah sih, ka. Jatuh cinta sama sahabat sendiri, padahal masih banyak cowo lain. Tapi ga ada yang bisa buat gue sejatuh cinta ini" lirih Syaqila (dalam hati).

"Cil. Kenapa bengong?" ucap Algifari menepuk pelan pipi Syaqila. Syaqila tersadar dari lamunannya.

"Hah, gapapa ko" jawab Syaqila. Dia melihat jam yang melingkar di lengannya, lalu terkejut. Ternyata sudah pukul 07.45 wib.

"Ka serius? Ini udah masuk anjir, gimana dong. Mampus, mana mapel pertama Pa Amar" ucap Syaqila panik sendiri.

"Gausa panik gue temenin ke kelas, ayo" ajak Algifari, keluar dari rooftop bersama Syaqila.

Sesampainya mereka berdua di depan kelas Syaqila, Algifari mengetuk pintu kelas yang tertutup.

"Loh, Syaqila. Kenapa kamu telat?" tanya pa Amar, saat membuka pintu kelas. Dari raut wajah Syaqila, dia terlihat gugup menjawabnya.

"A-anu, itu Pa"

"Kamu telat 15 menit, silahkan pergi ke lapangan hormat ke bendera, sampai jam pelajaran pertama selesai. Saya tidak menerima protes, laksanakan atau tambah hukuman" jelas Pa Amar, padahal Syaqila belum protes.

"Baik pa" Syaqila pergi kelapangan.

"Kamu anak kelas 12 kan? Kenapa di sini? Apa kamu juga telat?" tanya Pa Amar

"Saya juga telat Pa. Jadi Bapa hukum aja saya" Algifari tidak tega melihat Syaqila di hukum sendirian, toh Syaqila telat juga karenanya, mengajak ke rooftop.

"Pergi ke lapangan, jalanin hukuman kamu, seperti Syaqila" tegas Pa Amar. Algifari mengangguk, lalu pergi ke lapangan. Sedangkan Pa Amar kembali mengajar.

___________

sekian untuk part kali inii

see u di part selanjutnyaa

FRIENDZONE [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang