PART 34

5.7K 302 11
                                    

Dominic memperhatikan Agatha yang tengah merias kedua sahabatnya serta beberapa anggota yang menjadi kelinci percobaannya. Entah dari mana gadis kecil itu mendapatkan satu beauty case full make up lengkap didalamnya, Dominic tidak tahu menau akan hal itu.

Kaffa dan Genta tertawa saat Agatha memoles pipi kedua lelaki itu dengan brush hingga berwarna merah merona.

"Dek, ini gimana caranya?" Tanya salah satu anggota The Vagos — Erick.

Agatha menoleh saat Erick mengambil satu bungkus sheet mask, "Kakak mau maskeran? Karena kakak belum di makeup jadi kak Erick maskeran aja ya, cuci muka dulu biar bersih baru Atha bantu pasang." Jelasnya membuat Erick mengangguk mengerti dan langsung mengacir kabur untuk membersihkan wajahnya terlebih dahulu.

Raymond mengusap rambut Agatha pelan, sangat menggemaskan sekali gadis kecil milik sahabatnya ini.

"Kakak, kak Amond sama Utin kenapa nggak mau Atha rias sih wajahnya? Ih kesal deh! lihat Genta sama Kaffa mau kok!" Gerutu Agatha.

Austin berdecak, setiap kali Agatha memanggil dirinya dengan sebutan 'Utin' seketika ia merasa kesal tapi sedikit senang karena 'Utin' panggilan sayang dari Agatha untuk dirinya.

"So ganteng mereka, Tha." Sindir Genta membuat Agatha mengangguk semangat.

"Atha sayang Genta sama Kaffa." Serunya.

Setelah menyelesaikan make up pada wajah Genta dan Kaffa kini berganti memasang kuku-kuku palsu pada anggota The Vagos — Kael. Lelaki bernama Kael hanya bisa pasrah saat gadis milik bos nya benar-benar memasang kuku-kuku panjang palsu itu ditangannya.

Dominic, Raymond dan Austin yang duduk diatas menyaksikan hal itu tertawa, wajah tertekan Kael benar-benar lucu.

"Tunggu sebentar ya? Harap bersabar untuk mengantre..." ucap Agatha.

Beberapa jam kemudian waktu menujukkan pukul 10 malam, sungguh sangat tidak terasa. Ruangan basecamp The Vagos masih ramai dengan canda tawa, ada yang sibuk bermain ponsel, bermain game di ponsel, bermain play station dan masih banyak lagi.

Termasuk gadis kecil yang baru saja merenggangkan ototnya karena sudah berhasil dan selesai mengikat rambut salah satu anggota The Vagos yang rambutnya panjang.

Dominic menatap Agatha, lelaki itu sudah berusaha mengajak Agatha untuk pulang tapi adik kecilnya itu menolak dengan tegas. Tunggu saja, sebentar lagi pasti ada yang datang dengan wajah khawatir.

Satu!

Dua!

Tiga!

"ADEK!" Teriak seorang wanita paruh baya sambil berkacak pinggang menatap pelaku yang tengah membereskan peralatan makeup dibantu anggota The Vagos.

"M—mommy?" Gumam Agatha, ia tersenyum sangat lebar memamerkan gigi kelincinya.

"Ini anak bikin Mommy sama Daddynya khawatir, main kabur aja nggak izin dulu sama pamit kalau mau keluar! Nakal ya bayi ini." Cerocos Anastasya, disebelahnya berdiri seorang pria paruh baya bersedekap dada menatap wajah putrinya yang menyengir kearahnya.

Para anggota The Vagos yang duduk dibawah bersama Agatha perlahan mundur karena takut terkena amukan dari sang ibu negara.

"Kakak," geram Stefen, tatapannya beralih menatap Dominic yang duduk di sofa singel.

"Adek kesini sama bodyguardnya, dari tadi Dom ajak pulang nggak mau terus. Lihat aja teman-teman Dom jadi kelinci percobaannya,"

Agatha memanyunkan bibirnya, "Atha cuma main aja." Gumamnya sambil menunduk takut.

MY LITTLE AGATHA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang