Apa arti pekerjaan bagi Seruni?
Gaji. Singkat. Padat. Jelas.
Karena gaji adalah solusi untuk semua permasalahan hidup. Seruni tahan melakukan rutinitas yang sama selama bertahun-tahun demi mendengar bunyi notifikasi mobile banking yang terdengar merdu serta syahdu di telinganya. Seruni juga merelakan kegemarannya berdiam di rumah dan membaur dengan lingkungan kerja yang tidak selalu menyenangkan, demi penambahan saldo di rekeningnya.
Karena deretan angka yang bagi sebagian orang nilainya tak seberapa itu sekarang menjadi satu-satunya bukti eksistensinya.
"Ya, lo pakai outer gue yang warna ijo nggak?" tanya Seruni kepada Dahlia, saat adik semata wayangnya itu sibuk bersiap-siap di kamarnya.
"Kayaknya. Gue lupa, Kak," sahut Dahlia tak acuh. Gadis yang hanya 18 bulan lebih muda itu sedang asyik menata rambutnya yang tergerai cantik sebahu.
"Tapi gue inget, Ya. Dua hari yang lalu lo ambil outer itu dari lemari gue dan—"
"Berarti emang bener gue yang pakai," Dahlia menoleh sambil nyengir.
"Terus, sekarang di mana barangnya?" kejar Seruni.
"Entah. Kan, gue udah bilang kalau lupa."
"Di keranjang cucian nggak ada, Ya. Apa di kamar ini? Di belakang pintu?" Seruni menerobos masuk ke kamar Dahlia untuk mengecek apakah barang yang dia cari memang ada di sana.
"Ada nggak, Kak?" Dahlia malah bertanya pada Seruni. Kali ini gadis itu menyambar salah satu tas dari gantungan di dinding.
"Nggak ada," Seruni mengedikkan bahu.
"Nah, kan udah gue bilang. Gue lupa."
Seruni berdiri di tengah kamar Dahlia yang bak kapal pecah setiap kali adiknya hendak pergi ke suatu tempat. Karena Dahlia memiliki kebiasaan mengeluarkan semua isi lemarinya sebelum menemukan satu pakaian yang tepat. Tak jarang gadis itu juga menjajah lemari milik Seruni. Mencomot satu dua biji. Dan dijamin tidak akan kembali kalau tidak ditanya dan dicari. Seperti kali ini.
"Mau lo pakai ya, Kak?" tanya Dahlia yang sepertinya sudah benar-benar menyelesaikan persiapannya. "Mungkin ketinggalan di mobil Arnold. Ntar kalau inget gue tanyain deh."
Dengan catatan Dahlia ingat. Dengan catatan Dahlia peduli.
"Ya udahlah," ucap Seruni sambil mendengkus dan melangkah meninggalkan kamar adiknya.
"Kak, lo marah ya?" tanya Dahlia yang mengekori Seruni.
"Ehm ... rencananya gue mau pakai outer itu hari ini—"
"Lo bisa pakai yang lain," potong Dahlia santai. "Nggak harus pakai outer ijo juga kan? Bukan seragam juga. Emangnya kita masih anak sekolah, yang seragamnya wajib sama nggak boleh beda."
Dahlia terkikik geli oleh ucapannya sendiri. Sedangkan Seruni mengangguk sambil melanjutkan langkahnya kembali ke kamarnya sendiri.
"Ntar gue ganti, Kak. Gue transfer aja seperti biasa. Gue buru-buru nih. Arnold udah sampai depan komplek dan gue nggak boleh telat ketemu klien."
Lagi-lagi Seruni mengangguk. Tidak perlu menoleh untuk mengetahui kalau adiknya itu sudah menghambur ke luar rumah. Dahlia dengan pekerjaannya yang mentereng, dengan posisi penting, dan bergaji besar di dalah satu startup unicorn memang membuat adiknya selalu sibuk serta terburu-buru hampir setiap hari. Membuat Seruni menjadi pihak yang harus memaklumi kekurangan si cantik jelita kebanggaan rumah tangga ini.
Termasuk kebiasaan Dahlia yang ceroboh dan sembarangan. Dan sering kali memperlakukan barang Seruni dengan seenaknya. Namun Dahlia cukup bertanggung jawab dengan selalu mengganti barang yang dia hilangkan dengan sejumlah uang. Bahkan tak jarang memberi tambahan plus plus rupiah dari harga sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Flower
RomanceDipta adalah seorang pengecut yang gagal. Rumah tangganya berantakan, anak perempuannya hampir mengakhiri hidupnya sendiri, dan perempuan yang menjadi pasangannya memutuskannya setelah mereka kumpul kebo bertahun-tahun. Seolah belum cukup, karena ke...