Sungguh, saat ini pelarian Dipta dari segala ruwetnya masalah hanyalah dengan bekerja. Pembantu yang berulah, pesan-pesan penuh ancaman dari Tari di ponselnya, atau undangan dari Pak RT yang mengundangnya menghadiri pertemuan warga yang diakhiri dengan warning halus agar Dipta lebih aktif bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Semua terlupakan begitu dia meninggalkan pintu gerbang rumahnya.
Walaupun, tentu saja tidak selalu semua berjalan semulus itu. Ada saat-saat dia juga menemui hal-hal yang membuatnya kesal di jalan. Bahkan hal sesederhana melihat anak-anak SMA berseragam yang hendak berangkat sekolah. Membuatnya ingat lagi pertengkarannya dengan Tari. Dan melihat anak-anak dengan pakaian putih abu-abu itu membuat dadanya nyeri.
Lo gagal banget jadi bapak, Dip. Masa hanya mewujudkan pendidikan yang normal buat anak lo aja nggak bisa sih?
Sialan! Dipta memaki sambil mengenyahkan pikiran itu jauh-jauh.
Sebagai orang yang terbiasa bekerja keras, karena dia mengawali semua dari nol, tanpa memiliki privilege apa pun, Dipta tidak pernah gentar dalam menghadapi situasi sesulit apa pun di tempat kerjanya. Bahkan dia berani melakukan tindakan berisiko tinggi, membuat keputusan-keputusan sulit yang untuk mengeksekusinya membutuhkan kejelian serta kecermatan. Semua itu adalah tantangan baginya. Semua itu justru memacu adrenalin yang membuat hidupnya lebih seru untuk dinikmati.
Tak terkecuali di tempat kerja barunya ini. Pelan-pelan dia mulai menemukan celah untuk disusupi, kelemahan sistem untuk diakali, serta jaringan yang akan bisa dia manfaatkan demi tercapainya apa yang sudah dia rencanakan.
Sayangnya tidak demikian yang terjadi dengan satu-satunya support system yang dia miliki. Siapa lagi kalau bukan Seruni? Dan itu membuat Dipta kesal karena pekerjaannya jadi sedikit terhambat. Masih on schedule, namun tidak secepat yang dia harapkan. Dia tahu kalau sesuatu telah terjadi pada Seruni. Namun belum pernah berefek seburuk ini.
Selain sering datang terlambat, Seruni juga terlihat lesu tanpa semangat. Dan level tertinggi yang membuatnya jengkel adalah Seruni juga kehilangan fokusnya. Sehingga banyak pekerjaan yang terlewatkan tanpa diselesaikan. Membuat Dipta terpaksa membereskannya sendiri karena yakin gadis itu bahkan tidak menyadari dirinya telah melakukan kesalahan.
Namun hari ini Dipta tidak tahan lagi.
Semua diawali dengan kekacauan di rumahnya akibat ulah Tari. Iya. Tari Amanda Damayanti mantan istrinya. Yaitu ketika Rhena berteriak-teriak heboh sambil membawa ponsel milik Bu Yeyen, pembantu harian yang sejak awal pekan dia minta datang pagi sekali untuk mengantisipasi Bu Titik yang semakin lama semakin banyak bolosnya dengan berbagai alasan. Bahkan kali ini sudah seminggu pembantu yang sudah bertahun-tahun tinggal di rumahnya ini tidak muncul. Membuat Dipta kelimpungan.
"Lihat, Pa!" seru Rhena pada Dipta yang sudah tampil rapi siap berangkat kerja. "Ini Bu Titik. Status WhatsApp-nya Bu Titik!" Rhena mengacungkan ponsel ke depan wajah Dipta.
"Kenapa Bu Titik, Rhen?" tanyanya belum nyambung.
"Ternyata Bu Titik nggak datang ke sini karena udah pindah kerja, Pa," ucap Rhena kesal.
"Heh?" Dipta memelototkan mata. "Kok gitu? Sopan banget pindah tanpa bilang," rutuknya.
"Tahu nggak pindahnya ke mana?" Rhena masih berusaha memberinya teka-teki. "Ke rumah baru Mama Tari!"
What? Dipta benar-benar terkejut. Dari celoteh Rhena memang dia mendengar kalau Tari akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah orangtuanya. Menurutnya itu langkah yang bagus. Wanita itu tidak bisa terus-terusan tinggal di sana dan membuat pertengkaran di antara saudara-saudaranya akibat rasa iri serta dengki di antara mereka. Masih kata Rhena, Tari mengontrak rumah ukuran kecil. Yang membuat Dipta ragu, apakah rumah kecil bisa menampung ego besarnya Tari. Lagian, dalam kondisi tidak bekerja dan tidak bersuami, Dipta tidak tahu dari mana pemasukan Tari berasal. Tidak mungkin kan dia terus mengandalkan uang dari orangtuanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Flower
RomanceDipta adalah seorang pengecut yang gagal. Rumah tangganya berantakan, anak perempuannya hampir mengakhiri hidupnya sendiri, dan perempuan yang menjadi pasangannya memutuskannya setelah mereka kumpul kebo bertahun-tahun. Seolah belum cukup, karena ke...