Part 18 - Grown Up

5.2K 1.1K 102
                                    

Seruni menjerit histeris ketika pagi itu dia mendapati notifikasi pesan dari pengurus tempat kos yang dia datangi bersama Pak Dipta dua minggu lalu. Dan mengabarkan kalau kamar yang diminatinya siap dihuni akhir minggu depan.

"Mama!" Seruni berlari menjumpai Mama di kamar. "Ma—" ucapannya terhenti saat mendapati Mama dan Dahlia berada di dalam kamar ibu kandungnya itu. Keduanya sedang berpelukan di tepi ranjang.

"Ada apa, Runi?" tanya Mama sambil menoleh kepada Seruni yang berdiri di ambang pintu.

Seruni mengerjab sejenak. Tampak Dahlia sedang memalingkan wajahnya. Dan antusiasme yang barusan menyala-nyala, padam seketika.

"Run?"

"Oh," Seruni tergagap sejenak. "Uhm ... cuma mau bilang kalau Seruni udah dapet kos-kosannya." Sesaat Seruni merasa benci pada diri sendiri oleh luapan perasaan tak berharga akibat melihat Dahlia dan Mama. Padahal pemandangan seperti ini sudah menjadi menu hariannya.

"Oh ya? Di mana? Tempatnya aman? Kenapa nggak konsultasi sama Mama—"

"Udah sama temen kok, Ma." Pak Dipta sudah memastikan lingkungannya bagus. Bahkan beliau juga sudah mengobrol dengan pengurusnya untuk menanyakan berbagai hal. Pak Dipta teman kerjanya kan? Beliau sendiri yang bilang kalau mereka partner kerja. "Temen kerja Runi, yang udah kenal baik—"

"Run—"

"Seruni pindah akhir minggu depan." Yang artinya tepat tiga minggu sebelum pernikahan Dahlia dilangsungkan. Dan empat minggu sebelum jadwal kepergian Mama.

"Secepat itu?" Mama terkejut.

Seruni tersenyum. "Waktunya pas, Ma."

"Run—"

"Runi udah transfer DP-nya juga," potong Seruni sambil memaksakan senyum.

"Kak," Dahlia akhirnya ikut nimbrung. "Lo nggak perlu pergi secepat itu, kok. Nggak perlu buru-buru juga."

Seruni tersenyum. Dan melihat kalian semua pergi ninggalin gue duluan? No way. "Udah niat, Ya. Sekalian dijalani."

"Soal tempat tinggal, gue serius nawarin apartemen Arnold. Dia juga setuju. Malah Arnold yang pertama nawarin. Karena apartemen itu bakal nggak kami tempati. Lo bebas nggak perlu bayar sewa."

Dan selamanya akan jadi benalu? Sorry, Ya. Harga diri gue lebih tinggi dari itu. "Gue perlu belajar hidup mandiri juga, Ya. Nggak cuma elo yang butuh move on biar maju."

Dahlia seketika terdiam.

"Runi—"

"Runi udah mutusin kok, Ma. Udah setuju juga. Udah komitmen sama temen Runi yang dari awal bantuin Runi cari tempat."

Please lah, jangan persulit gue dengan perhatian kayak gini! Kalian pikir gue nggak nervous? Kalian pikir gue juga nggak ketakutan setengah mati karena bakal ditinggal sendiri begini? Gue yang cuma bisa jalan di tempat, sementara kalian berdua sudah mulai menyongsong kehidupan baru. Kalian kejam, tahu? Kenapa bikin keputusan ini dan setelah gue susah payah berusaha menerimanya, kalian bersikap seenaknya seakan mau cancel? Maaf, gue ada di dunia bukan buat manjain ego kemanusiaan kalian!

"Baiklah kalau begitu," kata Mama lalu kembali memandang wajah Dahlia.

Entah apa yang mereka bicarakan sebelumnya. Tapi Dahlia dan Mama memang sedekat itu dari dulu. Mereka memiliki koneksi yang tak dipunyai Seruni. Dan interaksi mereka berdua tidak pernah sanggup Seruni tembus. Membuatnya merasa asing dengan ibu dan saudarinya sendiri.

Padahal Seruni tahu betapa Mama dan Dahlia berusaha sangat keras untuk menyenangkannya. Namun semakin mereka berusaha, semakin Seruni merasa putus asa. Dan membuatnya bertanya-tanya, sesulit itukah dia untuk disukai, dicintai, dan dipahami?

Broken FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang