🌸🌸🌸
part ini cukup panjang
kalau kalian nggak suka tulisan dengan banyak narasi banyak dialog, apalagi kalau urusannya kerjaan, saranku sih skip aja.
🌸🌸🌸
Seruni sengaja hadir di kantor lebih lambat. Dia tidak mau kalau harus tiba duluan dengan risiko harus menjawab pertanyaan orang-orang terkait perubahan kebijakan yang pastinya sudah diketahui banyak orang. Apalagi tanpa bekingan Pak Dipta.
Ada alasan kenapa Seruni cemas Pak Dipta kemungkinan akan terlambat. Karena tadi pagi, saat mengendap-endap meninggalkan rumah bosnya, dia mendapati pria itu tertidur di sofa yang ada di lorong lantai dua. Sofa yang diletakkan di tengah-tengah, tepat berhadapan dengan pintu kamar tamu yang dia tempati dan pintu kamar Rhena. Melihat nyenyaknya Pak Dipta, belum tentu juga orang itu bisa bangun pagi kan? Apalagi semalam, sebelum tidur, Seruni ngobrol dengan pria itu sampai tengah malam. Di ruang kerja pribadi bosnya itu.
Kini, lewat 30 menit dari jam masuk kantor, Seruni menyesal karena dia kurang telat. Harusnya dia muncul satu jam kemudian. Karena sekarang justru kemunculannya disambut oleh kehebohan teman-temannya. Tidak hanya Amel dan Yessy, dua teman kerja terdekatnya, para sekretaris kepala divisi juga hadir dalam gerombolan itu. Bahkan Cindy, sekretaris Pak Ivan sang CEO juga ada di sana.
"Pokoknya lo harus jelasin—"
"Lo kemarin ngilang seharian pasti ada apa-apanya—"
"Kayaknya hanya lo yang tahu kenapa para bos—"
"Semua kayak orang kebakaran jenggot—"
"Jangan bilang perusahaan ini mau gulung tikar—"
"Seruni!"
Seruni mengerjab oleh serbuan beberapa pertanyaan sekaligus.
"Jawab dong, please!" kali ini Yessy menegaskan.
"Iya ... iya ... gue jawab. Tapi gue napas du—"
"Run—"
"Bentar!" Seruni mendelik. "Kok bisa kalian ada di sini? Nggak dicariin bos—"
"Tuh!" Cindy menunjuk ke meeting room utama yang tertutup rapat, namun lampu di pintunya menyala. Tanda sedang ada rapat di dalamnya. "Pagi-pagi para bos sudah heboh banget. Gue aja dihubungi Pak Ivan jam tujuh pagi, suruh cepet-cepet berangkat."
Pantesan .... "Bos gue udah datang belum?" tanya Seruni sambil celingukan ke arah ruangannya.
"Udah, tapi nggak ikut rapat dengan bos lain."
Seruni menghela napas panjang sambil berpikir apa yang paling tepat untuk diucapkan. Mengingat kata-kata Pak Dipta semalam, bahwa mereka akan menjadi pusat perhatian untuk beberapa saat akibat perubahan kebijakan.
"Oke, gue kemarin emang ikut Pak Dipta rapat di kantornya Dhanubrata Property, ketemu Pak Havez," kata Seruni lugas.
"Pak Havez? Gila lo, Run!"
"Jadi orang penting dong lo."
"Pak Dipta yang orang penting," Seruni mendelik pada sekretaris Pak Wisnu. "Gue mah kacung seperti biasa."
Memang selama ini Mall Manegement di bawah Dhanubrata Development ini segitu kecilnya. Sampai-sampai orang-orang penting nggak pernah merasa perlu untuk sekadar muncul di lantai ini.
"Terus gosipnya?" Amel sungguh tak sabaran.
"Masalahnya gue tidak dalam kapasitas menjelaskan apa-apa. Karena gue juga nggak paham-paham banget. Waktu Pak Karnaka—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Flower
RomanceDipta adalah seorang pengecut yang gagal. Rumah tangganya berantakan, anak perempuannya hampir mengakhiri hidupnya sendiri, dan perempuan yang menjadi pasangannya memutuskannya setelah mereka kumpul kebo bertahun-tahun. Seolah belum cukup, karena ke...