catatan penulis:
Aku lagi melakukan self edit naskah Broken Flower. Biar rapi dan match dengan prequel-nya (Thousand Sheets dan After All This Time). Karena kayaknya habis ini aku cetak jadi buku deh. Kalau nggak males ngurusin.
Nah, karena lagi edit, aku buka-buka lagi dong naskah dari dua judul sebelumnya plus dengan extra part-nya. Karena karakter Dipta ini sempat nongol sebagai cameo di sana. Dan masih terasa sebelnya aku sama si Dipta-Dipta ini.
Asli, ini karakter red flag banget. Nah, berikut ini aku jadi pengin berbagi cuplikan kecil dari part spesial yang ada di buku Extra Part After All This Time buku 1, tepatnya bab 17. Aku pengin ajak kalian sedikit kisah balik tentang karakter Dipta ini.
Paling enggak dengan mengenal Dipta yang dulu, kalian enggak kebaperan habis dengan laki-laki ini. Karena makin ke sana, seiring dengan bertambahnya part di Broken Flower, Dipta akan semakin bikin meleyot.
Here we go!
🌸🌸🌸
....
Rahman masih berada di ruang rapat, menunggu Karnaka yang rencananya akan datang bersama direktur keuangan, ketika Dipta muncul.
Pria itu mendekat sambil mengucap salam, serta mengulurkan tangan untuk berjabatan.
Rahman tersenyum, membalas salamnya sekaligus menyambut jabatan tangannya.
"Jadi, bagaimana kabar kepala cabang Indonesia ini?" tanya Dipta, dengan ekspresi penuh arti.
Sinyal kewaspadaan segera berdering di kepala Rahman. Sejak pertama mereka bertemu, dia sudah tahu kalau sebagai orang marketing dengan jaringan luas, Dipta bisa menjual apa saja kepada siapa saja. Termasuk informasi.
"Kenapa?" tanya Dipta menanggapi Rahman yang menatapnya dengan waspada. "Hei, rumor udah beredar di seluruh kantor. Cepat atau lambat lo juga harus terbiasa dengan hal itu."
Rahman menyipitkan matanya. "Kalau gue secara pribadi, nggak bakal mau menggunakan istilah konyol itu untuk candaan," komentarnya tanpa senyum. "Kelucuan yang dihasilkan dari rumor itu nggak sebanding sama risikonya bila didengar orang yang nggak tepat."
"Come on, Man! Emang lo mau bohongin siapa sih? Fakta dan data udah bicara gini."
"What the fuck about fact?" Rahman mendesiskan umpatannya.
Dipta menoleh ke arah pintu geser di ruangan rapat yang berada di sebelah kantor Karnaka, memastikan mereka hanya berdua. Lalu duduk di kursi yang ada di sebelah Rahman dan mendekatkan tubuhnya seperti orang sedang berkonspirasi.
"Gue denger dari sumber terpercaya, Man. Para direksi dan investor juga udah mulai mapping potensi lo—"
"What the hell!" potong Rahman.
"Man, listen!" Dipta merendahkan suaranya. "Lo boleh mengabaikan info ini. Tapi lo harus denger kali ini. Di atas kertas, posisi lo dan Karnaka hampir imbang."
"Lo ngigo!"
"Kepemilikan saham kalian—"
"Bullshit. Dhanubrata memiliki saham mayoritas—"
"Lo pasti tahu lah, saham milik Dhanubrata dan Karnaka pribadi itu beda."
Tentu saja. Saham mayoritas Track Construction dimiliki oleh Dhanubrata Grup. Dan Karnaka juga memilikinya secara pribadi. Begitu pula Rahman. Hal itu adalah strategi yang mereka rumuskan untuk menjaga legacy Karnaka di Track Construction. Agar dia tetap menjabat sebagai CEO dan tidak mudah dilengserkan. Para direksi kadang memang sebarbar itu dalam mengatur siapa yang harus dipasang sebagai CEO di perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Flower
RomanceDipta adalah seorang pengecut yang gagal. Rumah tangganya berantakan, anak perempuannya hampir mengakhiri hidupnya sendiri, dan perempuan yang menjadi pasangannya memutuskannya setelah mereka kumpul kebo bertahun-tahun. Seolah belum cukup, karena ke...