Hari ini adalah hari pertama Naura bekerja sebagai kasir di kafe milik Ridwan. Naura berharap dihari pertamanya bekerja ia tidak melakukan hal konyol yang bisa membuatnya di pecat setelah ia bekerja beberapa jam di sana.
Naura tiba di kafe seperti perkataan Ridwan yaitu, sebelum cafe itu di buka Naura dan karyawan lain sudah harus ada di kafe itu untuk mempersiapkan segalanya. Naura di minta untuk membersihkan debu-debu yang ada di beberapa meja dan juga mengatur sedikit vas bunga yang ada di meja itu.
Tepat pukul sembilan kafe itu sudah resmi di buka untuk umum seperti biasanya, Naura hari ini menggantikan kasir yang kemarin mengantarnya ke ruangan Ridwan karena kasir yang belum Naura ketahui namanya itu sedang berhalangan hadir. Naura melakukan pekerjaannya dengan baik dan sejauh ini belum ada tindakan ceroboh yang ia lakukan.
Setelah empat jam berada di meja kasir, kini Naura diperbolehkan istirahat dan di gantikan oleh kasir lain yang memang baru datang untuk menggantikan sejenak saat ia sedang beristirahat. Disaat Naura sedang asyik menyantap makanan yang tadi pagi ia beli, suara Ridwan masuk ke indera pendengarannya.
"Naura, waktu istirahat kamu berapa menit?" tanya Ridwan yang baru saja tiba.
"Tiga puluh menit, Pak." jawab Naura.
"Baiklah, setelah itu kamu jaga kasir nomor 2 ya biar kasir yang tadi kamu jaga karyawan lain yang urus," ucap Ridwan pada Naura. Naura yang mendengar perintah itu hanya bisa mengangguk sebagai tanda setuju dengan perintah yang di ajukan sang bos itu.
Setelah jam istirahatnya habis, Naura kembali bertugas seperti tadi, Naura melayani pelanggan dengan sangat ramah dan juga dengan senyum manis yang terus terukir di bibirnya.
"Kamu karyawan baru, ya?" tanya seorang karyawan di sana.
"Iya, Mas. Saya cuma kerja sementara di sini sampai apa yang saya harapkan tercapai," jawab Naura.
"Loh, kok kamu sepertinya menganggap enteng pekerjaan ini. Di luar sana banyak yang butuh kerja kok kamu malah giliran udah dapat kerja bilangnya cuma sementara," ucap karyawan itu menasehati Naura.
"Saya masih mau memperjuangkan cita-cita saya, Mas."
"Memangnya apa cita-cita kamu sampe menganggap enteng pekerjaan?"
"Cita-cita saya menjadi seorang jurnalis, Mas. Dan untuk opini Mas yang beranggapan saya menganggap enteng pekerjaan ini itu salah," ucap Naura.
"Saya sama sekali tidak menganggap enteng pekerjaan ini, saya juga serius melamar pekerjaan di cafe ini untuk membantu saya memenuhi biaya untuk mengejar cita-cita saya," lanjut Naura.
"Semoga saja apa yang kamu katakan itu benar adanya, saya harap kamu betah bekerja dengan Pak Ridwan," ucap karyawan itu.
Setelah percakapannya dengan karyawan tadi Naura kembali disibukkan dengan banyaknya pelanggan yang berdatangan ke cafe itu, sangking banyaknya kasir nomer satu dan nomer dua sampai membuat antrian panjang seperti ular. Naura bersyukur sekaligus heran dengan membludaknya pelanggan di cafe itu.
Padahal kata karyawan yang menjaga kasir nomer satu cafe ini tidak pernah seramai sekarang, entah apa yang terjadi yang penting cafe ini memiliki banyak pemasukan melebihi jumlah yang mereka harapkan.
Jam enam sore, pekerjaan Naura sudah selesai dan digantikan oleh karyawan lain, Naura bersiap untuk pulang dan langsung berpamitan pada semua karyawan begitu juga dengan Ridwan.
![](https://img.wattpad.com/cover/354211400-288-k331554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang runtuh[ PROSES PENERBITAN]
General Fictionjika kebanyakan rumah itu tempat untuk kita pulang dan menghilangkan penat berbeda dengan rumah milik tokoh utama dalam cerita ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempatnya mengistirahatkan tubuhnya malah menjadi tempat asal di mana tubuhnya lelah, r...