"Ra, kenapa Ibu kamu tadi membawa-bawa atasan kamu? Ada masalah apa kamu sama atasan kamu?" tanya Bapak.
"Nggak ada masalah apa-apa kok, Pak. Cuma kemarin pernah berantem perkara gaji Naura dikasih pas Naura belum genap sebulan kerja," jawab Naura.
"Bapak kira kamu ada masalah sama atasan kamu," ujar Bapak.
"Nggak ada kok, Bapak kalo nanti Ibu dan Rindu balik lagi buat minta harta yang mereka mau itu langsung hubungi Naura ya," ucap Naura.
Mendengar ucapan Naura, Bapak hanya tersenyum dan sesekali menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia mengiyakan perkataan Naura.
"Naura balik kerja lagi ya, Pak. Bapak jangan lupa makan, lauk yang Naura masak tadi masih, kan, Pak?" tanya Naura.
"Masih, Nak. Sudah sana kamu berangkat kasihan teman-teman kamu menangani kerjaanmu," ucap Bapak pada Naura.
Mendengar ucapan Bapak, Naura langsung bergegas menyalimi tangan sang Bapak dan langsung melangkahkan kakinya meninggalkan rumahnya, tidak lupa Naura juga mengucapkan salam setelah keluar dari pintu rumahnya.
"Aku nggak bisa biarin Ibu sama Rindu seenaknya sama aku dan Bapak," gumam Naura saat menunggu ojek pesanannya tiba.
"Tapi, aku bisa apa? Nggak mungkin aku pinjam uang lagi buat mereka, udah cukup kemarin aku pinjam uang ke Pak Ridwan," lanjutnya.
Tidak berselang lama, ojek yang ia pesan tiba dengan santai Naura mengambil alih helm yang semula berada di tangan tukang ojek pesanannya. Setelah selesai mengenakan helm, Naura langsung menduduki jok motor bagian belakang dari motor yang ojek itu kendarai.
Dengan kecepatan sedang motor itu melaju di tengah keramaian mobil dan motor yang berlalu lalang entah akan kemana mobil dan motor-motor tersebut di jam kerja seperti ini.
Setelah sepuluh menit berkendara di tengah panasnya matahari, Naura akhirnya tiba di kafe tempatnya bekerja. Dengan cepat Naura langsung melepaskan helm yang semula ia kenakan dan tidak lupa Naura juga membayar jasa tukang ojek tersebut.
Naura masuk melalui pintu belakang agar para pelanggan tidak menilai kinerjanya yang buruk, mana ada karyawan yang baru datang di jam segini? Naura tidak mau dirinya di pandang buruk oleh pelanggannya.
Naura langsung meletakkan tas miliknya di loker biasanya, setelah meletakkan tasnya Naura langsung mengambil alih kasir nomor dua yang semula di tangani oleh seniornya dan kini ialah yang mengambil alih untuk melayani para pelanggan.
"Makasih Mbak, maaf jadi ngerepotin Mbak," ucap Naura kepada seniornya yang tadinya telah membantunya dalam pekerjaannya.
"Iya, Ra. Santai aja lagian tadi aku kosong kok," ucap senior Naura.
Setelah percakapan singkat antara keduanya kini Naura dan seniornya kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Naura yang tengah bekerja ternyata masih saja memikirkan cara agar sang Ibu dan sang Adik tidak lagi mengganggu hidupnya dan sang Bapak.
Tidak jarang Naura akhirnya melamun dan beberapa kali mendapatkan teguran dari pelanggan karena pesanan mereka tidak kunjung di tulis oleh Naura. Beberapa kali juga Naura mendapatkan teguran dari seniornya untuk tidak lagi ngulangi kesalahannya tapi ternyata Naura masih saja melakukan kesalahan yang sama.
Naura takut akibat dari teguran-teguran dari pelanggan itu, nantinya Naura akan mendapatkan surat peringatan dan lebih parahnya lagi Naura akan dipecat saat itu juga. Naura takut itu semua akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah yang runtuh[ PROSES PENERBITAN]
Fiction généralejika kebanyakan rumah itu tempat untuk kita pulang dan menghilangkan penat berbeda dengan rumah milik tokoh utama dalam cerita ini. Rumah yang seharusnya menjadi tempatnya mengistirahatkan tubuhnya malah menjadi tempat asal di mana tubuhnya lelah, r...