Pertemuan Pertama

151 12 0
                                    

Pagi hari kembali datang. Ranting pepohonan sedikit bergoyang karena embusan angin. Seorang gadis muda bernama Yeoreum membuka gorden jendela rumahnya agar sinar mentari pagi bisa merangsak masuk ke rumahnya. Rambutnya yang sepanjang bahu ia ikat seadanya dengan gelang karet.

Yeoreum bersyukur karena hari ini adalah hari Minggu. Setidaknya hari ini ia tidak perlu grasah-grusuh bersiap-siap ke sekolah yang menurutnya membosankan. Hari ini, ia berniat untuk beres-beres rumah selagi hari libur datang. Memangnya Yeoreum tidak punya rencana keluar? Jalan-jalan misalnya.

Begitulah kehidupan Yeoreum. Kehidupannya terbilang biasa-biasa saja. Tidak ada temannya yang mengajak jalan-jalan keluar. Bagaimana dengan pacar? Ketahuilah, Yeoreum belum pernah pacaran selama 17 belas tahun ia hidup. Sebenarnya, bukannya Yeoreum tidak ingin menjalin suatu hubungam serius dengan lawan jenis, hanya saja sifatnya yang pemalu dan tertutup membuatnya sulit untuk mengungkapkan perasaannya.

Tak berselang lama setelah Yeoreum membuka gorden jendela rumahnya, ia melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Ia melihat ada seorang pria dewasa keluar dengan membawa beberapa tas. Tak lama setelah itu, keluar seorang laki-laki seumuran dengannya dengan menyeret dua koper besar. Ia tampak sangat tidak bersemangat dan wajahnya terlihat kesal. Entah kenapa Yeureum justru malah tersenyum melihatnya. Baginya laki-laki itu terlihat lucu.

Sreeet!

Yeoreum dengan cepat menarik kembali gorden yang tadi ia buka karena secara mendadak laki-laki itu melihat ke arahnya. "Huft! Semoga saja dia tidak melihatku," harap Yeoreum.

"Yeoreum, kau sedang melihat apa?" tanya ibu Yeoreum yang baru saja datang dari arah dapur. Ia membawa semangkuk besar berisi nasi untuk sarapan bersama Yeoreum. Yeoreum hanya tinggal berdua dengan ibunya semenjak orang tuanya bercerai dua tahun lalu.

"Sepertinya sudah ada yang membeli rumah kosong di depan. Mereka baru saja pindah," jawab Yeoreum sembari membuka kembali gorden yang tadi ia tutup secara tiba-tiba.

"Benarkah? Wah bagus sekali. Setidaknya rumah di depan akan ada yang merawatnya. Sudah lama rumah mewah itu terbengkalai." Yeoreum mengangguk, ia juga berpikir hal yang sama dengan ibunya. Setiap malam tiba, ia selalu takut untuk keluar rumah karena suasana rumah itu sangat angker.

--All About You--

Saat kaki Yeoreum melangkah keluar dari pekarangan rumahnya, ia tidak menyangka akan mendapati pemandangan yang cukup membuatnya canggung. Anak laki-laki yang kemarin baru saja pindah juga memakai seragam yang sama dengannya dan posisi mereka sama-sama baru saja keluar dari pekarangan rumah. Yeoreum yang merupakan seorang pemalu tentu saja merasa canggung, apalagi saat anak laki-laki itu memandangi dirinya. Yeoreum memilih untuk menunduk saat melihat anak laki-laki itu mulai melangkahkan kakinya. Jantungnya kini berdegup kencang saat tahu bahwa laki-laki itu berjalan mendekat ke arahnya.

"Oh, seragam kita sama! Berarti kita satu sekolah. Kenalkan, namaku Oh Sion," ucap Sion sembari mengulurkan tangannya.

Akhirnya Yeoreum tahu nama anak laki-laki tampan di depannya. Ia sedikit bernafas lega karena Sion yang mulai berbicara terlebih dahulu padanya. Ia balas menjabat tangan Sion. "Namaku Yeoreum, Kim Yeoreum." Yeoreum buru-buru melepas genggaman tangannya. Meski ia sudah mencoba untuk rileks dan tersenyum, ia yakin pasti Sion dapat merasakan kekikukannya saat ini.

"Yeoreum? Nama yang bagus. Senang sekali bisa berkenalan denganmu. Aku jadi punya teman di sekolah baru. Bolehkah aku berangkat bersamamu? Aku belum paham benar daerah di sini."

"Bo-boleh. Tentu saja," ucap Yeoreum sembari membenarkan posisi rambutnya. Ia lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Sion begitu saja. Selama tujuh belas tahun ia hidup, Yeoreum jarang melakukan interaksi dengan laki-laki. Itulah sebabnya ia merasa begitu gugup saat berbicara dengan Sion. Kalau boleh jujur, sebenarnya kadar kegugupan Yeoreum semakin bertambah saat mendengar pujian dari Sion. Meskipun ia tahu kalau itu mungkin hanya sekadar basa-basi, tapi tetap saja itu membuatnya salah tingkah.

"Hei tunggu! Jangan buru-buru jalannya!" teriak Sion. Ia berjalan cepat untuk bisa mensejajarkan kakinya dengan langkah cepat Yeoreum.

"Kita akan ketinggalan bus kalau tidak berjalan cepat," ucap Yeoreum sembari melihat jam tangannya. Ternyata benar, hampir saja mereka ketinggalan bus yang akan membawa mereka ke sekolah. Begitu Yeoreum dan Sion masuk, hanya ada satu tempat duduk yang kosong. Asal kalian tahu, kursi itu bersebelahan dengan tempat duduk yang ditempati oleh Yushi.

"Duduklah! Aku saja yang berdiri," ucap Sion saat melihat Yeoreum tidak kunjung duduk.

Jika kursi itu bersebelahan dengan orang lain yang tidak Yeoreum kenal, maka tanpa ragu ia akan menduduki kursi itu. Masalahnya adalah, Yeoreum begitu canggung dan gugup jika ia berada di sebelah orang yang sudah dari dulu ia kagumi. Benar! Sebenarnya sudah sejak lama Yeoreum diam-diam menyukai Yushi. Sayangnya, selama ini Yeoreum hanya mampu menyukai Yushi dalam diam.

"Yeoreum, duduklah!" ucap Sion untuk kedua kalinya sambil melambaikan tangannya di depan wajah Yeoreum. Yeoreum yang tersadar dari lamunannya langsung duduk dengan garakan canggung di samping Yushi. Yeoreum dan Yushi tidak satu kelas, jadi wajar jika Yushi tidak mengenal Yeoreum. Bagaimana Yeoreum bisa menggapai seseorang yang bahkam tidak tahu siapa dirinya? Memikirkannya membuat Yeoreum kesal.

Tanpa sadar Yeoreum menoleh ke samping dan mendapati Yushi sedang fokus menggambar sembari mendengarkan musik lewat headphone. Dia begitu keren. Siapa juga yang tidak mengenal Tokuno Yushi di sekolah? Yushi begitu populer karena ketampanan dan juga keahliannya dalam bermain basket. Selain itu, Yeoreum juga baru tahu kalau Yushi ternyata juga pandai menggambar. Yeoreum sadar bahwa saingannya pasti begitu banyak. Mungkin, tidak hanya dirinya saja yang mengalami cinta sepihak.

Tiba-tiba, bus sudah berhenti di depan gerbang sekolah. Yeoreum bersiap turun, tak lupa ia memberi tahu Sion bahwa sudah saatnya turun. "Sion, sudah saatnya kita turun."

"Oh, oke." Sion terkesiap. Ia lalu berjalan lebih dulu disusul oleh Yeoreum.

Yeoreum ingin mensejajarkan langkahnya dengan Sion, tapi ia ragu. Yeoreum kaget saat tiba-tiba ada dua anak laki-laki yang sedang bermain kejar-kejaran secara tidak sengaja menyenggol tubuhnya. Yeoreum lantas kehilangan keseimbangan dan ia hampir saja terjatuh kalau seseorang tidak menahan tubuhnya dari belakang. Yeoreum tidak bisa berkata-kata saat menyadari bahwa Yushi adalah orang yang menahannya agar tidak jatuh.

"Yeoreum, kamu baik-baik saja?" Itu bukan pertanyaan dari Yushi, tapi pertanyaan dari Sion. Sion dengan cepat membantu Yeoreum kembali berdiri tegak.

"A-aku baik-baik saja," jawab Yeoreum. Tatapannya kemudian beralih pada Yushi. "Terima kasih sudah menolongku."

"Sama-sama," ucap Yushi begitu singkat. Ia lalu kembali berjalan dengan langkah elegan menuju kelasnya. Yeoreum sendiri hanya bisa mematung di tempat. Hari ini akan ia catat di buku hariannya sebagai kali pertama ia berbicara pada Yushi, seseorang yang ia sukai.

"Wajahnya benar-benar datar tanpa ekspresi," komentar Sion untuk Yushi.

Bersambung....

10-11-2023

All About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang