Mimpi

36 2 0
                                    

"Mau apa lagi? Apa kau sudah puas?" tanya Sion dengan raut sinis saat Wonbin datang menjenguknya yang sedang sakit. Kaki kanannya terpasang gips sehingga Sion tidak bisa bebas bergerak.

"Aku minta maaf." Wonbin datang sembari berlutut di hadapan Sion.

"Mau sampai kapan kau akan terus meminta maaf? Bukankah jawabannya sudah jelas? Sampai kapanpun aku tidak akan memaafkanmu."

Sion kaget saat dirinya tiba-tiba sudah berada di atap sebuah gedung tinggi. Kakinya sudah bisa berjalan normal. Ia melihat Wonbin sedang berdiri di atas pagar pembatas. "Wonbin, apa yang sedang kau lakukan?" Wonbin bergeming. Sejurus kemudian ia menerjunkan dirinya ke bawah.

Sion terlambat untuk menyelamatkan Wonbin. Belum selesai Sion berteriak histeris, tiba-tiba ia sudah berada di area pemakaman. Saat rombongan pengantar jenazah sudah pergi, Jisung datang menghampiri dirinya.

"Semua salahmu! Wonbin meninggal karena dirimu! Andai saja kau tidak terus-terusan selalu membuatnya merasa bersalah, dia tidak mungkin melakukan ini!"

"Tidak! Aku tidak bermaksud membuat Wonbin meninggal! Tidak!" Sion kembali histeris. Rasa panik menguasai dirinya. Ia merasa bersalah.

"Sion? Sion sadarlah!" Yushi mengguncang tubuh Sion pelan untuk membangunkannya dari mimpi buruk.

Sion membuka matanya. Keringat dingin sudah memenuhi wajahnya.

"Sebentar ya, aku ambilkan minum." Yushi kemudian berlari keluar kamar.

Sion dapat melihat kalau malam sudah berganti pagi. Cahaya mentari bahkan sudah menerobos masuk melalui celah jendela. Musim dingin sudah berlalu sejak bulan lalu, namun ia merasa sangat kedinginan.

Tak berapa lama, Yushi kembali dengan segelas air putih. Ia memberikannya pada Sion. Sion langsung meminumnya hingga setengah.

"Wajahmu pucat sekali." Yushi menempelkan telapak tangannya di kening Sion. "Kau demam. Badanmu panas. Sebaiknya kau tidak usah masuk sekolah hari ini." Yushi memberi saran.

Sion merengut. Itu artinya ia tidak akan bertemu Yeoreum hari ini. Tapi mau bagaimana lagi. Sion kemudian turun dari kasur dan berjalan ke kamarnya sendiri.

"Wonbin? Siapa Wonbin?" Yushi bertanya-tanya saat punggung Sion sudah tak terlihat di balik pintu.

*****

Seperti biasa, Yushi mengajak Yeoreum ketemuan di kantin untuk makan siang bersama seperti biasa.

"Apa sakitnya Sion parah?" tanya Yeoreum saat sudah menemukan tempat duduk. Yushi menyusul duduk di hadapannya.

"Jangan khawatir. Dia hanya demam biasa. Kurasa kemarin dia kelelahan karena mempersiapkan kamar untukku." Yushi jadi merasa bersalah pada Sion.

"Yushi!" sapa Ryo, teman sekelas Yushi. Di sisinya berdiri seorang anak berwajah bayi bernama Sakuya.

"Ryo, Sakuya, di sini!" Yushi balik menyapa. Ryo dan Sakuya segera menghampiri Yushi bersama nampan makanan mereka.

"Ekhem, bolehkan kami bergabung bersama kalian?" tanya Ryo secara sopan. Tentu saja Yeoreum menyambutnya dengan senang hati. Akhirnya Ryo duduk di sebelah Yushi, dan Sakuya duduk di sebelah Yeoreum.

Ryo menyenggol lengan Yushi, memberi kode agar dirinya diperkenalkan pada sosok gadis manis di hadapannya.

"Yeoreum, perkenalkan mereka ini teman-temanku. Dia Ryo, dan yang di sebelahmu Sakuya," tunjuk Yushi. Yeoreum, Ryo, dan Sakuya akhirnya saling berkenalan. Sebenarnya, Yeoreum sudah tahu nama dua teman Yushi karena keduanya juga sama-sama anggota tim basket sekolah. Selanjutnya, Yushi banyak mengobrol agar suasana tidak canggung dan Yeoreum bersyukur untuk itu.

All About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang