“Biarkan Night yang membersihkan P’Day, P’Itt,” kata Night.
“Tidak!! Biar dia yang membersihkanku. Bukankah dia istriku. Dia yang harus melakukan itu, Night,” ucap Day dengan suara tegas.
“Kalau kamu mau Itt yang membersihkanmu. Kamu bisa mengatakannya dengan baik-baik. Day, apa-apaan ini, jangan bertingkah seperti orang yang menyebalkan,” kata Gear yang sama kesalnya.
Bahkan Night pun harus mengulurkan tangan untuk meraih lengan pacarnya agar dia bisa bersabar saat berbicara dengan kakaknya.
“Tidak apa Gear, Night, aku akan terus membersihkannya sendiri,” kata Itt pada Night dan temannya pelan. Mencoba menelan gumpalan isak tangis itu.
Day melihat Itt sedang membelai pergelangan tangan yang dipegang Day beberapa saat yang lalu karena masih merasa sakit.
“P’Day, tenanglah. P’Itt, dia sangat mengkhawatirkanmu.” Night mencoba membela kakak iparnya.
Day mengeluarkan geraman lembut di tenggorokannya.
“Um, Night, pergilah dulu.” Day menurunkan nada suaranya saat dia berbicara dengan adik laki-lakinya.
Night memandang Itt. Dan Itt mengangguk. Night lalu menarik pacarnya menjauh dari Itt.
“Bersihkan,” kata Day kepada Itt dengan suara gelap, membuat Itt diam-diam merasa terhina tetapi dia tidak ingin terlalu banyak berpikir.
Itt berhasil membersihkan tubuh bagian atas Day dengan lembut.
Day terus memperhatikannya sepanjang waktu.
“Jadi kamu tidak mau membersihkan bagian bawah?” Kata Day setelah melihat Itt sudah membersihkan bagian atasnya tapi masih sedikit ragu untuk membersihkan bagian bawah. Ia ragu-ragu karena Itt merasa malu, saat ia membersihkannya.
“Aku akan membersihkannya,” kata Itt pelan sebelum menggerakkan tangannya yang sedikit gemetar untuk melepaskan simpul di celana Day.
Day memakai gips di kaki kanannya mulai dari lutut hingga mata kaki. Itt dengan lembut menyeka kaki Day. Berusaha untuk tidak memperhatikan milik Day. Wajahnya terasa panas hingga memerah, membuat Day menebak-nebak kenapa wajah Itt memerah.
“Bersihkan semuanya,” kata Day.
“Aku sudah selesai,” jawab Itt pelan.
“Tidak di semua tempat, ada tempat yang belum dibersihkan,” kata Day.
Itt menjadi lebih malu dari sebelumnya ketika dia memahami arti kata-kata Day.
“Kenapa kamu bilang kamu istriku? Menjadi istriku, kenapa kamu malu? Kamu bersikap seolah-olah kamu belum pernah melihatnha atau kamu dan aku tidak pernah melakukannya?”tanya Day pelan.