"Aeri-ya, maaf ya."
Aeri mengangguk dengan terus menatap Jeno yang menunduk di depannya.
"Terimakasih."
Dan setelahnya, pria itu pergi meninggalkannya dengan ucapan terimakasih yang lirih, karena memang itulah yang harus dilakukan Jeno, ya berterimakasih padanya.
*****
Selesai. Semua telah berakhir tepat sesuai dengan perkiraannya selama ini. Dia sudah tidak peduli lagi siapa yang akan memanfaatkannya atau mendiskriminasinya lagi di masa depan. Sudah hampir dua tahun waktu berlalu sejak debutnya menjadi idol, dan dia terbiasa dengan hal-hal yang tidak hanya menghancurkan fisiknya, tapi juga mentalnya.
Beberapa tahun ke depan, dia sudah dapat menentukan keputusan apa yang akan ia ambil. Hal-hal apa yang benar-benar akan ia kerjakan diusianya nanti saat lebih dewasa. Dan dia harap, semua akan lebih baik dari masa sekarang ataupun masa-masa yang lalu.
Minjeong
┐Kak, dimana?Sebuah pesan dari Minjeong masuk ke ponselnya.
Aeri
┐Aku di apartemen, ada apa?Minjeong
┐Apa bisa pulang ke dorm sekarang?
┐Kak Jimin kacau sekali.Kening Aeri berkerut, kali ini saja dia ingin egois tanpa peduli siapapun itu walau orang terdekatnya sendiri.
Aeri
┐Tidak bisa, mama ku akan datang
┐Tapi aku akan mencoba untuk berbicara dengannya
┐apa bisa ku telpon sekarang?Dan sebuah panggilan masuk pun langsung Aeri terima begitu pesannya terbaca.
"Kak Aeri, tolong, kak Jimin kacau sekali. Dia baru saja minum tiga botol soju dan sekarang kak Jimin sembunyi di dalam selimut, tidak mau keluar."
"Kak Aeri, tolong pulang! Aku sama kak Minjeong tidak bisa membujuk kak Jimin sama sekali," kali ini suara si maknae yang terdengar, tampak kacau.
"Tolong berikan ponselnya!"
Minjeong mengangguk sekilas walau Aeri tidak dapat melihatnya. Dan setelah hampir satu menit Aeri menunggu Minjeong dan Ningning yang berusaha membujuk Jimin, akhirnya suara Jimin terdengar di ujung sana.
"Aeri-ya."
Terdengar suara isakan, membuat Aeri yang sebelumnya berusaha kuat akhirnya tidak tega juga.
"Jimin-a, sudah ya! Yang memilih pergi biarkan pergi. Kalau kamu terus bertahan sedangkan satu pihak sudah tidak ada perasaan, yang ada hanya sakit. Sekarang kamu boleh menangis, tapi jangan terlalu lama. Yakinlah, hari esok pasti akan lebih baik, semua akan menjadi lebih baik. Sakit hari ini akan tergantikan nanti."
Ucapan semangat untuk Jimin entah kenapa seperti menyemangati dirinya sendiri. Tanpa sadar Aeri tertawa di dalam hati.
"Hmm." Jimin mengangguk pelan, dengan perlahan dia menarik nafas dalam. "Aku mau peluk."
Aeri tersenyum, "Besok ya. Besok aku akan ke dorm. Kita berempat akan berpelukan bersama."
"Tidak bisa sekarang saja? Kami susul ke apartemen ya?"
Aeri gelagapan. Satu masalah lagi, semua member tidak tahu kalau apartemen hanyalah kedok Aeri belaka. Pasalnya dia tidak benar-benar tinggal di apartemen itu. Dirinya tinggal di penthouse yang terletak beberapa lantai di atas unit apartemen yang ia sebut. Apartemennya sendiri ditempati bibi yang membantunya untuk membersihkan penthouse sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIONATE
Short StoryHai, Aeri Bagaimana keadaanmu? Apa kamu sehat? Apa kamu baik-baik saja? Dan yang lebih penting, apa kamu bahagia? Uchinaga Aeri - Fiksi - Semua murni ide author, kalau ada kesamaan dengan cerita lain saya mohon maaf karena ketidak sengajaan saya - T...