VI

711 73 25
                                    

Happy reading~

*****

"Aeri-ya."

Aeri menoleh dan mendapati seseorang tengah berlari kecil menghampirinya. "Siang, kak." Sapanya seraya membungkuk kecil.

"Tunggu di lantai tujuh, ya. Aku mau turun dulu sebentar." ujar laki-laki itu setelah berdiri di hadapan Aeri.

Aeri mengangguk sebagai jawaban dan kembali melanjutkan langkahnya setelah orang itu berlalu dengan sedikit tergesa. Dan di sinilah dirinya sekarang berada, duduk seorang diri di salah satu café yang berada di gedung agensinya ditemani dengan segelas minuman yang ia suka.

"Aeri-ya."

Lagi, Aeri menoleh dan mendapati seseorang yang baru saja menyapa seraya menepuk bahunya. "Oh, siang, Jaemin-a."

Jaemin menempatkan diri di samping Aeri sembari tersenyum lebar, tidak menyangka bisa bertemu dengan Aeri di sini. "Ngapain ke sini? Ada jadwal latihan?"

Mengangguk kecil, Aeri turut menatap Jaemin di sampingnya. "Iya, private class."

"Apa?"

"Dance."

Jaemin mengangguk paham, pasalnya dia sendiri bingung dan tidak tahu harus mencari topik apa lagi untuk perbincangan mereka.

"Kalo kamu, ngapain?" Aeri mencoba balik berbasa-basi saat melihat Jaemin yang hanya membuat garis lurus di bibirnya dengan mata mengedar tak tentu arah.

Lantas Jaemin mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja dengan bibir sedikit mengerucut. "Mau dengerin demo untuk next album," jelasnya.

"Oh, bulan berapa jadwalnya?"

"Bulan tujuh."

Aeri mengangguk-ngangguk kecil. Rasanya sudah habis bahan perbincangan mereka, hingga Jaemin memilih undur diri setelah menerima sebuah pesan di ponselnya. "Jeno sudah di depan, aku jemput dia dulu. Omong-omong, aku ingin kita bisa berteman dekat, Aeri-ya. Sampai jumpa."

Aeri membungkukkan kepalanya sekilas dan membalas lambaian tangan Jaemin. Tanpa sadar badannya merosot dengan kepala menengadah di sandaran kursi. Jeno juga bilang hal serupa sebelumnya, namun tak lama laki-laki itu justru menyatakan perasaan padanya. Dia hanya takut hal yang sama akan kembali terulang. Tapi jika yang dimaksud Jaemin berteman dekat dengannya hanya untuk sekedar berteman saja dan tidak lebih, dia akan sangat senang hati menerimanya.

Baru dua bulan berlalu dan sudah ada dua orang yang menyatakan perasaan padanya.

"Hai."

Aeri menoleh dan mendapati Mark yang baru saja datang dengan sedikit terengah-engah. "Maaf, nunggu lama ya?"

"Nggak kok, kak. Jadi ada apa?"

Kemarin sore Aeri sedikit terkejut saat mendapatkan pesan dari Mark yang mengajaknya untuk bertemu. Ada hal yang ingin dia tunjukkan, ucapnya dalam pesan kemarin, tapi dia tidak ingin memberitahukan apa itu.

Mark yang sudah duduk di sampingnya pun membuka map yang ada di tangannya, dan memberikan beberapa lembar kertas berisikan lagu-lagu pada Aeri.

"Oh, lagu baru? Untuk album besok?"

Menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, Mark tersenyum lebar. "Aku teringat saat konser kemarin, waktu kamu dan yang lain datang. Aku suka melihatmu yang sangat enjoy saat itu, Aeri-ya. I really mean it. Untuk itu, aku mau minta beberapa masukkan untuk lagu-lagu ini."

Aeri ingat betul, ketika itu bulan oktober, dia dan lainnya serta beberapa member dari grup yang lain secara bersamaan datang di konser tersebut. Ada banyak lagu yang memang ia sukai, jadi dia sangat menikmati penampilan para seniornya itu. Belum lagi saat dia ikut menari dengan sedikit menggerakkan badan atau memberikan tepukan tangan saking senangnya. Jangan lupakan juga saat para penggemar yang melambai-lambai padanya bermaksud merekam dan mengambil gambar dirinya.

PASSIONATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang