2 . V

552 60 15
                                    

Aeri hanya bisa tersenyum memperhatikan bagaimana ketiga temannya yang sibuk mondar mandir menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa ke Amerika besok. Sesekali ia mendengar bagaimana Ningning dan Minjeong saling melempar teriakan untuk menitipkan barang satu sama lain.

"Udah nggak muat." Tolak Minjeong lagi untuk kesekian kalinya.

"Ayo lah, kak. Cuma satu aja kok." Ningning mulai merajuk sembari menunjukkan sepatu putihnya. Aeri yang melihat mereka hanya bisa tertawa.

"Udah, taruh sini aja." Jimin yang baru saja keluar dari kamar, melerai keduanya. Dengan cepat ia meraih sepatu Ningning dan kembali masuk ke kamar untuk memasukkan sepatu itu ke dalam kopernya.

Ningning tersenyum lebar, kemudian ia beralih untuk menatap Minjeong lagi dan menjulurkan lidahnya, mengejek.

"Awas kau, ya." Teriak Minjeong saat Ningning sudah berlari masuk ke kamar menyusul Jimin.

Aeri tertawa lagi, lalu bergerak mendekati Minjeong yang tampak kesusahan menutup resleting koper miliknya. "Sini, aku bantu." Aeri meletakkan lututnya di atas koper Minjeong, membuat Minjeong dengan mudah menarik resleting kopernya.

"Thank you, kak." Minjeong tersenyum lebar, yang langsung dihadiahi sebuah usapan kecil di puncak kepala gadis itu oleh Aeri. "Kak Aeri gimana sekarang? Udah mendingan?"

Aeri mendongak, menatap Minjeong yang sudah berdiri tegak. "Ya, jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya." Jawabnya turut berdiri menyeimbangi Minjeong di hadapannya.

"Aku ingin banget kita bisa ke New York sama-sama." Gerutu Minjeong.

Tidak bisa menjawab, Aeri hanya menunjukkan deretan giginya dengan lebar. Salahkan dirinya kenapa ia tidak bisa menjaga kesehatan tubuhnya yang entah kenapa dari tahun kemarin sudah berapa kali dibuat limbung.

"Iya. Aku maunya kita sama-sama liat baseball di sana. Mumpung ada kesempatan." Tambah Jimin yang sekarang sudah melingkarkan tangan di pundak Aeri.

Kesempatan ya? Sayangnya kesempatan itu jarang sekali datang padanya.

Aeri menggeleng kemudian, menyadari pikirannya mulai lari kemana-mana.

"Next time pasti ada kesempatan lagi buat kita. Aku pastikan nanti kita ke sana sama-sama. Ayo, sekarang istirahat, besok kita tidak boleh kesiangan."

Secara perlahan Aeri mendorong ketiga temannya memasuki kamar, mengajak mereka beristirahat sebelum hari berganti.

.

*****

.

"Kak, dimana?"

"Apa aku boleh ke sana?"

"Ah, oke."

"Boleh, kak."

"Kirim di chat aja semua ya, kak. Nanti aku belikan."

Aeri menutup sambungan telpon di ponselnya. Dua hari sudah ia sibuk sendiri karena tidak ada kegiatan. Jadwal kelasnya dengan sang coach pun masih dua hari lagi. Dan terakhir yang ada dipikirannya adalah menghubungi Taeyong. Untungnya saat ini Taeyong sama kosongnya dengannya, jadi ia bisa bermain di apartemen pria itu karena cukup lama juga mereka tidak saling bertemu. Dan untungnya ada Johnny juga di sana.

Di tengah waktunya yang longgar, Aeri terkadang bingung harus apa. Menghabiskan waktu dengan member lain pun jika mereka kebetulan sama-sama tidak ada kegiatan. Dan terkadang, walau sama-sama kosongnya pun dia dan yang lain juga tidak bisa bermain bersama-sama kalau member yang lain sudah ada janji dengan keluarganya atau yang lain.


PASSIONATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang