II

710 85 4
                                    

Setelah dua minggu penuh dengan berbagai macam kegiatan promosi comeback dan juga persiapan leg tour berikutnya, malam ini grup Taeyong menyempatkan waktu untuk menghabiskan malam bersama dengan unit lainnya. Walau hanya beberapa saja yang bisa datang dikarenakan adanya kesibukan masing-masing member, setidaknya itu tidak mengurangi kegembiraan mereka.

Tapi kegembiraan itu hilang sejak lima menit yang lalu dimana seorang gadis datang dan menarik atensi Taeyong sebagai leader. Gadis itu, Aeri, yang kini duduk terpisah dengan mereka dan hanya ditemani oleh Taeyong dengan Johnny di satu sudut restaurant. Ketiganya tampak berbincang serius. Hingga saat Aeri menengadahkan kepalanya di sandaran kursi disertai tangan yang tersilang di bawah dada, suasana mendadak semakin hening.

Walau tanpa suara, mereka semua tahu gadis itu tengah menahan tangis yang entah karena apa. Sesekali kepalanya bergerak dengan mata yang mengerjap-ngerjap seolah berharap air matanya bisa kembali masuk. Tapi gagal, setetes air mata itu akhirnya turun juga. Menundukkan kepala dengan menopangkan pada kedua tangan, Aeri terisak perlahan.

"Maaf."

Jeno, salah satu dari sekian member yang melihat gerakan mulut Taeyong dari jauh hanya bisa menerka-nerka. Terlebih saat Taeyong yang mulai menggenggam tangan Aeri dan Johnny yang memeluk gadis itu dari samping.

"Ada apa lagi kali ini?" Haechan yang duduk tepat di samping Jeno mulai membuka suara saking gatalnya dari tadi dia menahan untuk tidak ingin tahu.

Beberapa yang mendengar pertanyaan Haechan hanya bisa mengedikkan bahu. Lainnya lagi yang sejak awal berusaha untuk tidak ingin tahu dan tidak peduli hanya bisa meneruskan obrolan mereka walau suasananya tidak lagi sama seperti sebelumnya.

"Terimakasih ya, kak." Aeri mendongakkan kepala melihat Taeyong yang cemas di depannya.

"Nggak, aku yang harusnya minta maaf. Kalau Johnny dan aku diam saja pasti sekarang tidak akan seperti ini."

"Yang melihatmu lebih dulu itu aku, Aeri-ya. Kalo misal kemarin nggak keceplosan, pasti sekarang nggak ada masalah. Kakak minta maaf ya." Johnny semakin mengeratkan pelukannya, membuat Aeri mengangguk kesusahan.

"Kalo ada masalah lagi langsung kabari kak Taeyong atau aku, ya? Dan kita minta maaf kalo balasnya agak lama nanti."

"Iya, kak. Aku paham kok. Terimakasih ya, dan maaf sekali udah mengganggu waktu kalian."

Johnny dan Taeyong sontak menggeleng.

"Nggak kok, kan aku yang minta kamu datang ke sini." Jawab Taeyong seraya mengusap puncak kepala Aeri. "Kalo kita nggak saling kenal gini gimana ya?"

"Sudah, emang dari awal salahnya kita, Tae. Harusnya kita bisa tutup mulut. Maaf ya, Aeri-ya."

Aeri terkekeh mendapati Johnny yang mengacak-acak rambutnya asal. "Iya, nggak papa kok. Sudah beres juga, cuma kalau diinget lagi ya masih sedih. Inget, jangan main ke tempatku lagi, aku udah full tinggal di dorm sekarang."

Taeyong mengangguk kecil, "Ya, nanti kamu aja yang main ke apartemen kakak. Kita karaokean sampai serak. Johnny jangan diajak."

Aeri semakin terkekeh, membuat Taeyong dan Johnny gemas.

"Aku balik sekarang ya, kak. Kasian kak manajer nunggu lama."

Taeyong dan Johnny mengangguk kecil, lantas ketiganya berdiri dan beranjak pergi.

"Permisi semua, malam." Aeri membungkuk pada semua seniornya dan mulai melangkah keluar meninggalkan semuanya dengan senyuman manis seolah sebelumnya gadis itu tidak pernah menangis.

"Sudah, ya." Taeyong berucap seraya menekan satu pundak Jeno yang jelas sekali ingin menyusul Aeri keluar begitu gadis itu pergi. Ya, semua karena pria satu ini.

PASSIONATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang