Hai hai hai
Sebenarnya pingin banget publish ini dari hari senin, tapi waktu preview kemarin ga bisa dapet feel-nya gara2 sus banget liat Wonbin dari event W Korea sampek MMA kok kayak sus banget liat Jijel
Berasa, Jel kalo sama brondong ini udah gas ajalah, Jel
Bener-bener smpek ga dapet feel sama sekali waktu buka cerita ini, huhuhuMaaf ya lebay, but happy reading semuaa
NB: ini bakal panjang banget, ada 3000 words, mau dijadiin 2 part tapi nnti ga dapet feelnya, hehe
*****
Tak ada yang sadar jika waktu berlalu dengan cepat. Untungnya masalah antara Aeri dan Jimin sudah selesai seiring waktu dengan sendirinya. Tanpa kata maaf yang terucap dengan jelas, Jimin sadar kalau perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan, dan dia juga tahu sendiri kalau Aeri bahkan tidak tertarik dengan Jeno. Itu hanya perasaan tanpa balasan.
Dan sekarang siapa yang menyangka kalau beberapa hari lagi mereka akan mulai disibukkan dengan take video untuk live concert 2023 yang akan ditayangkan pada awal tahun. Dan di sinilah sekarang Aeri berada di ruang yang sama dengan senior terdekatnya, Taeyong, sementara tiga lainnya masih keluar entah kemana.
Taeyong menjatuhkan dirinya tepat di samping Aeri yang tengah duduk bersandar memainkan ponsel. Walau sejak tadi gadis itu penuh semangat dengan senyum terukir di bibirnya, jelas Taeyong tahu ada sesuatu yang salah dengan gadis itu.
"Kenapa?"
"Apanya kak?" Aeri meletakkan ponselnya lantas menatap Taeyong yang merebahkan diri di sampingnya.
Udara yang pengap karena nafas mereka yang beradu ketika latihan, serta keengganan untuk membuka jendela dikarenakan salju yang turun di luar membuat ruangan semakin panas, padahal pendingin ruangan sudah mereka nyalakan sejak tadi.
"Kakak berharap tidak ada yang kamu sembunyikan dari kakak, Aeri-ya. Kakak tau kakak hanya orang luar, tapi kamu juga jelas tau bagaimana kakak lebih dekat dengan kamu dibandingkan dengan anak-anak yang lain."
Aeri meringsut, turut merebahkan diri di lantai dengan mata lurus menatap langit-langit. "Terimakasih ya kak, sudah mau menjaga Aeri."
Taeyong menoleh, mendapati mata gadis itu yang terpejam. "Kita saling menjaga satu sama lain, ya? Kakak selalu ada loh, walau kadang terlambat. Dan kakak juga berterimakasih karena kamu mau mendengar kakak."
Terkekeh kecil, Aeri menoleh dan membalas tatapan Taeyong. Orang luar yang menyayanginya seperti seorang adik, tidak hanya menjaganya, bahkan Taeyong juga terkadang tidak segan untuk memarahinya jika ia tengah kacau sekali. Padahal Aeri jelas tahu, kalau mereka berdua sama kacaunya, hanya bisa saling menguatkan satu sama lain saat badai terus datang silih berganti dan terkadang tumpang tindih.
Kembali menatap pada langit-langit, Aeri bertanya, "Kenapa aku masuk di agensi ini ya, kak?"
"Karena kamu mampu."
Ingin sekali Aeri tersenyum mendengar jawaban dari Taeyong, tapi hatinya benar-benar menolak. "Andai tanpa dorongan dari keluarga, aku benar-benar tidak berani kak untuk ikut audisi di sini. Aku sadar aku tidak sebagus itu. Tapi sepertinya kehendak Tuhan berbeda ya kak sama keinginan kita. Kadang aku berpikir kenapa tidak mencoba di agensi lain saja dulu? Agensi kecil misalnya. Atau walaupun mencoba di agensi besar, aku benar-benar tidak berpikir untuk mencoba di agensi ini karena tau agensi ini berbeda dengan genre musik yang aku sukai."
Ya, Aeri tengah memikirkan perbincangan netizen akan dirinya. Bagaimana dia bisa lolos saat Saturday Audition tiga tahum silam? Tentunya bukan seperti omongan orang di sana, dan juga bukan karena keberuntungan semata. Ada uang, waktu dan tenaga yang ia curahkan di dalam sana supaya dia bisa lolos di audisi tersebut. Belum lagi dengan mentalnya. Tapi semua orang tutup mata akan itu. Bagaimanapun kabar burung lebih mudah dipercaya dibandingkan kenyataan yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIONATE
Short StoryHai, Aeri Bagaimana keadaanmu? Apa kamu sehat? Apa kamu baik-baik saja? Dan yang lebih penting, apa kamu bahagia? Uchinaga Aeri - Fiksi - Semua murni ide author, kalau ada kesamaan dengan cerita lain saya mohon maaf karena ketidak sengajaan saya - T...