:: Mid-May 2022 ::
Setelah hampir sebulan berbagai macam spekulasi bersarang dipikirannya. Hari ini... hari ini ia akan mencoba bertanya langsung pada Aeri. Memberanikan diri mencari jawaban yang pasti tanpa harus terus menerus menerka-nerka.
Dengan langkah cepat ia menyusuri lorong hingga pintu kafetaria mulai terlihat. Dan setelah mendorong pintu kafetaria hingga terbuka sempurna, Jeno mengedarkan pandangan, mencari sosok Aeri yang ia ketahui sedang menghabiskan waktu seorang diri di sini.
"Aeri-ya." Jeno menepuk pundak Aeri pelan, hingga gadis itu menoleh dan melepas airpods yang tengah dikenakan.
"Oh, hai, Jeno-ya. Ada apa?" Aeri bertanya seraya menarik kursi di sampingnya, mempersilahkan Jeno untuk duduk.
"Boleh aku minta waktunya?" tanya Jeno yang berhasil menciptakan kerutan di dahi Aeri.
"Sure. Kenapa? Ada masalah dengan Jimin?"
Jeno menggeleng kemudian. Dengan gerakan perlahan yang penuh ragu, ia mencondongkan kepala, "Bisa kita berbicara di tempat lain? Akan tidak nyaman jika kita berbicara di sini."
Aeri mengangguk setuju, dengan cekatan ia membersihkan barang-barangnya yang dibantu Jeno kemudian. Dan setelahnya, mereka berdua berjalan beriringan mencari tempat yang sesuai.
Setelah naik dua lantai dari tempat dimana kafetaria berada. Kini Jeno berhenti di depan satu ruang studio yang ia yakini sedang tidak digunakan.
"Kalau di sini, kamu tidak apa-apa, kan?"
Aeri mengerjap perlahan. Matanya bergerak melihat pintu ruang studio dan Jeno bergantian. Ia sendiri yakin ruang studio itu kosong, terlihat dari kaca pada pintu yang tidak membiaskan cahaya dari dalam. Namun jelas ia merasa aneh jika harus berdua saja dengan Jeno dalam ruang yang sama.
"Atau kita cari tempat lain? Kamu ada saran?" tanya Jeno lagi saat melihat sirat keraguan di mata Aeri.
"Nggak usah. Di sini saja, nggak apa-apa."
:: Late May 2022 ::
"Aeri-ya, maaf sebelumnya, apa aku boleh bertanya sesuatu?"
Aeri menatap Jeno dengan seksama. Seperti yang bisa ditebak, keduanya kali ini sudah berada di dalam ruang studio. Jeno duduk di sudut kiri sofa panjang, sementara Aeri sendiri duduk tepat di sofa single yang ada di samping Jeno.
"Perihal apa?"
Jeno terdiam sejenak. Ia menjadi ragu untuk bertanya. Tapi sudah kepalang basah juga jika ia mengurungkan niatnya.
"Perbincangan antara kamu dan kak manajer." Jawab Jeno akhirnya.
Aeri mengerutkan kening, ia tidak paham yang mana pastinya. "Yang mana?"
Tentu saja Aeri tidak tahu dan tidak ingat. Ada banyak hal yang ia bicarakan dengan manajernya. Dan obrolan mana yang disebut Jeno jelas tidak membuatnya mengerti.
Jeno sendiri tampak menarik nafas dalam, menyiapkan diri untuk memberitahu Aeri akan pertanyaan yang sudah lama bersarang dibenaknya. "Maaf, tapi aku tidak sengaja mendengar perbincangan antara kamu dan kak manajer terakhir kali."
"Terakhir kali?"
Jeno mengangguk, lalu menata posisinya dengan nyaman untuk menghadap Aeri sepenuhnya. "Saat kalian mengantar Jimin waktu itu."
Waktu itu ya? Aeri mengerjap perlahan, berarti itu sudah sebulan yang lalu. Dan kalau tidak salah ingat, ia tidak ikut masuk ke dalam restaurant seperti biasanya. Ia memilih untuk tetap tinggal di dalam mobil. Selain karena lelah, keadaannya yang saat itu sedikit tidak fit membuatnya enggan beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIONATE
Short StoryHai, Aeri Bagaimana keadaanmu? Apa kamu sehat? Apa kamu baik-baik saja? Dan yang lebih penting, apa kamu bahagia? Uchinaga Aeri - Fiksi - Semua murni ide author, kalau ada kesamaan dengan cerita lain saya mohon maaf karena ketidak sengajaan saya - T...