3. Rana merana

18 3 0
                                    

Wanita dengan seragam putih-putih itu menggeleng pelan kemudian berlalu ke kamarnya diikuti Rana yang sedari tadi menunggunya.

"Kenapa lama banget sih, Ntan?"

"Macet ege, lagian lo ngapain sih minta ketemu sore ini juga. Nanti malam kan bisa."

"Nggak bisa aku kudu cepat cerita. " Bantah Rana, merebahkan badannya ke atas tempat tidur tak mempedulikan si pemilik kamar yang melotot ke arahnya.

"Rasanya gerah tahu gak, nyimpen ini sendirian." Lanjutnya, membalikan tubuh agar bisa melihat Intan yang tengah menghapus make up nya.

"Yaudah cerita tolol, jangan ngereok gitu. Gue udah bela-belain pulang lagi padahal baru aja nyampe kafe sama teman gue. " Umpat Intan, melempar kapas bekasnya pada wajah Rana yang berguling tak tentu arah.

Rana langsung duduk, memasang wajah tanpa dosanya. Mulai menceritakan kejadian ia memarahi Zea dan berakhir membuang cangkirnya.

"Lo buang cangkir yang dipakai cowok itu di depan matanya?!"

"Ya gak di depan matanya banget sih. " Koreksi Rana merasa pemilihan kata yang dipakai Intan lebay. "Tapi tetap aja dia lihat, kan?"

Dengan memeluk guling, Rana mengangguk. "Lo sadar gak sih Ran, lo gak berperasaan?"

"Tu cowok pasti mikir dirinya senajis itu sampai cangkir yang dia pakai minum sekali langsung dibuang. "

"Ya dia sih pakai barang orang gak izin. " Sangkal Rana membuang muka. "Lo emang cocok deh jadi lawyer, kebanyakan ngeles."

"Terus aku harus gimana?" Tanya Rana to the point seperti mengiyakan perkataan Intan barusan.

Intan yang tengah menyisir rambutnya menoleh "jangan bikin gue lempar lo pakai sisir ini ya, Ran. Minta maaf lah!"

"Gimana caranya?"

"Rana." Geram Intan mencoba menahan diri.

"Oke, oke aku mau minta maaf tapi yakali aku minta maaf langsung? Aku gak mau. "

Berkacak pinggang, Intan menggeleng sambil berdecak heran. "Udah salah, ngotot lagi gak mau minta maaf. "

"Kalau sama adiknya sih oke, aku udah minta maaf langsung tapi ke abangnya? Owh nggak deh. Makasi. " Rana bergidik ngeri meminta maaf secara langsung pada cowok itu yang bisa saja besar kepala.

"Jangan masang muka jijik gitu deh nanti benci jadi cinta loh, Ran. " Goda Intan mengerling jahil.

"Dih, amit-amit!" Seru Rana dengan muka tak suka yang kentara membuat Intan tertawa.

"Ayolah, Ntan, bantu aku cari solusi. "

"Makanya minta maaf. " Kesal Intan melemparkan Rana bantal yang sialnya bisa dihindari cewek itu.

"Aku malu. " Cicitnya, "gimana ya caranya aku minta maaf tanpa tatap muka?"

"Lewat chat?" Tanya Rana yang langsung diberikan gelengan oleh Intan. "Gak banget sumpah, ngomong langsung udah."

"Aku malu, Intan! Aku malu. Gimana kalau nanti dia kegeeran?"

"Terus lo mau gimana Veronika Irana?!" Jengah Intan "gue belum mandi elo buat gue makin panas, tahu gak?!"

"Cih, nyalahin aku lagi, kamu aja tuh kebanyakan dosa, " Kata Rana tanpa beban.

"Ranaaa!"

👑


"Baru tahu gue sop ayam pakai saus tiram. "

Suara Silfi yang sarat menyindirnya membuat Rana menoleh. "Diam atau piring kamu Mbak ambil. "

We NonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang