4. Menjalankan misi

12 3 0
                                    

"Heran deh, suka banget ngajak dadakan begini!"

Masih menyumpah serapahi pacarnya, Intan bangun dari rebahannya kemudian memanggil perempuan di sampingnya.

"Ran, "

Si pemilik nama tak bergeming, Rana asik dengan pikirannya sendiri yang dipenuhi skenario cara meminta maaf dan kemungkinan bagaimana tanggapan Fatir nantinya.

"Ran,"

Intan berdecak, dengan sekali geplakan akhirnya Rana berhasil menoleh. "Apa sih, Ntan, jangan ganggu aku mikir deh."

"Ck, masih mikiran Fatir?" Rana mengangguk sekejap kemudian menggeleng "nggak! Ngapain mikirin dia! Lebih tepatnya aku lagi mikirin cara minta maaf ke dia." Sangkalnya dengan suara keras.

Intan yang merasa lucu hanya mengangguk sambil menahan tawanya. "Mikirin Fatir juga gak pa pa kok, Ran. "

"Ih apa sih, Intan. " Tak tahan lagi Intan mengeluarkan tawanya. Lucu saja rasanya mendapati Rana yang di luar sana terkenal jutek dan cuek sekarang berubah malu-malu kucing.

"Temanin gue yuk cari kado buat kondangan besok. "

"Malas, mau tidur aja. " Tolak Rana tanpa mengubah posisi tidurnya. "Halah, lo gak akan bisa tidur kalo otak lo masih terus mikirin Fatir. "

Melihat Rana yang diam saja, Intan menarik tangan temannya itu. "Ayo ikut gue, udahan dulu pikirin Fatirnya besok kan ketemu di pengadilan. "

"Kalo ketemu. " Jawab Rana pelan, terpaksa mengikuti Intan yang rupanya menjadikannya supir.

Setelah beberapa saat mengemudi, Rana dan Intan akhirnya tiba di salah satu pusat perbelanjaan. Di tengah pengunjung mall yang seakan tengah adu outfit, terselip Rana yang hanya memakai baju tidur panjangnya dan jilbab instan serta sandal swallow yang diambilnya secara acak di rumah Intan yang mungkin saja milik salah satu adik Intan.

"Kamu mau beli apa sih? Cepat, ngantuk aku. "

Intan menoleh, menatap malas Rana. "Coba gue gak butuh supir, mending gue ajak Berlian atau Mutiara aja tadi. " Sesalnya, mengabsen nama adiknya.

"Kasi amplop kan bisa, kenapa kudu banget beli kado, sih?" Rana dan protesnya pun dimulai. "Yakali cuma kasi amplop kan gak berkesan. "

Merasa tak tertarik, Rana menguap sambil menutup mulutnya dengan tangan. "Yowes Ntan, aku melu wae"

Setelah memasuki beberapa toko, Intan memilih lebih lama di sebuah toko yang menjual perabot rumah tangga. "Gimana kalau gue hadiahin tumbler yang ini, Ran? Setahu gue mereka sama-sama suka jogging. Kan bermanfaat tuh buat mereka. Sekalian nanti gue juga beliin handuk kecil gitu. "

"Terus nanti gue mau suruh Silfi lukis animasi wajah mereka di botol ini. Gimana Ran? Bagus kan ide gue?" Rana yang sudah bosan mengangguk saja.

Saat menunggu Intan yang menimbang hendak membeli botol minum yang mana, Rana tertarik dengan sepasang cangkir dan tanpa pikir panjang Rana menyusul Intan yang tengah mengantri.

"Talangin dulu, nantiku ganti. "

Intan mengangguk, menengok keranjang belanjaannya melihat barang yang ditaruh Rana di sana. "Cangkir couple? Buat siapa?"

"Orang." Jawabnya singkat. "Eh aku beli ini juga deh, gak banget hadiahnya cuma tumbler. " Kata Intan baru tersadar kadonya terlalu sederhana.

"Sakarepmu, Ntan. Asalkan jangan ketuker aja nanti. "

"Iyaa, gak bakal. "


👑



We NonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang