24. Anak Bujang Prof. Mail

2 2 0
                                    


"Terima kasih Mbak Rana sudah mau datang padahal jam segini bukan waktunya Mbak kerja."

Rana menggeleng, "gak pa pa kok bu, saya juga lagi senggang."

"Terima kasih sekali lagi ya Mbak. Semoga hak asuh anak saya bisa saya dapatkan."

"Amiin, saya akan berusaha sebisa mungkin Bu." Tekad Rana tak hanya sekedar ucapan belaka. Ia juga kesal dengan mantan suami kliennya itu yang melampiaskan emosinya dengan memukul sang anak. Untung saja, kliennya yang merupakan ibu dari si anak tahu akan hal itu dan dengan cepat bertindak.

Ibu-ibu dengan rambut dicepol asal itu lantas menyunggingkan senyum. "Terima kasih banyak Mbak, kalo gitu saya pamit dulu takutnya Alfa cari saya."

Rana mengangguk turut berdiri saat kliennya berdiri. "Mbak, cowok di belakang dari tadi perhatiin Mbak." Bisik kliennya pada Rana kemudian pergi.

Tanpa informasi dari kliennya itu pun Rana tahu bahwa ada seseorang yang memperhatikannya sedari tadi. Dan sekarang ia bisa mendengar kursi berdecit yang menandakan orang di belakangnya bangkit dari duduknya. Rana yang tahu Fatir yang memperhatikannya dan malas berinteraksi segera melangkah sembari memakai tasnya.

Senyumnya merekah ketika melihat Erik dengan wajah lelahnya memasuki toko kue.

"Hi Erik" Sapa Rana membuat Fatir yang akan menghampirinya memilih melihat Rana dan Erik di kursinya.

"Hi Ran. Beli kue juga?" Erik tersenyum lebar pada Rana di depannya. Pria itu segera bergeser dari depan pintu saat pengunjung lain akan keluar. "Nggak, tadi habis ketemu klien."

"Udah selese berarti?" Tanya Erik yang diberikan anggukan oleh Rana. "Kamu mau pulang sekarang? Sama aku aja yuk, searah juga." Ajak Erik yang sudah mengetahui Rana sehari-hari menggunakan transportasi umum.

"Boleh?"

Tentu Erik mengangguk semangat. "Boleh. Tunggu ya, aku mau ambil pesanan dulu."

Rana yang juga baru ingat ada pesanan turut mengikuti Erik. Matanya sempat melirik ke bangku belakang dan segera membuang muka agar ia tak ketahuan memperhatikan Fatir.

"Loh kok ikut?"

"Aku juga ada pesanan ya" Kekeh Rana yang dibalas anggukan oleh Erik. "Kamu suka mochi?" Tanya Erik setelah melihat pesanan Rana.

"Nggak terlalu sih, tapi anak kos suka jadi aku beli deh." Erik yang mendengar itu tersenyum sambil meraih kartu kreditnya di dompet. "Sekalian sama pesanan mochi nya ya Mbak."

"Eh jangan!" Cegah Rana saat sadar Erik membayar pesanannya juga. "Gak pa pa, kan kamu udah kasi aku makan hari itu. Boleh ya?"

"Yaudah deh." Pasrah Rana yang membuat Erik lagi-lagi happy.

"Ada yang ulang tahun?" Pertanyaan itu akhirnya dikeluarkan Rana ketika mobil yang dikemudikan Erik sudah bergabung dengan pengendara lain di jalan raya.

"Nggak ada. Kuenya buat perayaan adikku yang baru selesai sidang skripsi." Jelas Erik yang peka kue pesanannya yang menjadi pemicu mengapa Rana bertanya demikian.

"Wiih bentar lagi wisuda dong." Erik mengangguk, melirik Rana yang turut berbahagia. "Iya, akhirnya dia bebas dari skripsian."

"Gak ada lagi tuh nganggur berjam-jam buat nunggu dosen pas bimbingan." Celetuk Rana jadi ingat masa skripsiannya dulu yang tak semulus teman-temannya tapi untung saja ia bisa lulus tepat waktu.

"Dan gak ada lagi tekanan dari Papa" Lanjut Erik menatap sendu jalanan. "Maksudnya?" Rana yang kelepasan bertanya memukul bibirnya pelan, tak seharusnya ia ingin tahu.

We NonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang