.
.
Aroma kopi seharusnya menjadi hal yang pertama Lisa sadari saat memasuki dapur. Tapi sebenarnya, itu adalah Jennie yang sedang menuangkan secangkir kopi untuk dirinya sendiri di belakang meja pulau marmernya yang cantik dengan lampu gantung yang tergantung di atasnya. Di sampingnya ada sebuah dinding jendela, yang menunjukkan sisi lain dari rumahnya. Tampaknya itu adalah sebuah taman.
Sungguh pemandangan yang sangat indah untuk dilihat.
"Morning" Lisa dengan malu-malu menyapa, berjalan masuk dan mengikat jubahnya. Jennie mengangkat pandangannya untuk bertemu dengan Lisa dan dia tiba-tiba tersenyum bahagia. Bagaimana seseorang bisa terlihat begitu cerah di pagi hari?
Rambut ikalnya dikuncir kuda dengan rapi, tidak ada rambut bayi yang terlihat. Riasan wajahnya yang tipis membuatnya terlihat lebih lembut dari sebelumnya dengan sepasang anting-anting gantung yang berteriak "EMAS 24K".
"Good morning," sapa Jennie sambil berjalan mengitari pulau dan berdiri di depan Lisa. "Ini." Ia memberikan secangkir kopi kepada Lisa sebelum kembali ke tempatnya semula. "Apakah tidurmu nyenyak?" Jennie bertanya, dengan senyum manis di wajahnya yang cantik.
Lisa berdeham dan menarik kursi dari pulau dan duduk dengan canggung. Dia merasa tidak pada tempatnya, namun mengesampingkan perasaan itu karena Jennie terlihat sangat gembira dengan gaun musim panasnya.
"Ya." Dia mengaduk kopinya perlahan, "Aku ingin berterima kasih untuk kejadian semalam," kata Lisa pelan, berusaha untuk tidak menyesal mengungkitnya. Jennie menegang dan perlahan-lahan menurunkan teko kopinya. Dia tidak lagi tersenyum.
"Kau tidak perlu berterima kasih kepada ku," jawab Jennie hanya bersuara pelan sebelum menatap mata Lisa lagi dengan senyum sedih, "If anything, akulah yang harus minta maaf. Aku yang mengundangmu dan kamu seharusnya merasa aman di sini."
Lisa merasakan getaran lain di tenggorokannya.
"Jangan menyesal. Jika kamu tidak ada di sana, aku mungkin sudah meninjunya," goda Lisa. Jennie tersenyum tipis, menatap cangkir kopinya sendiri,
"Aku tahu kamu pasti akan meninjunya." Dia menatap kembali ke mata Lisa dan Lisa berani bersumpah bahwa dia melayang karena tatapan hangat dan lembut yang dikirimkan Jennie padanya. Untuk meredakan perasaan itu, ia mulai meminum kopinya, memalingkan wajahnya dari mata yang memikat itu,
"Aku mengusirnya dari rumah tadi malam setelah dia sadar." Jennie menambahkan, "Tidak bisa mengambil risiko dia mabuk dan meninggalkan rumah ku hanya untuk menyakiti orang lain." Lisa tersenyum mendengarnya. Jennie menjadi wanita paling baik yang pernah ia temui. Dia bertemu dengan tatapan penyesalan Jennie lagi,
"Aku tahu. Aku dengar."
Jennie tersenyum, "Good." Sebelum dia mengangkat cangkirnya dan mendekatkannya ke bibirnya, menatap Lisa melalui bulu matanya dan Lisa hampir tersedak kopinya. Lisa berdeham lagi,
"Jadi, di mana semua orang?" Dia bertanya, tidak terlalu peduli untuk ditatap seperti hama. Jennie meletakkan cangkirnya,
"Tidur. Mungkin semua mengantuk," katanya sambil memutar bola matanya. Lisa mulai yakin Jennie tidak terlalu menyukai teman-temannya. "Tunangan ku ada di kantornya. Panggilan konferensi ku kira," katanya, tidak terlihat peduli sama sekali.
Lisa mengangguk dan melanjutkan minum kopinya bersama Jennie dengan tenang, tapi damai. Sejak semalam, dia merasa aman di dekat Jennie.
"Aku mungkin harus pergi," kata Lisa, menghabiskan kopinya dan berdiri untuk mengambilnya dan meletakkannya di wastafel sampai seorang pelayan melenggang dengan santai, mengambil cangkirnya dan langsung menghilang. Lisa tidak akan pernah terbiasa dengan kehidupan seperti itu. "Apakah dia berdiri di sana sepanjang waktu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady And The Lady Tramp (JENLISA)
FanfictionGxG 18+ Hidup Lisa berubah saat dia bertemu dengan seorang gadis kaya yang cantik. Pro? Dia cantik. Kontra? Dia sudah bertunangan. Lisa tidak begitu beruntung. Dia telah bekerja di beberapa restoran dalam waktu dua tahun. Hampir tidak menghasilkan $...