Chapter 9

1.3K 143 3
                                    


"Sudah kubilang itu akan terjadi," Lisa dengan nada bercanda memarahi, berjalan masuk ke apartemennya dengan telepon genggam menempel di telinganya. Dia bisa mendengar Jennie merengek dan tidak bisa menahan senyumnya, "Kau sedang cemberut sekarang?"

Jennie menggerutu, "Tidak."

Lisa tertawa sambil menjatuhkan kuncinya di meja samping dan melepas sepatunya, "aku tahu kau sedang cemberut sekarang."

"Tidak. Itu hanya Karena nada bicara ku saat aku kesal karena anak anjing itu lari dari ku! I just wanted to say hi!"

"Hanya karena kau ingin menyapa, bukan berarti anak anjing itu juga ingin menyapamu. Apa pemiliknya mengizinkan mu untuk menyapa anjingnya?" Lisa bertanya, menjatuhkan tasnya dan menjatuhkan diri ke sofa. Dia bisa mendengar Jennie mengomel dan dia tidak bisa menahan tawanya.

Sudah 2 minggu sejak mereka pergi ke pasar jajanan kaki lima dan sejak saat itu, Lisa memasuki rutinitas baru. Dia akan pulang ke rumah dan menelepon Jennie atau Jennie yang akan meneleponnya. Pada dasarnya mereka saling menelepon setiap hari dan ketika mereka tidak menelepon, itu hanya berarti mereka sedang nongkrong di tempat Jennie atau apartemen Lisa.

"Pft, it's their loss!"

Lisa tertawa kecil, "Ya, yes it is." Dia meletakkan telepon di atas gelas kopinya dan menekan tombol speaker sebelum menyesuaikan diri di sofa sampai dia berbaring, menatap ke langit-langit, "kau tidak akan percaya apa yang terjadi hari ini denganku."

"Apa yang terjadi?" Jennie bertanya. Lisa mengembuskan napas, menutupi matanya dengan lengannya,

"Manajer ku mempermalukan ku di depan sekelompok pelanggan karena aku tidak membersihkan meja dengan benar." Lisa merengek dalam hati seperti anak kecil mengingat kembali semua tatapan yang dilayangkan para pelanggan kepadanya dan manajernya yang meremehkannya.

Beberapa menghakimi, beberapa merasa kasihan.

"Beri tahu aku yang dia katakan dan aku akan memecatnya." Dia mendengar Jennie cemberut dari telepon. Jennie sangat protektif terhadap perasaan dan emosi Lisa. Dia selalu bersikap penuh perhatian, sesuatu yang sangat dihargai oleh Lisa. Lisa tertawa pelan,

"Aku tahu kau bisa." Dia menghela napas sekali lagi, "aku akan melakukan apa saja untuk keluar dari neraka itu." Jennie bersenandung setuju.

"Then why don't you?"

"Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan." Meskipun Lisa ingin sekali berhenti, dia tidak punya rencana lain. Apa yang akan terjadi jika dia berhenti? Dia akan bahagia, itu pernyataan yang pasti, tetapi rekening banknya tidak.

"Lalu, apa dream jobmu?" Jennie bertanya. "Jika kamu bisa melakukan apa saja, anything at all, apa yang akan kamu lakukan?" Lisa merenung sejenak, sedikit teringat dengan pertanyaan yang sudah lama tidak ditanyakan kepadanya. Sudah lama sekali ia tidak memikirkan kehidupan impiannya. Dia sedikit tersipu malu,

"Entahlah, ini ada kedengaran konyol." Lisa berkata, tiba-tiba merasa malu. Dia bisa mendengar Jennie terkikik pelan,

"Tidak ada yang pernah kau katakan akan terdengar konyol bagi ku." Pernyataan itu saja sudah membuat hati Lisa bergemuruh lagi. Jennie sangat pandai berkata-kata dan Lisa selalu sulit untuk fokus. "Come on, tell me."

"Aku ingin sekali memiliki dance studio sendiri."

"Itu sama sekali tidak konyol. Kamu suka menari?" Dia bisa mendengar senyuman di nada bicara Jennie. Dia terdengar senang mendengar sesuatu yang baru tentang Lisa. Jika ada, Jennie senang belajar tentang Lisa. Sama seperti Lisa yang senang belajar tentang Jennie.

Lady And The Lady Tramp (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang