16. Another Rough Night

31.8K 3.1K 164
                                    

"Mama, lampu balkon enggak nyala!"

Rhea yang sedang sibuk memotong sayuran di dapur segera menoleh ke arah balkon. Suasana terlihat remang-remang di sana karena pencahayaan hanya berasal dari ruang tengah dan lampu jalan.

"Ya dinyalain, Shane," sahut Rhea.

Shane menekan-nekan sakelar lampu. "Udah. Kayaknya lampunya putus," ucapnya.

"Wah berarti beneran putus."

Seram juga kalau balkon gelap, apa lagi mereka baru menempati tempat ini sehari. Rhea berderap ke arah balkon dan berdiri di sana. Dia memperhatikan fitting lampu yang jaraknya sangat tinggi. Setidaknya Rhea membutuhkan bangku untuk menggapai benda itu. Dia melirik ke bagian bawah dan bergidik ngeri.

"Mama nggak berani naik," ucap Rhea.

"Telepon Om Ares aja."

"Tolong ambilin HP Mama di meja."

Shane segera mengambil ponsel Rhea yang tergeletak di meja dan berlari kecil ke arah Rhea. Dia menyodorkan benda pipih itu pada Mamanya.

Rhea segera mencari nomor Ares dan menekan tombol panggil di sana.

"Halo, Mas?"

"Ya. Kenapa, Rhe?"

"Mas, lampu balkon kayaknya putus nih. Mas bisa kesini nggak untuk gantiin?"

"Waduh, Rhe. Gue lagi di acara nikahan temen. Baliknya nanti jam 9 mungkin."

"Yah, kelamaan dong Mas. Aku gak berani lihat balkon gelap-gelap gini takut ada hantu."

Shane memutar matanya dengan malas mendengar ucapan Mamanya. Dia tahu betul kalau Mamanya ini penakut.

Suara kekehan Ares terdengar. "Hati-hati di situ memang ada penunggunya. Nenek-nenek pula."

"Gak lucu, Mas."

"Kalau mau, tunggu sampai setengah sepuluh baru Mas kesitu."

"Gak usah. Kelamaan."

"Ya udin. Infoin aja kalau masih butuh gue untuk gantiin lampu. Bye, sister!"

Rhea memutuskan panggilan dengan kesal. Shane menatapnya ingin tahu.

"Om Ares baru bisa kesini jam setengah sepuluh. Kelamaan."

"Papa gimana?"

Rhea menyerahkan ponselnya pada Shane. "Kamu aja yang coba telepon kalau gitu."

Shane menerima ponsel itu dan segera menelepon nomor Papanya. Diangkat setelah dering ketiga. Hanya saja, kali ini bukan suara Papanya yang dia dengar.

"Halo?"

Shane memandang layar ponsel sesaat untuk memastikan kalau dia tidak salah telepon. Benar nomor Papanya kok. Tapi kenapa yang dia dengar malah suara perempuan?

"Halo. Papa mana? Ini siapa?"

Rhea mengamati Shane dengan rasa ingin tahu. Dia memutuskan untuk tidak bertanya dan membiarkan Shane berbicara dahulu.

"Ini Shane ya? Papa lagi ke minimarket bentar, sayang. Ini tante Nadira."

"Oh, okay. Aku tutup teleponnya. Selamat malam."

Shane kembali ke ruang tengah dan meletakkan ponsel Mamanya di meja. Kemudian dia berjalan lagi ke balkon.

"Kenapa, Shane? Siapa yang angkat teleponnya?"

"Tante Nadira. Udahlah Mama aja yang naik, aku jagain di bawah."

Rhea tertawa garing. Dari mana pula Shane mendapatkan ide buruk itu. Dan apa tadi katanya? Nadira yang mengangkat ponsel Starky? Berarti saat ini mereka sedang bersama. Ah, Rhea hampir lupa kalau Starky dan Nadira bekerja di perusahaan yang sama. Tapi seingatnya, mereka berada di divisi yang berbeda.

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang