43. Finding Mama

15.2K 2.2K 108
                                    

Entah sudah berapa kali Shane memperhatikan jam dinding. Sesekali jika jengah, dia pergi ke balkon untuk melihat ke pelataran parkir. Sejak tadi dia menanti kepulangan Mamanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul
4 sore dan Rhea belum juga kembali, padahal dia sudah berjanji tidak akan terlalu lama. Nyatanya, sampai sekarang bahkan tidak ada kabar dari wanita itu.

"Tante, Mama belum bales chat tante juga?" tanya Shane gelisah.

Rana menggeleng. "Belum, Shane. Tante sudah nelpon berkali-kali tapi nda' diangkat," jawabnya. "Sabar nah. Mungkin Mama masih ada urusan. Tante ke bawah dulu untuk cek salon."

"Aku boleh pinjam HP tante? Aku mau coba nelponin Mama," pinta Shane.

Rana mengangguk dan menyerahkan ponselnya pada Shane. Dia lalu turun ke lantai satu dengan pikiran berkecamuk. Sejak tadi, dia hanya berpura-pura tenang di hadapan Shane agar anak itu tidak khawatir.

Tidak mungkin Rhea pulang telat tanpa memberitahu satu pun dari mereka. Ditambah lagi, apa alasan Rhea tidak mengangkat telepon ataupun membalas chat sementara ponselnya aktif?

"Gimana, Kak? Kak Rhea belum ngabarin?" tanya Diandra begitu melihat Rana menuruni tangga.

"Belum. Mau dicari juga cari kemana?" ujar Rana frustasi. "Feelingku nda' enak."

"Sama," sahut Arum.

"Apa kita nelpon Kak Ares aja?" tanya Kayla.

"Itu namanya nyari masalah. Kamu lihat sendiri kan gimana Kak Rhea sama Kak Ares kemarin?" sahut Arum.

"Terus gimana dong?" tanya Kayla.

Pinkan dan Rifa yang sedari tadi masih sibuk melayani seorang pelanggan juga mulai tidak tenang. Mereka sangat ingin bergabung dengan teman-temannya untuk mencari ide menemukan Rhea, akan tetapi kerjaan mereka belum selesai.

"Kalau tanya Kak Starky?" tanya Rifa ketika melintasi sekumpulan teman-temannya untuk mengambil handuk kecil.

"Gak deh. Bisa-bisa Kak Rhea omelin kita kalau tau kita ngadu ke Kak Starky. Lagian kita gak punya nomornya Kak Starky ataupun Kak Ares kan," tolak Kayla.

"Tapi siapa tau Kak Rhea lagi sama Kak Starky?" tebak Rana.

"Gak mungkinlah. Orang tadi aja Kak Rhea pamitnya kan mau ke wisuda Kak Banyu," sahut Arum.

Serempak, mereka semua saling tatap seolah baru teringat sesuatu. Bagaimana mereka bisa melupakan itu?

"Aku ke sebelah sekarang. Nanya Kak Banyu udah pulang apa belum," ucap Arum seraya bergegas ke ruko sebelah.

Beberapa menit kemudian, Arum kembali dengan raut lebih khawatir. "Kak Banyu juga belum punya. Padahal katanya dia ada janji fotoin orang prewedd, terpaksa digantiin sama karyawannya. Aneh banget gak sih?"

Sementara itu di lantai dua, Shane susah payah mengangkat sebuah bangku ke arah rak buku Mamanya. Dia hendak mengambil buku bersampul Optimus Prime. Buku itu adalah miliknya, akan tetapi mungkin Mamanya asal menaruh saja di sana ketika beres-beres.

Setelah posisi bangkunya pas, Shane menaiki bangku dan mengulurkan tangannya ke atas untuk meraih buku itu. Untungnya dia dapat.

Dengan hati-hati, Shane turun dari bangku. Dia berjalan ke arah sofa dan duduk di sana sembari membuka halaman bukunya. Di halaman pertama tertulis nama beberapa orang beserta nomor ponsel mereka. Nama Starky ada pada urutan ke dua, dan nama Ares berada di urutan keempat.

Shane segera mengetikkan nomor kedua orang itu dan menyimpannya di ponsel Rana. Setelahnya, dia mengirimkan pesan. Dia ingat Mamanya pernah bilang kalau biasanya orang tidak mau mengangkat telepon dari nomor asing, ada baiknya mengirim pesan dan memperkenalkan diri terlebih dahulu.

Three YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang